Dua jam kemudian setelah ia dibawa ke kantor polisi untuk memberikan keterangan kepada dua petugas polisi tadi, Ophelia akhirnya diperbolehkan untuk kembali ke kampusnya. Namun sebelumnya ia harus mengangkat dulu telepon dari ibunya yang sejak tadi berdering dan bergetar di dalam tasnya seperti orang kegigilan.
“Mom, aku baik-baik saja, tenanglah...”
Tapi ibunya tetap saja panik di ujung sana dan menanyakannya rentetan pertanyaan seperti apa ia terlibat dalam masalah, apa ia akan ditangkap polisi dan apa mereka harus membawakannya pengacara. Ophelia perlu menghabiskan waktu sekitar lima menit hanya untuk menenangkan ibunya dan menjelaskan apa yang terjadi, sebelum akhirnya ia bisa menutup telepon itu dan kemudian benar-benar pergi dari situ.
Ketika ia berbelok ke arah koridor yang menuju resepsionis, ia melihat Dominic Parker berjalan keluar dari salah satu ruangan yang sepertinya mirip seperti yang ia tempati tadi. Cowok itu memeriksa ponselnya sesaat sembari berjalan, dan sepertinya tidak menyadari bahwa Ophelia ada di dekatnya.
“Parker!”
Cowok itu menoleh padanya dan menghentikan langkahnya.
“Apa yang ditanyakan polisi padamu?” tanya Ophelia penasaran. “Apa mereka mencurigaimu?”
Dominic memberikannya pandangan bingung sekaligus kesal. “Bisakah kita bicara nanti? I need to go.”
Ophelia memanggilnya lagi, dan Dominic berbalik ke arahnya dengan pandangan tajam.
“Miss Wood, kita baru berkenalan kemarin, dan aku tidak punya alasan untuk duduk bersamamu sepanjang hari dan menceritakan apa yang kedua polisi tadi tanyakan padaku,” balas Dominic kesal. “Good day to you.”
Setelah mengucapkan itu, Dominic melanjutkan langkahnya lagi ke pintu keluar, dan Ophelia mengejarnya.
“Setidaknya kau bisa memberitahuku tentang apa yang kau lakukan beberapa hari yang lalu ketika kau ada di kelasku,” kata gadis itu sambil berusaha mengejar Dominic yang memiliki langkah cepat berkat kaki jenjangnya. “Apa kau yang menyebarkan kunci jawaban ujian Mr. Lodge?”
“Aku mengambil beberapa kelas tambahan tahun ini, oke?” jawab Dominic yang kini telah berjalan keluar dari gerbang kantor polisi dan masih tidak melihat ke arah Ophelia. “Hari itu aku sedang ikut kelas tambahan Mr. Lodge.”
“Tapi aku tidak... melihatmu masuk ke dalam... melalui pintu depan,” balas Ophelia yang mulai terengah-engah. “Bisakah kau... berhenti sebentar?”
Dominic berhenti dengan tiba-tiba, sehingga Ophelia menabrak lengan kirinya dalam kekagetannya, dan ia segera memundurkan badannya dari Dominic yang kembali kesal kepadanya.
“Pintu depan itu hanya pintu satu-satunya yang dapat dilewati orang-orang,” tambah Ophelia sambil mengontrol napasnya.
“Aku terlambat waktu itu, dan kau tahu kalau Mr. Lodge tidak suka jika ada mahasiswa yang terlambat,” balas Dominic. “Jadi aku menyelinap melalui jendela paling belakang yang akan sulit terlihat oleh Mr. Lodge berkat penglihatannya yang tidak begitu baik. Aku tidak ingin dihukum oleh Mr. Lodge dengan mengerjakan tugas esai membosankan miliknya yang sangat kubenci itu.”
Ophelia kali ini terdiam tanpa tahu harus bertanya apa-apa lagi.
“Sudah kan?” tanya cowok itu bosan. “Bye.”
Ophelia kemudian memandang punggungnya yang makin menjauh darinya, masih memikirkan apakah Dominic berbohong padanya atau tidak. Tapi alasan seperti itu terdengar cukup valid, mengingat banyak mahasiswa yang tidak lulus dalam mata kuliah Mr. Lodge sehingga mereka terkadang harus mengambil kelas tambahan.
Yang membuatnya bingung adalah ke mana Dominic pergi sekarang, Ia terlihat sangat buru-buru.
x-x-x
Ophelia telah bertempat tinggal di Cresthill selama dua puluh satu tahun bersama dengan keluarganya, dan ia bisa bilang bahwa ia cukup menyukai kota ini. Cresthill merupakan salah satu kota yang terkenal dengan produksi keju dan produk susu lainnya, di mana semua produksi ini telah terkenal karena memiliki rasa paling alami dan kualitas terbaik di seluruh negeri. Dengan jumlah populasi sebanyak 280,000 jiwa dan terus bertambah, Cresthill memiliki banyak fasilitas publik yang cukup memadai untuk ukuran populasi demikian. Namun jika penduduknya kadang-kadang ingin melakukan mini travel, mereka biasanya memilih untuk melakukan perjalanan selama tiga jam ke kota Dalevoux, kota lainnya yang dekat dan berbatasan dengan Cresthill. Hanya saja, Ophelia belum sempat pergi ke sana.
Mengenai keluarganya, Ophelia adalah yang paling tua di antara saudara-saudaranya. Ia memiliki seorang adik laki-laki bernama Elliott dan adik perempuan bernama Claire, yang mana sedang bersekolah di Cresthill High di kelas 12 dan kelas 10. Ayahnya, Elias Wood, adalah tukang kayu lokal, sementara ibunya mengajar Sejarah di sekolah adik-adiknya. Mereka memang bukan keluarga yang kaya raya, tetapi mereka saling mencintai satu sama lain dan menjalani hidup dengan mementingkan kebersamaan dan kebahagiaan keluarga mereka.
Karena ia sebentar lagi akan memasuki tahun terakhir kuliahnya di Grove Ridge, ia berencana untuk mendaftar program magang ke kantor polisi Cresthill atau beberapa private investigating firm saat liburan musim panas nanti. Herbert and Partners adalah salah satu lembaga terbaik di kota itu, dan jika ia bisa bekerja di sana, ia bisa pelan-pelan membangun karirnya dan mengejar mimpinya. Ia terkadang mengakui juga jika Mr. Lodge atau dosennya yang lain mengatakan bahwa ia sebenarnya salah mengambil jurusan, mengingat kesukaannya adalah untuk memecahkan misteri dan melakukan investigasi sesepele apapun kasusnya. Menurut mereka, Ophelia seharusnya mendaftar program beasiswa di universitas lain yang memang menawarkan jurusan Criminal Justice seperti Alverton University, walaupun resikonya ia harus pindah dari Cresthill, Wisconsin.
Tapi ia tidak ingin pergi dari Cresthill, dan dengan konklusi sesederhana itu, ia pun tetap di kota ini dan menimba ilmunya agar kelak dapat bermanfaat baginya.
Karena pagi ini ia dibawa ke kantor polisi untuk memberikan keterangan mengenai Valerie Waynard, ia merasa aneh karena polisi menghubungkan gadis itu dengannya. Mereka menanyainya mengenai kapan terakhir ia bertemu dengan Valerie, dan ia pun menjawab dengan jujur bahwa mereka sudah cukup lama tidak saling berbicara lagi. Terakhir kalinya ia bicara dengan Valerie adalah saat mereka berda di Orientasi saat tahun pertama, dan setelah mereka menuju ke jurusan masing-masing, tidak ada satupun dari mereka yang saling menghubungi. Jadinya pertemanan singkat mereka itu terputus begitu saja.
Saat Orientasi, seluruh mahasiswa baru diberikan kegiatan Treasure Hunt untuk mencari objek tertentu yang Ophelia bahkan sudah tidak ingat lagi apa, apalagi ia tidak pernah menemukannya. Mereka diperbolehkan untuk membentuk tim atau melakukan pencarian sendiri, dan Ophelia yang belum mengenal banyak teman baru pun memutuskan untuk melakukannya sendiri. Dan Valerie juga sendiri karena Ophelia bertemu dengannya di ruang laboratorium jurusan Chemistry, yang mana saat itu sedang berusaha memecahkan teka-teki tertulis di balik sliding whiteboard. Ia terlihat frustrasi dan kesal, dan ketika ia melihat kedatangan Ophelia, ekspresinya itu makin menjadi-jadi.
“Kalau kau ingin memecahkan petunjuk ini, lakukan saja. Kau tidak akan bisa,” kata Valerie sambil menghampas kertas itu ke atas meja lab.
Ophelia memandangnya dengan khawatir. “Apa kau baik-baik saja?”
“Tentu saja tidak,” jawab Valerie jengkel. “Aku seharusnya berada di mall dan belanja sampai malam, bukannya di kampus ini dengan kegiatan konyol seperti Treasure Hunt.”
Ophelia meraih kertas teka-teki tadi dan melihat barisan huruf-huruf random yang memang tidak terlihat masuk akal dan sulit dimengerti. Valerie sendiri sudah duduk di atas meja lab tadi, memperhatikannya.
“Who are you?” tanya Valerie.
“Wood. Ophelia Wood,” jawab Ophelia sambil memberikan gadis itu senyuman singkat. “Kau?”
Valerie memutar bola matanya. “Kau tidak tahu aku?”
Ophelia menggelengkan kepala dengan bingung. “Memangnya aku harus tahu?”
Valerie mengulurkan tangannya pada Ophelia. “Waynard. Namaku Valerie Waynard, dan jika keluargamu menggunakan beberapa kitchen set produksi Waynard Corp., kau pasti tahu siapa aku.”
Dan memang benar, Ophelia langsung tahu jelas siapa gadis itu. Waynard Corp. adalah perusahaan milik keluarga Waynard, salah satu keluarga yang terdiri dari pebisnis-pebisnis sukses di Cresthill. Waynard Corp. memproduksi produk-produk pintar yang membantu kegiatan rumah tangga seperti kitchen utensil, komputer, mesin cuci dan lain-lain, dan sekarang sedang melebarkan sayap di New York dan Chicago setelah sukses di Wisconsin. Di rumah Ophelia, ia bisa menghitung beberapa benda yang memiliki merek Waynard Corp. di permukaannya.
Karena mereka tidak bisa memecahkan teka-teki itu, Ophelia menghabiskan sisa Treasure Hunt waktu itu untuk berbicara dengan Valerie. Tapi ia tetap saja tidak bisa mengatakan bahwa ia mengenal Valerie dengan baik. Gadis itu memiliki persona stereotipikal seperti diva yang arogan dan jutek karena status keluarganya yang kaya raya itu, dan di beberapa kesempatan, ia akan terlihat mem-bully beberapa mahasiswa yang culun dan tidak menarik. Dan Ophelia sebenarnya tidak mau mengenal seseorang seperti Valerie. Tetapi sejak ia mengajaknya berkenalan saat Treasure Hunt itu, Ophelia merasa bahwa Valerie berusaha menjadi temannya, yang tentu saja aneh, mengingat bahwa siapapun di kampus itu bahkan akan membayarnya berapapun demi menjadi temannya saja.
Hanya Valerie yang seperti itu terhadapnya.
Dan sekarang gadis itu menghilang.
Dugaan kuat polisi adalah bahwa gadis itu diculik, dan banyak yang setuju dengan mereka. Pada dasarnya, Valerie terlalu mencintai dirinya sendiri dan kehidupannya di Cresthill. Jadi tidak mungkin ia kabur dari semua itu begitu saja. Tapi jika memang benar ia diculik, tidak ada siapapun yang tahu mengenai siapa kemungkinannya yag melakukan itu. Meski Valerie dibenci satu kampus atau satu kota pun, tidak ada yang berani mengusik orang-orang Waynard. Karena jika ketahuan, nasib orang yang mengganggu mereka akan berakhir begitu saja.
Tapi lain ceritanya jika Valerie mungkin memiliki sesuatu seperti sebuah liontin cantik yang mungkin diincar banyak orang.
Saat berada di kantor polisi tadi, Ophelia ditunjukkan sebuah foto liontin yang cantik dan elegan, yang mereka klaim adalah penyebab menghilangnya Valerie. Bahan mata liontinnya adalah bronzite dengan ukuran 3 kali 2,5 cm dan aksen metal zinc alloy berwarna cantik dalam bentuk bunga, kepik dan kupu-kupu kecil melingkari bagian atasnya. Rantainya tipis dan berwarna keemasan. Ophelia menjadi bingung karena ia tidak yakin bahwa liontin yang tidak mahal seperti itu adalah milik Valerie. Gadis itu pasti memiliki setumpuk permata di dalam kamarnya yang tentunya lebih cocok dijadikan motif jika seseorang memang ingin menculiknya. Polisi pun bertanya padanya apa ia tahu apapun mengenai liontin tersebut, dan Ophelia tentunya menjawab tidak tahu karena itu adalah pertama kalinya ia melihat benda itu.
Di sela-sela timbunan pikirannya itu, Ophelia telah tiba lagi di kampus dan sekarang menuju fakultas kedokteran untuk melihat apakah orang-orang masih di situ. Tetapi ketika siang makin menjelang, para dosen dan mahasiswa sudah kembali ke rutinitas mereka masing-masing, walau ia masih melihat beberapa polisi dan detektif mengelilingi area itu. Satu atau dua reporter sedang meliput perkembangan saat itu sebelum akhirnya menyelesaikan laporan mereka dan kembali ke van masing-masing.
Ketika ia memutuskan untuk kembali saja ke kelas, ia melihat seorang gadis yang tidak ia kenal berjalan menghampirinya. Gadis itu memiliki juntaian rambut merah jambu panjang yang sebenarnya norak bagi kebanyakan orang, namun entah kenapa warna itu sangat cocok dengan corak kulitnya yang pucat dan sedikit berbintik-bintik di beberapa tempat.
“Apa kau Ophelia Wood?”
Gadis itu mengangguk. “Maaf, kau tahu namaku dari mana?”
“Aku melihatmu naik ke mobil polisi tadi, dan aku langsung berasumsi bahwa kau adalah The Ophelia Wood.”
Ophelia mengerutkan keningnya ketika mendengar ucapan gadis itu. ““The Ophelia Wood”?” ulangnya bingung.
“Kau tidak tahu? Semua orang memanggilmu begitu,” jawab gadis itu. “Well, semua orang di jurusan Kedokteran mungkin.”
“Apa maksudnya itu?”
“You’re the only girl Valerie likes in the campus. Valerie tidak gampang menyukai seseorang begitu saja, apalagi untuk dijadikan teman baik. Bahkan kami yang satu kelas dan jurusan dengannya pun tidak bisa menjadi temannya.”
Ophelia menyipitkan matanya. “Tapi... itu sudah hampir tiga tahun yang lalu.”
“Namaku Sakura Madison,” ucap gadis itu tidak nyambung. Ia mengulurkan tangannya pada Ophelia, yang ia sambut dengan sedikit ragu. “Aku adalah teman sekelas Valerie dan ketua komite untuk camp yang kemarin diselenggarakan. Aku yakin kalau kau sudah tahu mengenai apa yang terjadi, bukan begitu?”
“Valerie menghilang, dan camp kalian harus dihentikan demi alasan keamanan,” jawab Ophelia.
Sakura mendekatkan kepalanya kepada Ophelia, berbisik padanya. “Apa polisi menanyakanmu juga mengenai sebuah liontin?”
Ophelia memandangnya dengan kaget. “Iya, tapi aku tidak tahu itu apa,” jawabnya yang balas berbisik juga.
“Liontin itu bisa jadi menjadi kepingan penting yang membuat Valerie diculik,” balas Sakura sambil berpikir keras. “Aku ingin kau membantuku untuk mencari tahu mengenai liontin itu, dan mungkin kita bisa membantu polisi menemukan Valerie juga.”
Ophelia mengerutkan kedua alisnya. “Kenapa aku harus membantumu? Look, aku bahkan tidak begitu mengenal Valerie lagi sejak masa Orientasi. Aku bahkan baru mendengar soal liontin ini dari polisi, yang mana mengatakan bahwa liontin itu mungkin adalah penyebab menghilangnya Valerie. Jika benar liontin itu berbahaya, aku tidak ingin terlibat lebih jauh soal benda itu.”
“Apa? Kau baru mendengar soal liontin Valerie?” tanya Sakura bingung. “Bukannya Valerie telah mengirimkanmu pesan?”
Ophelia jadi bingung sekarang. “Pesan apa?”
“Pesan di dalam kunci jawaban yang dibocorkan ke kelas kalian kemarin,” jawab Sakura. “Kupikir kau sudah tahu.”
Dan sekarang Ophelia benar-benar terbengong saking kagetnya dengan ucapan Sakura.