“Tok... Tok... Tok...”
Raja Edmond terlihat sedang mengetuk pintu sebuah rumah yang diyakininya sebagai tempat tinggal sahabat baiknya. “Haryth? Apa kau ada di dalam?” Raja Edmond terdengar memanggil nama sahabatnya sambil terus mengetuk pintu rumah tersebut.
Sementara itu–tak jauh dari tempatnya berdiri–Rasiel, Melnar, dan Sylda terlihat sedang memeriksa keadaan di sekitar rumah itu. Melnar dan Sylda memeriksa keadaan di bagian kanan dan kiri rumah. Sedangkan Rasiel memeriksa keadaan di bagian belakang rumah.
Tidak ada hal spesial yang dapat mereka temukan di sekitar rumah itu. Disana hanya ada sebuah pagar kayu setinggi satu meter yang mengelilingi seluruh bagian rumah yang kira-kira berukuran 15 m x 8 m itu. Ukurannya memang cukup kecil jika dibandingkan dengan luasnya lahan kosong yang ada di sekitar rumah itu.
Di bagian belakang rumah terdapat sebuah lahan yang berukuran 5 m x 3 m. Lahan tersebut sepertinya sudah tidak terurus. Hanya rumput dan tanaman liar yang tumbuh memenuhi lahan itu. Sedangkan di sekitarnya, hanya ada pepohonan besar–yang tumbuh beberapa ratus meter di sekitar rumah–sejauh mata memandang. Keadaan ini sepertinya hanya bisa ditemukan di tempat ini–yang merupakan perbatasan antara hutan Aria dengan hutan yang ada di bagian selatan benua Arda.
Setelah puas memeriksa keadaan di bagian luar rumah–dan tidak menemukan apa-apa–Rasiel, Melnar dan Sylda terlihat kembali berkumpul di sekitar Raja Edmond yang tidak henti-hentinya mengetuk pintu rumah itu.
“Haryth Highore? Apa kau ada di dalam?” Raja Edmond kembali memanggil nama sahabatnya. Namun kali ini dia memanggilnya dengan nama lengkapnya.
Haryth Highore. Sepertinya itu adalah nama lengkap orang yang dimaksud oleh Raja Edmond dua hari yang lalu saat mereka masih berada di tempat persembunyian mereka. Menurut Raja Edmond, orang tersebut adalah salah satu sahabat baiknya. Selain itu, orang tersebut juga merupakan orang yang mengetahui seluk beluk istana kerajaan Ragna lebih baik daripada dirinya. Orang tersebut juga merupakan orang yang telah membangun jalur rahasia yang telah mereka gunakan untuk menyelamatkan Raja Edmond dari serangan komandan pasukannya.
Saat ini, sudah hampir setengah jam sejak mereka sampai di kediaman Haryth. Raja Edmond juga telah memangil dan mengetuk pintu rumahnya sejak saat itu. Tetapi tetap saja, tidak ada jawaban maupun tanda-tanda yang menunjukkan keberadaan Haryth di rumah itu.
Hal itu tentu saja membuat Rasiel dan dua rekannya sudah tidak sabar untuk segera meninggalkan rumah itu. Lagipula, saat ini mereka masih berada dalam status buron. Sehingga mereka tidak bisa berlama-lama berada di suatu tempat yang terbuka jika tidak ingin para prajurit kerajaan Ragna melihat keberadaan mereka lalu menangkap mereka. Setidaknya, mereka harus segera mencari tempat persembunyian baru sebelum malam tiba agar bisa menghindari pasukan kerajaan Ragna yang sedang mencari keberadaan mereka.
“Yang–... maksudku, Raja Edmond. Sepertinya tidak ada orang yang tinggal di dalam rumah ini!” Rasiel akhirnya mencoba menghentikan Raja Edmond yang dari tadi telah mengetuk pintu rumah yang ada dihadapannya.
“Kami juga tidak menemukan tanda-tanda keberadaan seseorang yang tinggal di rumah ini!” Kali ini, Melnar ikut bicara. Sylda juga terlihat menganggukkan kepalanya sebagai tanda bahwa dia juga memikirkan hal yang sama seperti yang dikatakan oleh dua rekannya.
“Mungkin sahabatmu sedang keluar atau sudah tidak tinggal disini lagi.” Rasiel kembali menyampaikan pendapatnya.
Raja Edmond terdiam sejenak. Beliau sepertinya mulai memikirkan kemungkinan yang disampaikan oleh Rasiel.
“Kalian mungkin benar.” ujarnya.
“Tapi, biarkan aku mencobanya sekali lagi. Jika masih tidak ada jawaban, mungkin kita harus berhenti memanggilnya dan mulai menunggunya. Atau mungkin mencarinya di tempat lain untuk menemukannya.” tambahnya.
Rasiel dan dua rekannya pun menganggukkan kepalanya sebagai tanda persetujuan atas permintaan Raja Edmond kepada mereka.
“Haryth?” panggil Edmond setengah berteriak. Dia juga kembali mengetuk pintu rumah yang ada dihadapannya.
Saat itu, sebuah suara tiba-tiba terdengar dari dalam rumah. Suara itu menanggapi panggilan Raja Edmond kepadanya.
“Iyaaa, tunggu sebentar!”
Mendengar hal itu, Raja Edmond tersenyum seraya melihat ke arah Rasiel dan kedua rekannya seakan ingin mengatakan ‘Benarkan? Dia masih ada di dalam!’. Tetapi entah mengapa beliau tidak mengatakannya.
“Sial, siapa yang bertamu di saat seperti ini?” Sesosok makhluk kerdil–seukuran Melnar namun memiliki jenggot yang lebih panjang dan berwarna cokelat kehitaman–terlihat membuka pintu rumah itu. Tubuh mungilnya terlihat sempoyongan hingga tak sanggup lagi untuk berdiri di atas kedua kakinya.
Melihat hal itu, Raja Edmond dengan sigap menahan tubuh mungil sahabatnya yang hampir terjatuh ke lantai yang sedang dipijaknya.
“Haryth? Kau baik-baik saja?” Raja Edmond mulai mempertanyakan keadaan sosok kerdil yang ternyata adalah sahabatnya.
“Ed-Edmond?” Haryth mengusap kedua matanya dengan tangan kanannya. Entah apa yang telah dilakukannya, tetapi sepertinya dia masih belum sadar sepenuhnya. “Apa yang kau lakukan disini?” tanyanya.
“Sudahlah. Jangan pikirkan hal itu. Nanti aku akan menjelaskan semuanya.” Raja Edmond menarik tubuh mungil Haryth dan membawanya ke sebuah ruangan yang sepertinya adalah kamar mandi yang ada di dalam rumah miliknya. Disana, Raja Edmond menyiram kepala Haryth dengan seember air yang ada di tempat itu.
“Brrr... Apa yang kau lakukan?” Haryth menggigil kedinginan. Dia memprotes perlakuan yang baru saja didapatkannya dari sahabatnya itu.
“Sekarang bersihkan dirimu. Aku akan menunggumu di ruang tengah.” Raja Edmond meninggalkan Haryth–yang sepertinya masih merasa kedinginan–di dalam kamar mandi dan beranjak menuju ke ruang tengah seperti yang dikatakannya. Sementara itu, Haryth terlihat masih mendekap erat tubuh mungilnya dengan kedua tangannya. Dia melakukannya supaya tidak terlalu merasakan dinginnya air yang baru saja membasahi kepala hingga sekujur tubuhnya.
Setelah beberapa menit, akhirnya Haryth keluar dari kamarnya. Dia terlihat lebih segar daripada sebelumnya. Dia juga sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian yang tampak lebih bagus daripada sebelumnya.
Disana–di ruang tengah rumah yang selama ini dihuni oleh Haryth–Raja Edmond, Rasiel, Melnar, dan Sylda terlihat tengah menanti kedatangannya.
“Perkenalkan, dia adalah Haryth Highore. Salah satu sahabat terbaikku di benua ini.” Raja Edmond mulai memperkenalkan Haryth kepada Rasiel dan kedua orang yang ada dihadapannya. “Dia berasal dari ras yang sama dengan Melnar, ras dwarf.” lanjutnya.
“Sudahlah, hentikan perkenalannya.” Haryth menghentikan perkenalan yang disampaikan oleh Raja Edmond. Dia sepertinya masih marah dengan perlakuan yang telah diterimanya dari sahabat baiknya itu. “Sekarang, jelaskan padaku kenapa kau ada disini? Dan apa yang terjadi pada tangan kananmu?” Haryth menunjuk tangan kanan Edmond yang telah dipotong oleh komandan pasukannya beberapa hari yang lalu.
Akhirnya, Edmond pun menjelaskan semua hal yang telah terjadi selama beberapa bulan terakhir ini kepada Haryth. Mulai dari awal saat dia kehilangan Kristalia–yang ternyata dicuri oleh Melnar–hingga saat dia kehilangan tangan kanannya dan diselamatkan oleh Rasiel dan kedua rekannya.
“Jadi begitu?” Haryth menganggukkan kepalanya. Dia sepertinya dapat dengan mudah memahami penjelasan yang diberikan Raja Edmond. “Aku tidak menyangka kau akan mengalami hal seperti ini. Terlebih lagi, aku tidak menyangka jika Angelina akan ikut andil dalam hal ini.” lanjutnya. Haryth sepertinya sangat menyayangkan apa yang telah menimpa sahabatnya itu.
“Sebenarnya aku juga tidak menyangka akan seperti ini. Tetapi, sejak kepergian Sebastian dari istana, aku pikir Angelina pasti menyimpan dendam terhadapku.” Raja Edmond dan Haryth sepertinya sedang membicarakan masa lalu mereka.
Sementara itu, Rasiel, Melnar, dan Sylda hanya bisa terdiam mendengar pembicaraan mereka. Mereka bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya sedang dibicarakan oleh kedua sahabat itu.
Menyadari akan hal itu, Raja Edmond pun menghentikan permbicaraannya. Dia mulai menjelaskan hubungannya dengan semua nama yang tadi telah disebutkannya. Dia juga menceritakan apa yang telah mereka semua lalui bersama.
Menurut cerita yang disampaikannya, sekitar dua puluh tahun yang lalu–saat perang masih berkecamuk di benua Arda– Raja Edmond dan beberapa orang yang berasal dari ras yang berbeda memulai petualangan untuk mengungkap misteri dibalik kekuatan roh penjaga yang telah menjaga benua Arda. Sebagian besar dari mereka melakukan petualangan itu dengan alasan yang sama, yaitu demi mendapatkan kekuatan yang dapat menghentikan peperangan yang saat itu sedang terjadi di benua Arda.
Namun, bukan berarti semua orang yang terlibat dalam petualangan itu berangkat dari tempat yang sama dan waktu yang sama pula. Sebagian besar dari mereka baru bertemu setelah beberapa bulan melakukan petualangan mereka, seperti Raja Edmond dan Haryth misalnya. Mereka bertemu saat Raja Edmond dan ketiga rekannya sedang berada di bagian selatan benua Arda untuk mencari informasi tentang roh penjaga benua Arda. Sisa anggota yang lainnya mereka temui di tempat yang berbeda saat mereka melanjutkan petualangan mereka.
Singkat cerita, mereka berhasil menemukan informasi sekaligus tempat bersemayam setiap roh penjaga yang selama ini telah menjaga keseimbangan benua Arda dengan kekuatannya. Beberapa bulan kemudian, Edmond berhasil menjalin kontrak dengan Ignis, sang roh Api yang menjaga benua Arda. Hal itu ternyata mulai menimbulkan perselisihan diantara semua orang yang ikut dalam petualangan itu. Akhirnya, mereka pun memutuskan untuk berpisah dan melanjutkan petualangan mereka sesuai dengan ras mereka masing-masing.
Saat itu, Edmond dan tiga rekannya yang berasal dari ras manusia, serta Haryth yang memutuskan untuk mengikuti langkahnya, memutuskan untuk kembali ke kerajaan Ragna dan menggunakan kekuatan yang diperolehnya untuk menghentikan peperangan yang terjadi antara ras manusia dan rasi lain yang ada di benua Arda. Setelah sampai di kerajaan Ragna, mereka pun melakukan semua hal sesuai dengan rencana awal mereka dan mereka pun berhasil merebut kembali beberapa wilayah mereka yang sempat dijajah oleh ras yang lainnya. Dalam pertempuran itu, salah satu rekan mereka–yang dikenal dengan nama Bianka Bristol–harus meregang nyawa karena melindungi Haryth yang sempat terluka. Namun, pengorbanannya ternyata tidak sia-sia. Dia berhasil menyelamatkan Haryth dan beberapa orang yang bersama mereka saat itu.
Setelah beberapa bulan berlalu, akhirnya Raja Edmond–yang saat itu masih berstatus sebagai pangeran kedua kerajaan Kritsalia–bersama rekan-rekannya berhasil menghentikan peperangan yang terjadi di benua Arda. Beliau bahkan berhasil membujuk para pemimpin setiap ras untuk menandatangani perjanjian gencatan senjata antara semua ras yang ada di benua Arda. Hal itu membuat Raja Edmond–yang dianggap memiliki peran penting dalam proses pembuatan perjanjian tersebut–diangkat sebagai raja kerajaan Ragna menggantikan ayahnya yang sudah tua.
Saat itu, keputusan raja sebelumnya itu ternyata tidak diterima oleh Sebastian–kakak kandung Raja Edmond–yang seharusnya lebih layak menyandang gelar Raja setelah ayahnya. Hal itu membuat Sebastian marah dan memilih untuk mengasingkan diri di sebuah desa yang berada di tengah-tengah benua Arda.
“Tepat sebelum kepergiannya, aku mengumpulkan kembali Sebastian, Angelina, dan Haryth di ruangan pribadiku. Aku meminta mereka untuk merahasiakan semua hal yang berhubungan dengan Kristalia–kristal pemberian Ignis. Aku bahkan meminta Sebastian untuk membakar buku catatan yang selama ini ditulisnya. Catatan itu berisi tentang semua hal yang telah kami peroleh selama petualangan kami. Aku hanya tidak ingin catatan itu menjadi penyebab masalah kami kedepannya.” jelas Raja Edmond kepada Rasiel dan kedua rekannya yang terlihat serius mendengarkan ceritanya.
“Meskipun marah, akhirnya Sebatian setuju dengan permintaan Edmond dan menyuruh Angelina membakar buku catatannya dengan sihir apinya.” Haryth menyambung cerita Raja Edmond. “Kami berempat menyaksikan proses pembakaran buku catatan itu. Setelah itu, Sebastian pun pergi dari istana meninggalkan Angelina yang selama ini mencintainya.” lanjutnya.
“Lagipula saat itu Sebastian sudah mempunyai seorang istri dan seorang anak. Aku tidak bisa membiarkan Angelina mengganggu rumah tangganya. Dengan alasan itulah, aku meminta Angelina untuk tetap tinggal di istana dan menjadi penyihir kerajaan Ragna.” Raja Edmond melanjutkan ceritanya.
“Yah, meskipun aku tahu kau melakukannya bukan hanya karena itu. Kau melakukannya karena kau ingin mengawasinya ‘kan? Kau juga melakukan hal yang sama padaku hingga dua tahun lamanya.” Haryth terdengar sedikit kasar saat mengomentari alasan Raja Edmond yang menahan Angelina dan dirinya untuk tetap berada di istana bersamanya.
“Maafkan aku. Aku hanya terlalu takut kalian akan membocorkan rahasia tentang Kristalia kepada orang lain. Lagipula, kau tahu sendiri ‘kan? Betapa berbahayanya jika Kristalia sampai jatuh ke tangan orang yang salah?” Raja Edmond terdengar berusaha membela dirinya.
“Yah, tidak apa-apa. Lagipula, waktu itu aku juga mendapatkan semua yang aku inginkan. Jadi bisa dibilang aku tidak kecewa dengan keputusanmu saat itu.” ujar Haryth menanggapi permintaan maaf sahabatnya.
Setelah mendengar semua penjelasan itu, Rasiel, Melnar, dan Sylda sepertinya mulai memahami apa yang telah terjadi diantara Raja Edmond dan sahabat-sahabatnya. Mereka juga bisa memahami motif dibalik penghianatan yang dilakukan oleh Angelina terhadapnya.
“Jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang?” Rasiel kembali melemparkan pertanyaannya kepada Raja Edmond yang baru saja menyelesaikan ceritanya.
“Seperti yang pernah ku katakan sebelumnya. Kita akan menghentikan Simon agar tidak membuat kerusakan di kerajaan Ragna maupun benua ini. Untuk itu, kita akan merebut kembali kristal pemberian Ignis dari tangannya.” jelas Raja Edmond kepada Rasiel dan kedua rekannya.
“Untuk itu, kita membutuhkan bantuan Haryth untuk masuk kembali ke dalam istana.” Raja Edmond memalingkan pandangannya dari Rasiel dan menatap Haryth dengan tatapan seriusnya. “Lagipula, kau telah membuat banyak jalur rahasia di istanaku, ‘kan? Ini adalah saat yang tepat untuk menggunakannya.” lanjutnya.
“Huuff, baiklah.” Haryth terlihat menghembuskan napas panjangnya. “Aku akan melakukannya sesuai perintahmu, Yang Mulia.” Haryth mengucapkan kalimat itu dengan nada sedikit menghina.
Hal itu membuat Raja Edmond ingin memukulnya. Tetapi pukulannya tidak sampai karena jangkauan tangan kanannya yang telah berkurang beberapa sentimeter. Haryth pun terlihat menghindari pukulan Raja Edmond sambil menunjukkan senyum jahilnya.
“Sudahlah. Cukup ceritanya! Kalian harus segera beristirahat! Besok, kita akan mulai persiapannya.” ujar Haryth sambil beranjak keluar dari dalam rumahnya.
* * * * *
Saat malam tiba, Raja Edmond keluar dari dalam rumah Haryth dan berjalan menghampiri Haryth yang kini sedang berada di tengah padang rumput yang ada di depan rumahnya. Edmond membawakan makan malam untuk Haryth yang sedang menatap bintang-bintang yang menghiasi langit malam di atasnya.
“Disini kau rupanya?”
Kedatangan Raja Edmond membuat Haryth terkejut. Dia sedikit terjingkat dari batu yang didudukinya setelah mendengar ucapan Raja Edmond yang tiba-tiba menyentuh gendang telinganya.
“Apa yang kau lakukan disini? Kau seharusnya bersembunyi di dalam rumah!” Haryth menegur tindakan Raja Edmond yang secara sengaja keluar dari rumah dan manghampirinya.
“Tenanglah. Para prajuritku tidak akan mencariku sampai ke tempat ini.” Raja Edmond menyodorkan makan malam yang dibawanya untuk Haryth. “Lagipula, itu alasanmu saat memilih tempat ini sebagai tempat tinggalmu, ‘kan?” lanjutnya.
“Huuff... baiklah. Lakukan sesukamu!” Lagi, Haryth terlihat menghembuskan napas panjangnya. Dia sepertinya sadar bahwa dia tidak bisa membantah ucapan sahabatnya itu. “Tapi jangan salahkan aku jika tiba-tiba para prajuritmu datang untuk menangkapmu.” tambahnya sambil meraih piring makanan yang dibawa Raja Edmond untuknya.
Raja Edmond tersenyum. Dia kemudian membaringkan tubuhnya di atas batu besar yang dari tadi diduduki oleh sahabatnya itu. Dia sepertinya sedang menikmati kembali kebersamaannya dengan Haryth yang sudah lama tidak ditemuinya. Sementara itu, Haryth terlihat duduk di sebelah kirinya dan mulai menyantap makan malamnya.
“Jadi, kau masih melakukan hal yang sama setelah beberapa tahun berlalu ‘hah?” Raja Edmond menatap jauh ke atas langit yang terbentang luas dihadapannya. Sepertinya dia sedang mengingat kembali kebiasaan lama yang sering dilakukan Haryth saat dulu masih bersamanya.
“Kau tahu sendiri ‘kan?” Haryth menghentikan santapannya. Dia mengangkat wajahnya dan melihat ke arah bintang-bintang yang bertebaran menghiasi langit di atas kepalanya.
“Tidak mudah mencari seseorang yang peduli terhadapku seperti dia.” Haryth tersenyum. Dia sepertinya mengingat sesuatu saat melihat bintang-bintang tersebut.
“Yah, meskipun aku tahu kalau dia hanya menganggapku sebagai seorang teman.” Haryth kembali menyantap makan malamnya. “Tapi tetap saja, aku tidak bisa melupakannya. Bahkan setelah kematiannya.” jelasnya.
Haryth sepertinya sedang meratapi nasibnya. Kesedihan terlihat mulai nampak di wajahnya. Saat itu, ingin rasanya Raja Edmond mengelus punggung sahabatnya itu untuk menenangkannya. Tetapi, dia tidak melakukannya.
“Kadang, ada sesuatu yang harus dihadapinya sendiri. Aku tidak bisa terus mencampuri urusannya.” pikirnya.