"Kau harus membuat Tuan Putri selalu bahagia, jangan sampai aku mendengar ada keluhan darinya. Aku sudah berjanji akan membuatnya hidup damai dan bahagia bersamamu. Semua kulakukan demi kerajaan kita dan untuk masa depan yang damai. Rakyat,parlemen serta para petinggi kerajaan sudah lelah dengan perang. Leluhur kita terlalu jumawa sehingga hanya mementingkan riset pada alat perang bukan pemeliharaan warga. Leluhur kita juga terlalu meremehkan mereka yang terlahir dengan kebutuhan khusus, bercita-cita membentuk ras yang sempurna sehingga menutup mata dari kemanusiaan. Aku ingin mengubah semua itu Pangeran Viktor, aku ingin memperbaiki semuanya termasuk pemulihan para warga yang terkena penyakit aneh itu. Ingat! Tuan Putri satu-satunya harapan yang kita punya, jangan sampai membuatnya tertekan sehingga sakit.", kata-kata itu masih terngiag-ngiang di telingaku. Bahagia? Apa aku bisa melakukannya? Aku bahkan tak tahu kapan terakhir kali aku merasa bahagia. Tapi demi Ayahanda dan kerajaan, aku akan berusaha melakukannya.
Kubuka kertas surat dari Tuan Putri itu, kubaca ulang persyaratan yang diajukannya : 1. akses komunikasi yang bebas tanpa halangan serta sadapan: 2. tidak memaksa untuk mengikuti tradisi Kerajaan Integra jika tidak berkenan; 3. diperbolehkan melakukan tradisi dari Kerajaan Star Light; 4. tidak dipaksa melepas topeng saat tampil di publik maupun saat di istana; 5. diperbolehkan melanjutkan pendidikan jika masalah sudah selesai; 6. bebas keluar-masuk Kerajaan Integra dan mengunjungi Star Light kapan saja; 7. properti pribadi boleh diperiksa tetapi tidak boleh disita/dibuang/dimusnahkan tanpa pemberitahun; 8. kamar yang terpisah dari Pangeran Viktor Phoenix; 9. Pangeran Viktor Phoenix dilarang menyentuh tanpa ijin, kecuali untuk pertolongan medis dan darurat: 10. boleh melakukan riset di dalam maupun di luar istana; 11. diperbolehkan membawa dokter dan pengawal pribadi dari Star Light; 12. mengambil darah sesuai prosedur yang ditetapkan bersama. Banyak juga syaratnya. Tetapi yang paling menggelitik nomer 8 dan 9, tidak boleh menyentuh tanpa ijin, ya tidak masalah yang penting Tuan Putri bahagia dan rakyatku selamat.
"Siap grak!!!" terdengar suara yang membuyarkan lamunanku. Aku melihat di sampingku, ya ini bukan mimpi. Pernikahan itu sudah terjadi, aku belum tahu seperti apa wajahnya. Hanya matanya yang sebiru laut dan rambut emasnya saja yang pernah kulihat. Aku menyiapkan lengan kiriku untuk digandengnya. Ia menatapku dari balik topeng emasnya. Ia menghela napas, lalu menggandeng tangan lengan kiriku dengan tangan kanannya. Jangan sampai mengacaukan momen ini Viktor, rakyat di dua kerajaan menyaksikan resepsi ini.
"Hormat pedang grak!!!" terdengar suara itu, tak kusangka akan secepat ini. Rasanya baru kemarin saja aku bergabung di militer, sekarang sudah menikah. Kulihat di kanan dan kiriku ada prajurit militer dari kerajaanku. Aku berpakaian sama dengan mereka, pakaian berwarna biru navi, seragam khas angkatan udara Kerajaan Integra. Aku memberi hormat, pedang-pedang itu mulai membentuk palang. Aku dan Tuan Putri ini melangkah perlahan-lahan, satu demi satu palang pedang itu terbuka. Hingga akhirnya sampai di bagian tengah. Para prajurit itu membentuk lingkaran mengelilingiku dan Tuan Putri ini. Pedang diangkat ke atas kepala kami membentuk semacam kerucut, melambangkan semoga selalu mendapat perlindungan dari Yang Mahakuasa. Ya semoga saja aku bisa terus melindungi hubungan ini agar perdamaian bisa terus berjalan. Meski aku tak tahu apa yang ada di kepala Tuan Putri ini. Aku tak bisa mengatakan apakah dia cantik atau tidak. Saat ini, saat berhadapan dengannya di tengah kerucut pedang ini, aku hanya melihat tatapan matanya dan bibir merahnya yang berusaha tersenyum. Dia memakai gaun pengantin berwarna putih dengan lengan yang panjang serta rok yang panjangnya dapat menyapu lantai. Gaunnya berhias renda seluruhnya. Dia menolak memakai tiara, hanya mau memakai bando warna silver yang dihias dengan renda. Rambut emasnya dibuat bergelombang. Dia memilih buket bunga Bumi yang dikenal dengan nama Edelweiss, warnanya putih. Aku dan dia berjalan ke pelaminan. Aku berusaha tersenyum, kulihat dia, dia tersenyum sesekali melambaikan tangan kirinya yang tak memegang buket bunga.
KLAP!!!KLAP!!!KLAP!!! Para paparazi itu mulai mengambil foto kami, aku berusaha tersenyum senatural mungkin. Meski aku sudah lama aku tak tahu bagaimana senyum yang sesungguhnya. Di sebelah kiriku ada Ayahanda dan Ibu Suri dengan pakaian berwarna putih, di sebelah kanan Tuan Putri ini ada orang tuanya, Raja Surya Goldenlight III dan Ratu Anindya Agraciana II. Keduanya juga berpakaian putih, KLAP!!! KLAP!!!KLAP!!! Paparazi itu mulai mengambil gambar lagi. Dari jauh kulihat para tamu berdatangan, ya tidak banyak hanya pejabat tinggi kerajaan dan tokoh masyarakat dari kedua kerajaaan. Resepsi ini pun dilaksanakan dengan sederhana dan tidak mengundang banyak tamu. Daya tampung gedung zona non militer ini tidak banyak.
"Lempar! Lempar!" sudah terdengar teriakan itu. Tuan Putri itu membalik badan, lalu bersiap melempar buket bunganya. Entah bangsawan mana yang mendapatkannya aku tidak peduli. Yang kutahu inilah awal mula hidup baruku....
****
"Dimana kamarku, Bi?" aku bertanya pada pelayan yang dikenal sebagai Mrs. Ann itu.
"Sebentar lagi sampai Yang Mulia.", aku melihat ke segala arah sedari tadi. Istana Integra ini luas juga, hampir sama seperti Istana Kerajaan Star Light. Nuansanya dominan warna putih. Dindingnya didominasi warna putih. Lantainya dari marmer berwarna kuning gading. Aku dibawa ke salah satu sudut istana. Berdekatan dengan taman yang indah, tetapi entah mengapa terasa suram.
"Nah, ini kamar Anda, Tuan Putri!" aku tak percaya dengan apa yang kulihat. Ingin rasanya aku berteriak. "Apa benar ini kamarku?" aku ingin mengecek bahwa ini bukan mimpi.
"Tentu saja Tuan Putri," Bibi Ann tersenyum,"kamar ini didesain sesuai permintaan dari Ibunda Tuan Putri.", Dari Ibunda? Berarti Mama, ahhh Mama memang tahu apa yang kuinginkan.
"Lalu dimana kamar Yang Mulia Pangeran?" aku penasaran.
"Kamar Yang Mulia Putra Mahkota tepat berada di samping kamar Tuan Putri.", Bibi Ann sedikit tertawa, jangan sampai dia berpikir yang tidak-tidak.
"Lalu dimana kamar Bibi? Emm..Bibi tahu kan aku belum mengenal istana ini dengan baik...jadi...."
"Jangan khawatir Yang Mulia," Bibi Ann mengeluarkan sebuah kotak kecil,"pasanglah chip ini di Watch-i Anda, maka Anda bisa memanggil saya dan pelayan lain kapan pun dibutuhkan. Chip ini juga berisi hal-hal mengenai istana ini serta dapat berfungsi sebagai remote di semua perabot di kompleks tempat tinggal putra mahkota serta di beberapa bagian istana.", aku menerima chip itu lalu memasangnya di Watch-i-ku. KLAP!!KLIP!! Aku mencoba mematikan dan menyalakan kembali lampu kamarku.
"Wow!" aku cukup terkesan,"Berarti aku tidak perlu ganti perangkat Watch-i dengan alat sejenis yang ada di sini ya, Bi?"
"Tidak perlu Tuan Putri." , Bibi itu menunjukkan alat yang nampak seperti Watch-i ditangannya hanya saja desainya lebih sederhana. Lebih terlihat seperti gelang kayu yang divernis."Di Integra juga ada Watch-i hanya mungkin sistem operasi dan beberapa desainnya berbeda."
"Oh begitu, aku paham sekarang." , aku mencoba fitur-fitur dari chip itu melalui layar hologram digital di Watch-i-ku.
"Apakah ada hal lain yang Tuan Putri butuhkan?"
"Emm..tidak Bi, saat ini tidak.", aku duduk di atas ranjangku.
"Baiklah Tuan Putri saya undur diri.", Bibi Ann pergi meninggalkanku. Aku membaringkan diri di ranjangku, setidaknya kamar ini sesuai dengan yang kurindukan. LALALA!!!CLING!!! Terdengar suara dari Watch-i ku. Dari hologramnya, aku tidak percaya...
"Lia!"panggilnya lewat video call di kayar hologram.
"Mira!", panggilku balik,"ini kau? Ini benar-benar kau?", aku tak percaya dengan apa yang kulihat.
***
ZRASSSTTT!!! Guyuran shower yang menyegarkan tubuhku juga pikiranku. Aku tak menyangka rasanya secepat ini. Apa Tuan Putri itu baik-baik saja? Bagaimana jika dia tak suka kamarnya? Aku harus segera melihat keadaannya. Aku segera mengeringkan tubuhku lalu berpakaian.
"Yang Mulia!" ucap seseorang dari arah belakang, aku menoleh ke arahnya.
"Oh, kau Bibi Ann", aku mengancingkan kemeja putihku lalu memakai sweater abu-abu tanpa lengan.
"Apa ada yang bisa saya bantu, Yang Mulia?"
"Bagaimana Tuan Putri? Apakah dia baik-baik saja?" aku menyisir rambutku lalu memakai pomade.
"Tuan Putri sudah di kamarnya.", Bibi Ann tersenyum, jangan sampai Bibi Ann berpikir macam-macam.
"Apa dia baik-baik saja? Apa dia mengeluh tentang kamar atau yang lainnya?"
"Tidak Yang Mulia," dia tersenyum lagi,"semua sudah siap dan baik-baik saja, Anda tak perlu risau.", siap? Siap untuk apa? Oh Bibi Ann mulai berpikir yang tidak-tidak.
"Kau boleh pergi Bi, aku akan mengeceknya sendiri.", Bibi Ann menahan tawa.
"Baiklah Yang Mulia, selamat menikmati malam Anda.", dia membungkukkan badan lalu pergi sambil tertawa. Menikmati malam? Bibi Ann benar-benar berpikir yang tidak-tidak. Akhirnya kamar itu terisi juga, lebih cepat dari dugaanku. Aku berjalan menghampiri kamar itu, pintunya tertutup rapat. Tidak ada suara dari dalam. Apa aku tidak jadi masuk saja? Mungkinkah dia sudah tidur?
"Tuan Putri! Tuan Putri!" TOK!TOK!TOK!,"Tuan Putri! Tuan Putri! Apakah Anda sudah tidur? Tuan Putri? Ini saya, Pangeran Viktor," tak ada jawaban dari dalam, apa dia sudah tertidur? Lebih baik aku mengeceknya,"Tuan Putri!" panggilku lirih. NGEK!!! Pintu kamar itu terbuka, WOW!!! Aku melihat ke semua sudut kamar itu. Kamar yang cukup sederhana untuk seorang putri raja. Kamar itu bernuansa biru laut. Dindingnya seluruhnya berwarna biru laut. Lantainya dari kain, entah bahan apa hingga bisa seperti pasir pantai yang berwarna coklat kekuningan. Di dekat pintu masuk, atau di sebelah barat daya, ada sofa dan bean bag-seluruhnya warna biru langit-serta meja dari kaca dengan rangka berwarna biru metalik. Di sudut ruangan sebelah barat laut, ada rak buku berisi buku-buku. Di sebelah pojok sebelah timur laut ada meja rias dan lemari, keduanya berwarna biru langit. Tepat di sisi selatan di kamar yang menghadap utara ini ada tempat tidur dengan kelambu, yang seluruhnya berwarna biru muda. Bed cover-nya motif kerang laut warna-warni. Di sisi tenggara, ada meja belajar berwarna biru dan perangkat komputer. Terdapat beberapa poster yang ditempel di dindingnya, aku tak tahu poster apa itu. Lebih tepatnya tak tahu siapa tokoh di poster itu. Sepertinya bukan tokoh penting atau bangsawan, tetapi lebih ke pekerja seni.
"Kau tahu berkat dirimu, upss maksudku berkat perjanjian damai itu, akses perbatasan bebas dibuka, yeee!!!" nampak seseorang sedang berbicara, sepertinya suara perempuan, aku masuk ke dalam kamarnya.
"Benarkah?" dia sedang video call dengan seseorang melalui laptop berlayar hologram, gambar seorang perempuan dengan rambut emas dan mata cokelat,"Ahh!! Pasti menyenangkan! Ini akan mempermudah memperoleh bahan untuk riset kita, Mir. Aku sudah tak sabar untuk kembali kuliah. Aku rindu dengan proyek risetku di perusahaan juga di bangku kuliah....oh aku tak yakin bisa kembali semester ini..."
"Hey, jangan sedih, kuliah masih lama kok. Lagi pula kan ada kelas online. Kau bisa belajar dari Integra. Tapi jika kau sibuk dan dapat nilai jelek di semester besok, tak usah khawatir. Aku siap menemanimu mengulang bahkan cuti.", aku tak percaya dengan yang kulihat, dengan santainya Tuan Putri video call dengan keadaan masih memakai topeng emas dan gaun pernikahannya. Dia berbaring tertelungkup di lantai dekat pintu kamar mandi.
"Kamu mau cuti? Memangnya kenapa? Apa luka akibat tragedi itu membuatmu sakit?"
"Tidak, bukan karena luka tapi karena ada job di perusahaan riset Kakek. Kau tahu kan ada banyak riset yang bisa kita lanjutkan di saat situasi damai ini...", CLING!!! Muncul layar hologram tambahan, tentang data yang aku tak tahu apa isinya, sepertinya huruf khusus dari Star Light.
"Kau menyuruhku membaca huruf kuno?" protes Tuan Putri sambil menakan cemilan.
"Ini memang riset kuno, Bodoh!" HAH?! Siapa wanita ini? Berani memanggil Tuan Putri bodoh.
"Dasar Tukang Tidur. Kau tahu aku terjebak di situasi ini karena kau!"
"Karena aku? Bukannya kau seharusnya senang bisa bersama mama dan papamu?"
"Bukan saat ini, tapi dulu ketika kita ingin nonton konser grup band robotic dari Integra. The B!itz."
"Oh, iya aku ingat, waktu itu kita tertangkap patroli militer Integra. Wkwkwk, kau harus lihat ekspresimu sangat ketakutan, hahaha!"
"Ya, setidaknya aku tidak mengompol, wkwkwk."
"Ya, kenangan yang manis, aku masih ingat saat itu. Situasinya sulit, mau nonton konser saja sulit, kau harus lihat sekarang baru 3 hari yang lalu perdamaian danai ditandatangani dan hari ini kau menikah juga resepsi. Perbatasan banyak berubah, tidak garang seperti dulu, lebih bersahabat. Tak ada lagi jalur tikus, kita bebas menyeberang. Kau ingat saat kita ditangkap petugas perbatasan Integra? Waktu itu kita hampir masuk penjara, wkwkwk."
"Ingatlah," Tuan Putri kembali memakan cemilannya,"saat itu bahkan kita sampai masuk ke wilayah Integra secara diam-diam, pejabat itu tiba-tiba mendapat kabar jika anaknya sekarat dan butuh tambahan darah. Ya, ya dan demi alasan kemanusiaaan, seperti yang diajarkan Grandpa..."
"Kita harus selalu menolong orang tanpa pandang apa pun kerajaannya, saat dia butuh pertolongan.", keduanya mengucapkan kalimat itu bersamaan.
"Ya, saat itu tak ada pendonor ya jadi kau yang jadi pendonor. Dan kita dibebaskan sebagai tanda terima kasih petugas itu."
"Ya, tapi kita tak jadi nonton konser."
"Iya, aku tahu kau kecewa tapi lihat sekarang berkat itu kita kan jadi tahu bahwa darahmu benar-benar istimewa, wkwkwk."
"Percobaan konyolku terbukti sekarang, wkwkwk."
"Iya, ya aku turut senang, kau menjadikan saudara sepupumu sendiri sebagai kelinci percobaan.", oh jadi gadis ini saudara sepupu Tuan Putri.
"Hey, ayolah aku hanya mengambil darahmu sedikit kok. Oh ya jangan sampai kau sedih, saat darahmu diambil"
"Memangnya kenapa?", CLING!!! Kembali muncul layar hologram tambahan berisi data dari bahasa yang hurufnya aku tahu, tapi bahasanya lain.
"Seperti yang kau lihat sel darahmu itu unik, dipercobaanku sel darahmu dipakai untuk menyembuhkan luka pada marmut dan itu berhasil. Sel darah itu diambil saat kau merasa senang. Ketika aku mengulang percobaan dengan sel darah yang diambil saat kau sedih atau depresi untuk menyembuhkan luka yang sama pada marmut lain, marmut itu mati. Sel darahmu berubah jadi racun yang cukup mematikan.," hmm...jadi begitu, itu alasannya mengala Tuan Putri harus dibuat selalu bahagia?!
"Iya, aku akan berusaha bahagia kok, wkwkw."
"Harus bahagia bukan berusaha bahagia, Bodoh! Kau sudah di Integra sudah menikah dengan pangeran impian para gadis di kelas kita, wkwkwk. Apalagi yang kurang?" impian para gadis di kelas? Hmm, nampaknya aku cukup populer ya.
"Apa gunanya ada di sini jika grup band The B!itz tak tampil? Jika punya akses keluar masuk tapi tak bisa nonton sama saja."
"Siapa bilang mereka tak tampil?! Mereka akan tampil kok untuk merayakan pesta pernikahamu, wkwkw."
"YANG BENAR!!! Teriaknya.
"Iya benar!" CLING!!! Muncul layar hologram tambahan lagi, terdengar musik yang kencang serta kembang api dari layar itu. Ada tulisan dengan bahasa dan huruf Integra di layar itu. Apa dia bisa Bahasa Integra?
"YUHU!!! Teriak Tuan Putri, WUSH!!! Dia melempar laptopnya ke udara,"YEEE!!! Teriaknya lagi.
"Jangan melempar laptopmu ke udara, Bodoh!" protes saudara sepupunya, Tuan Putri itu tertawa sambil membalikkan badannya ke posisi telentang.
"Yang Mulia!" ia langsung berdiri sambil membenahi gaunya, PLUK!!! Tangannya menangkap laptop berwarna pink itu.
"Sejak kapan Anda di sini?" ucap saudari sepupunya lewat layar hologram yang miring akibat laptop yang dilempar,"Suatu kehormatan bertemu dengan Anda, Yang Mulia Pangeran Viktor, perkenalkan saya Miranda sepupu Lia, emmm maksudku Tuan Putri Lia. Emm..Rosi eh Lia emm maksudku Tuan Putri Roselia, kita sudahi dulu ya obrolan kita. Selamat malam", BIP!! Layar hologram itu mati.
"Sejak kapan Anda di sini, emm... Yang Mulia Pangeran?" Tuan Putri itu duduk di kursi dekat meja belajarnya.
"Ya, sudah cukup lama, Tuan Putri." ,aku menatapnya tajam.
"Mengapa Anda emm...tidak mengetuk pintu emm...dulu?"
"Saya sudah mengetuknya Putri, tapi Anda tidak dengar."
"Emm...apa Anda butuh sesuatu? Apa ada yang bisa saya bantu?"
"Tidak, saya hanya mengecek keadaan Anda, apakah Anda baik-baik saja atau tidak.
"Jangan khawatir, Yang Mulia saya baik-baik saja!"
"Apa Anda suka dengan dekorasi kamar ini, Tuan Putri?"
"Tentu, saya suka membuatku serasa berada di rumah." , Tuan Putri itu tersenyum.
"Hari sudah larut Tuan Putri, sebaiknya Anda segera berganti baju lalu bersiap tidur. Tolong jaga kondisi Anda. Besok pagi akan ada jumpa pers serta pemeriksaan kesehatan Anda untuk mengawali penelitian pembuatan obat bagi rakyat kami. Untuk itu mohon bantuannya," aku membungkukkan badan, Tuan Putri itu terus memperhatikanku,"jika Anda membutuhkan saya, saya ada di kamar sebelah. Jika butuh sesuatu panggil saja Bibi Ann, dia adalah kepala pelayan di kompleks kediaman saya. Selamat beristirahat Tuan Putri, selamat malam.", aku mengundurkan diri. Tuan Putri itu hanya menggangguk. Apa yang bisa kuharapkan? Aku hanya seperti penjaga atau tepatnya pelayannya, aku bahkan tak punya wewenang untuk menyentuhnya dalam batas wajar pertemanan antara laki-laki dan perempuan. Aku menghela napas, aku rela berkorban apa pun asal Ayahanda dan rakyat di kerajaanku bahagia. Aku kembali ke kamarku, merebahkan diri di tempat tidur, setidaknya di alam mimpi aku memiliki ruang yang bebas untuk " bernapas".
***
Aku melepas topeng emasku dan gaun terkutuk itu. Ah, bak mandiku yang nyaman, entah asli atau replika aku tak peduli. Yang penting ini sungguh mirip dengan kamarku yang ada di Free Land, bahkan kamar mandinya pun mirip. Paling enak memang berendam di air hangat dengan sabun aroma bunga Bumi-yang disebut Melati. Pangeran itu dingin sekali, tak kusangka dia bahkan tak marah ketika tahu tingkahku yang sebenarnya. Dia bahkan tidak membicarakan tentang seperti apa wajahku, atau tentang malam pertama setelah perkawinan. AKH!!!! Apa yang kau pikirkan Roselia, mengapa jadi terpikir ke arah situ. Ingat! Pernikahan ini demi penyelidikan, perdamaian dan kemanusiaan saja tak lebih. Emm, tapi aku harus bisa mendapatkan kepercayaannya, bagaimana cara mendekati orang sedingin itu? Apa dia tidak punya kata bahagia dalam pikirannya? Sejauh ini belum pernah kulihat dia tersenyum dengan tulus. Lebih baik Kak Juna yang bisa tersenyum tulus saat kuajak berbicara. Oh iya, aku tak boleh mandi lama-lama harus segera tidur. Aku mengeringkan badanku lalu berpakaian. Hmm, kamar yang mirip, bahkan baby doll pink kesukaanku pun ada. Sandal kelinci warna violetnya pun ada.
Aku melihat diriku di cermin rias,"Mengapa Mama bisa tahan memakai topeng emas seperti ini? Kubuka laci di meja rias itu,"Wow! Bahkan produk perawatan kulit dan alat make up-nya pun juga sudah tersedia. Benar-benar pemindahan atau replika yang hebat," kuoleskan krim berwarna putih ke seluruh mukaku. "Setidaknya aku bisa melakukan perawatan rutin mulai malam ini."
Aku mencoba tidur,"Apakah aku bisa tidur?" kulihat di sampingku, ada boneka teddy bear raksasa berwarna putih salju,"Poppy, ternyata kau juga ada di sini!" aku memeluk Poppy,"Setidaknya Mama mengirimmu untuk menemaniku entah kau asli atau replika itu tak masalah. Tunggu jika ini kamar replika berarti...,mungkinkah?! Aku mencoba bangun, kulihat di bawah tempat tidur. Benar, ada dia! Boneka humanoid berbentuk danbo, seukuran Mama yang dibuat oleh Mama ketika aku masih kecil. "Oh, bahkan Mama pun ada", aku membawanya ke atas tempat tidur, meletakkannya di sebelahku,"kurasa aku harus mengganti wajahnya.", aku memandangi wajah yang di boneka itu. Wajah Mama ketika masih menyanar sebagai Anindya Hope, dengan rambut cokelat. "Baiklah, selamat malam Poppy, selamat malam Mama."
"Tolong! Tolong!" aku bangun dari tidurku, lalu melihat ke sekeliling. Suara siapa itu malam-malam begini? Apa jangan-jangan hantu?! Aku memeluk Poppy semakin erat, sambil menarik selimut menutupi wajahku. "Tolong! Tolong! AAAA!!! Tolong!" suara itu semakin jelas terdengar.
"Siapa itu?" aku melihat sekeliling kamar, jendela dan pintu tertutup, berarti tak ada yang masuk,"Tenanglah Lia! Tenanglah, jika ada apa-apa kamar Pangeran ada di sebelah tinggal berteriak saja," aku berusaha menenangkan diri,"tunggu, jangan-jangan itu suara Yang Mulia?!" aku memberanikan diri keluar kamar. Terlihat pintu kamar pangeran terkunci, kusetel Watch-i-ku ke mode siaga merah, agar alarm bahaya bisa segera menyala ketika ada bahaya dan penjaga bisa langsung terpanggil. Tinggal tekan saja Watch-i saja. Aku juga membawa Poppy, suara itu berhenti. Mungkin hanya halusinasiku saja.
"Tolong! Tolong! Tolong!" suara itu kembali lagi, terdengar jelas dari kamar Pangeran.
"Yang Mulia! Yang Mulia!" TOK! TOK! TOK! Aku mengetuk pintu warna coklat itu, sambil memanggil. Pintunya terkunci dari dalam.
"Tolong! Tolong!" suaranya semakin keras.
"Yang Mulia! Yang Mulia!"BRAK!!! Aku menendang pintunya dan terbuka begitu saja. Untuk kelas istana pintu ini rapuh, seperti di film saja, sekali tendang terbuka. Aku masuk ke dalam tidak ada apa-apa. Kamar itu cukup luas, dindingnya seluruhnya berwarna putih. Berbeda dengan kamarku, kamar ini bernuansa cokelat kayu manis. Hampir seluruh perabotnya berwarna cokelat kayu manis. Aku melihat ke arah tempat tidur, ada Pangeran yang nampak tertidur terlentang, selimutnya berantakan.
"Tolong! Tolong!" ia berkeringat dingin, napas tersengal-sengal. Tangan dan kakinya bergerak tak teratur. Apa dia mabuk?
"Yang Mulia! Yang Mulia!" aku naik ke atas tempat tidur, mendekatinya sambil memeluk Poppy. "Yang Mulia! Yang Mulia Pangeran!" Aku menyentuh badannya, mencoba untuk membangunkannya.
"Tolong! Tolong!" Dia terus saja berteriak sampai,"Ibunda! Ibunda!" Tiba-tiba saja tangan dan tubuhnya bergerak menarikku, aku jadi berada di pelukannya. Hanya dibatasi oleh Poppy.
"Yang Mulia! Yang Mulia!" aku berusaha membangunkannya. Kenapa aku justru berada dalam situasi ini? Dia menelukku erat sekali, seperti pelukan Papa. Uh! Aku berusaha melepaskan pelukan Pangeran.
"Ibunda! Ibunda jangan pergi! Aku takut! Jangan pergi....", ia berhenti berteriak-teriak, napasnya kembali teratur. Sepertinya tidurnya nyenyak sekarang. Ya ampun, apa aku harus dalam pelukannya? Kurasa dia benar-benar mimpi buruk, tidak mabuk. Tak tercium bau alkohol darinya. "Ibunda, jangan pergi...", ia semakin mengeratkan pelukannya. Nampaknya aku harus tidur di sini malam ini.
***
BLUP!!!BLUP!!! Aku tidak bisa bernapas, aku tidak boleh mati di sini. Aku berusaha sekuat tenaga untuk muncul di permukaan. "Tolong!!! Tolong!!!" teriakku. Aku terus timbul tenggelam di air, aku berusaha sekuat mungkin menggerakkan-gerakkan kaki dan tanganku, "tolong! Tolong!" Aku berteriak sekencang mungkin. Glek! Glek! Aku merasakan air kolam itu tertelan.
" Viktor! Viktor!" Terdengar suara tak asing, aku sekuat berusaha naik ke permukaan.
"Ibunda! Ibunda!" aku berusaha naik ke permukaan. Tangan lembut, penuh cinta kasih itu mengangkatku. "Ibunda!" aku menangis di pelukannya.
"Sudah, jangan takut semua baik-baik saja.", tangan lembut itu mengusap kepalaku, sesekali ia mengecup dahiku.
"Ibunda, jangan pergi!" Aku memeluknya semakin kencang,"Aku takut! Ibunda! Jangan pergi!" Aku menangis di pelukannnya.
"Ibunda akan ada di sini, Nak!" CUP! Dia mengecup dahiku lagi. Sambil menatap mataku, ia mengelus-elus kepalaku. Aku memelukknya.
"Ibunda, aku rindu...." CLANG!!!CLANG!!! CLING!!CLING!!CLANG!!!CLANG!!!CLING!!!CLING!!! Aku terbangun dari tidurku. Ternyata hanya mimpi, alarm sialan itu membangunkanku. Tunggu apa ini?! Aku ternyata memeluk sebuah benda besar berwarna putih, aku melihat di bawahnya ada sesuatu, sepertinya kepala manusia. Wajahnya seluruhnya berwarna putih yang nampak mengekerut. BLAR!!! AAAAKKKHHH!!! Teriakku bersamaan dengan wajah putih. Wajah putih itu tiba-tiba membuka matanya. GUBRAK!!! Aku dan wajah putih itu jatuh dari tempat tidur dari sisi yang berbeda.
"Aduh sakit!" wajah putih itu bangkit sambil memegangi punggungnya dan benda putih besar itu. Wajah putih itu memakai baju tidur dan celana panjang- yang seluruhnya berwarna pink. Rambutnya terurai, warna emas, matanya warna biru. Tunggu, jangan-jangan dia....
"Tuan Putri!" Aku berdiri,"A...a...a...apa yang An...da lakukan di kamarku?" Bagaimana dia bisa masuk ke sini? Dia duduk di tepi tempat tidurku, "Em...em...a...a...pa An...da ba...ik- aik sa..ja?" duh, jangan sampai dia terluka.
"Aku tidak apa-apa, tak usah khawatir Yang Mulia," ia menatapku,"apa Anda baik-baik saja?"
"Emm...ya saya baik-baik saja." , aku tak tahu harus berkata apa, bagaimana aku bisa tidur berpelukan dengannya? Seingatku aku tidur sendirian. Apa jangan-jangan dia ingin....
"Jangan bingung begitu, jangan berpikir yang tidak-tidak," Tuan Putri itu melepas benda putih mengkerut di wajahnya,"aku sampai lupa melepas maskerku. "
"Emm...maafkan saya, saya tidak tahu jika itu Anda.", aku jadi merasa bersalah sudah membuatnya jatuh, semoga dia tidak cidera.
"Sudahlah Yang Mulia," SRAK!!! Benda putih itu terkelupas seluruhnya,"aku tidak terluka kok, tenanglah.," Nampak wajahnya yang asli, aku menatapnya sejenak. Kulitnya cukup putih, cukup bersih dari jerawat. Emm...tapi ternyata hidungnya kurang mancung ya.
"Oh, ya ini pertama kalinya ya Anda melihat wajah asliku, hehehe," ia tertawa, "jangan kaget ya hidungku memang pesek,wkwkwk."
"Tidak apa-apa, seperti apa pun Anda. Anda sudah menjadi istri saya dan saya akan menerimanya."
"Apa Yang Mulia kaget karena aku memakai masker? Ditambah lagi Poppy juga berwarna putih. Jadi mungkin agak seram, hehehe."
"Masker? Poppy?" aku mengernyitkan dahi,"apa itu?"
"Oh, ini Poppy, boneka yang menemaniku tidur dari kecil," Tuan Putri mendudukkan boneka menyerupai makhluk Bumi-yang dinamakan beruang itu dihadapanku,"lalu yang kupakai itu masker. Salah satu jenis cara untuk merawat kulit wajah. Emm...apa mamamu eh, maksudku Yang Mulia Ratu tidak pernah memakainya?"
Aku tertunduk,"Saya tidak tahu, Ibunda sudah lama meninggal.", jangan menangis, jangan cengeng. Kau sedang dihadapan Tuan Putri Viktor. "Tuan Putri!" Apa yang dia lakukan?
"Maaf jika membuat Anda tak nyaman, aku tak tahu jika Ibunda Anda sudah wafat," dia memelukku,"aku tak bermaksud membuat Anda bersedih. Aku tahu mungkin syarat yang kuajukan di dalam perjanjian terlihat egois. Tapi bukan berarti aku tidak peduli pada Anda. Anda merindukan ibunda Anda sampai terbawa ke alam bawah sadar, sehingga bermimpi buruk. Aku masuk ke sini bukan bermaksud apa-apa, aku khawatir karena mendengar suara minta tolong dari kamar Anda. Awalnya aku ingin membangunkan Anda, tetapi sepertinya Anda bertemu Ibunda di dalam mimpi sehingga tak sengaja memelukku. Tidak apa-apa aku takkan marah, karena aku pun hanya seorang anak manusia yang sangat menyayangi Mama. Tak perlu selalu berpura-pura "baik-baik saja", jika di depanku, jika Anda ingin menangis, marah atau mengeluh tidak apa-apa. Tidak perlu takut, semua akan baik-baik saja.", kata-kata ini, kalimat ini, pelukan ini, Entah mengapa aku merasa nyaman, entah mengapa aku menangis. Menangis sepuasku seperti waktu kecil, tak ada kepura-puraan. Tak ada larangan. Ya, aku menangis di pelukan Tuan Putri ini. Sampai aku tak sadar berapa lama aku melakukannya. Dia mengelus-elus punggungku seperti Ibunda, aku jadi merasa semakin nyaman.
***
Duh, kenapa dia jadi menangis? Aku jadi tak enak. Apa yang harus kulakukan? Aku ingin melepas pelukan ini, tapi aku tak tega. Dia terlihat kuat, tapi sebenarnya rapuh. Mungkin karena banyak tekanan, ia jadi amat dingin. Aku harus menghentikannya, jangan sampai matanya sembab. Nanti orang lain mengira yang bukan-bukan. Bisa rusak citra pangeran ini. Tunggu, napasnya mulai teratur, untunglah akhirnya dia berhenti menangis. Aku meleoaskan pelukanku.
"Emm...apa Anda baik-baik saja?" duh kenapa malah tanya itu sih. Aku menambil tissu yang ada di atas meja samping tempat tidurnya. "Silahkan!" Aku menyodorkan tissu itu.
Ia menghapus air matanya, "Maafkan saya sudah membuat Anda melihat saya seperti ini, saya janji ini tidak akan...", aku meletakkan jari telunjukku di bibirnya.
"Jangan berjanji yang membuat Anda sendiri terluka." , apa yang kulakukan? Segera aku menarik jariku,"Upss! Maafkan aku, aku hanya tidak ingin Anda tambah sedih atau tertekan. Emm...agar Anda tidak mimpi buruk lagi, hehehe."
"Iya, terima kasih sudah mengkhawatirkan saya.", ini hanya perasaanku saja, atau dia memang sedikit tersenyum?!
"Oh iya," aku teringat sesuatu,"soal pintu kamar Anda, kumohon jangan marah. Aku menendangnya kemarin karena terkunci dari dalam, hehehe. "
"Tidak apa-apa, terima kasih sudah mengkhawatirkan saya. "
"Apa Anda selalu mimpi buruk setiap malam?" duh, mengapa aku mananyakann hal ini. Ia menatapku sejenak.
"Emm...hampir setiap malam. Semenjak Ibunda saya meninggal saya kerap bermimpi buruk. Maaf karena sudah mengganggu istirahat Anda, jika Anda tidak nyaman, saya bisa pindah ke kamar lain.", pindah kamar? Duh, aku jadi tak enak nih.
"Tidak perlu Yang Mulia, saya sudah terbiasa kok, hehehe," ia menatapku tajam, "maksud saya, saudara sepupu saya Mira, juga sering bermimpi buruk jadi saya sudah terbiasa dengan hal itu.", maaf Mir, aku terpaksa bohong. Semoga dia nggak jadi pindah kamar.
***
Bagaimana keadaan Tuan Putri itu? Apakah dia sudah siap? Nampak pintu kamarnya terbuka sedikit.
"Hey, Rosi mau tampil di TV nih, wkwkwk.", perempuan itu lagi, apakah mereka berhubungan selama 25 jam nonstop?,"apa kau nervous? Ingat jangan membuat malu bibi dan pamanku, wkwkwk."
"Jangan khawatir, aku akan berusaha agar tak membuat malu Papa dan Mama." , Tuan Putri itu nampak mengecek make up-nya lagi. Dia sudah memakai topeng emasnya, seluruh wajahnya tertutup topeng. Rambutnya dibiarkan lurus menjuntai, dia memakai bando berwarna biru metalik. Ya, pakaiannya berupa dress sederhana berwarna biru muda, seperti warna jas yang kukenakan. TAP!!!TAP!!!TAP!!! Ada yang datang, kenapa aku malah sembunyi? Aku bersembunyi balik pintu kamarku. Nampaknya ada yang masuk ke kamar Tuan Putri. Aku kembali mengintip dari pintu yang sedikit terbuka.
"Apa Papa dan Mama akan pulang?" nampak Raja dan Ratu Star Light menghampirinya. Pemandangan yang membuatku iri. CUP! Ratu Anindya memeluknya lalu mengecup dahinya.
"Mama dan Papa harus segera pulang, kami tak bisa meninggalkan kerajaan terlalu lama. Banyak yang harus segera diurus. Apalagi Kakek Bima dan Grandpa tinggal bersama di istana, jika terlalu lama dibiarkan kau tahu kan apa yang akan terjadi?" Ratu memeluknya lagi,"Aku akan selalu ada saat kau butuh video call atau komunikasi lainnya, jangan khawatir, Sayang. Semua akan baik-baik saja. Mr. Boma akan di sini untuk menjagamu."
"HAH?!"teriaknya sambil melepaskan pelukan Ratu Anindya.
"Kenapa? Apa kau tidak suka?" tanya Raja Surya.
"Bukannya aku tidak suka, tapi apa itu tidak terlalu berlebihan? Sudah ada Royal's Guard ring I, dokter kerajaan dan sekarang The King's Guard. Emmm...apa itu tidak berlebihan Pa? Maksudku apa itu sepertinya Papa tidak percaya pada keamananku di sini?"
"Bukannya tidak percaya, Sayang. Kau itu harta titipan untuk Papa dan Mama dari-Nya yang paling berharga. Kami hanya ingin kau aman. Apalagi kau juga salah satu permata Keluarga Hope. Sama berharganya seperti Mira, kau sebenarnya disiapkan untuk melanjutkan riset dan usaha di perusahaan Grandpa. Bukan menjadi putri raja, ya meski pun itu memang identitasmu yang tak bisa diubah. Kau tahu kan Grandpa setuju kau ikut demi kemanusiaan dan perdamaian saja? Jika sampai kau terluka, bisa-bisa Grandpa menggunakan kekuatan politiknya untuk untuk menyerang papamu, itu tidak baik bagi kerajaan dan keluarga kita sendiri.", tidak disiapkan menjadi putri raja? Apa maksudnya?
"Maaf, sudah melibatkanmu pada situasi yang tidak nyaman ini," Raja Surya memeluknya,"kau seharusnya menikmati libur kuliahmu dengan bahagia di Free Land tetapi kau malah terseret dalam persoalan kerajaan. "
"Anata, jangan buat Lia-ku bersedih, kita di sini untuk berpamitan bukan mengantarnya ke medan perang. Lagi pula setelah para warga Integra itu sembuh, dia bisa bebas kembali ke Star Light kan?"
"Ya, tentu. Jika hatinya tidak terikat pada Pangeran, wkwkwk! Aduh!" Raja Surya mengelus-elus kepalanya,"Mengapa kau menjitakku, Ratu? Sakit tahu, aku hanya berusaha mencairkan suasana."
"Jangan membuat putriku ini merasa terbebani, aku ingin dia sendiri yang menentukan dimana hatinya akan terikat. Ingat! Kau masih harus kuliah, kakakmu belum menikah, tunda dulu memberi Kakek dan Grandpa cicit ya!", mengapa aku merasa Raja dan Ratu jadi sosok yang berbeda? Mereka terlihat sangat dekat, bahkan raja pun tidak marah ketika ratu menjitaknya. Seperti keluarga biasa, seandainya keluargaku sedekat itu.
"Kau membuat putri kita berpikir yang tidak-tidak, Ratu."
"Apa bedanya denganmu, Raja. Duh, jadi lupa kita kan harus menghadiri jumpa pers itu.", Ratu mulai panik. NGEKK!!! Pintu terbuka. "Yang Mulia Pangeran, Anda sudah di sini? Sejak kapan?", gawat, jangan sampai Ratu curiga.
"Baru baru saja, Yang Mulia Ratu.", aku berusaha tenang. Sepertinya berhasil raja dan ratu tak bertanya apa pun, mereka meninggalkanku berdua saja dengan Tuan Putri.
"Maaf, membuat Anda menunggu, Yang Mulia."
"Tidak apa-apa Tuan Putri, mari kita langsung ke sana.", aku mengajaknya berjalan menuju ruang jumpa pers.
"Yang Mulia!" panggilnya, aku menoleh,"Kira-kira wawancaranya seputar apa? Saya jarang tampil di TV."
"Hanya seputar perjanjian perdamaian serta pernikahan kita. Jangan khawatir, saya akan meng-handle semuanya."
"Apa wawancaranya akan menggunakan Bahasa Integra? Bukan Lightgra ( bahasa perpaduan antara Star Light dan Integra, biasa dan umum digunakan di masyarakat kedua negara)?"
"Tuan Putri tidak perlu khawatir, saya akan meng-handle semuanya karena ini tuntutan dari media massa kerajaan saya.",jangan khawatir Viktor, ini hanya media massa. Kau pasti bisa mengatasinya. Di ruangan itu nampak ada Ayahanda, Ibu Suri, Raja Surya dan Ratu Anindya dalam posisi berdiri. Ketika kami masuk, CLAP!!!CLAP!!CLAP!!! Lampu blitz dari paparazi mulai mengambil gambar. Ayahanda, Ibu Suri, Raja dan Ratu pergi meninggalkan ruangan jumpa pers yang bernuansa pink itu. Aku dan Tuan Putri duduk di sofa yang berwarna putih, di depan kami ada meja kayu yang dipenuhi mikrofon maupun alat perekam suara.
"Baiklah, wawancara bisa dimulai. Topiknya harus sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati.", seorang penjaga mengawali wawancara.
"Yang Mulia Pangeran, bagaimana pendapat Anda tentang pernikahan ini? Apakah Anda yakin hal ini bisa mempersatukan kedua kerajaan?" tanya seorang wartawan.
"Pernikahan ibarat mempersatukan dua keluarga, saya yakin melalui pernikahan ini perjanjian perdamaian akan semakin kuat."
"Pertanyaan saya ajukan untuk Tuan Putri," seorang wartawan bertanya,"mengapa Anda besrsedia menikahi Pangeran Viktor? Bagaimana menurut Anda tentang sifat Pangeran Viktor?"
"Menurut saya dia baik, sopan, lemah lembut dan yang terpenting mau menerima saya apa adanya, selalu sabar dalam menghadapi saya yang lebih muda, jika ditanya mengapa mau menikah dengannya...emmm siapa sih yang tidak mau dijodohkan dengan pemuda yang tampan dan imut sepertinya,hehehe.", Tuan Putri tertawa, semua orang pun tertawa meski mereka tahu bahwa wajahnya tak terlihat.
"Bagaimana dengan keturunan? Apakah Yang Mulia Raja Erik akan segera menjadi kakek?" pertanyaan bodoh apa itu? Baru sebentar menikah sudah ditanya keturunan.
"Kami masih terlalu muda, masih banyak yang harus kami pelajari. Jadi, kami menundanya terlebih dahulu sampai matang secara fisik dan mental."
"Yang Mulia Pangeran," seorang wartawan wanita paruh baya menanggilku,"bagaimana pendapat Anda mengenai perkembangan kasus misteri pembunuhan mendiang Ratu Sofia? Menurut kabar yang beredar, Ratu bunuh diri bersama kekasihnya karena ketahuan berselingkuh, apa itu benar?" Ibunda? Berselingkuh? Kalian tidak tahu apa-apa! Aku tertunduk, ingin kumarah dan merobek mulut wartawan itu. Tak terasa tanganku mengepal memendam amarah, sampai.....kurasakan tangan hangat nan menenangkan menggenggam tanganku.
"Maaf pertanyaan Anda, mungkin sudah keluar jalur," Tuan Putri? Apakah telingaku salah dengar? Dia berbicara dalam bahasa resmi Integra,"sebagai wartawan seharusnya Anda mengajukan pertanyaan sesuai ketentuan serta berdasarkan pada fakta bukan opini. Janganlah membangun opini publik yang salah akibat berita yang Anda buat ."
"Tuan Putri, Anda bisa bahasa resmi kerajaan kami?" para wartawan itu bertanya bersamaan.
"Hehehe," dia hanya tertawa, kulihat tanganku yang digenggamnya, tangannya mungil tetapi menenangkan,"ya saya masih belajar belum terlalu pandai."
"Sejak kapan Anda mempelajarinya? Apa ini persiapan Anda sebagai calon ratu Integra di masa depan?", benar juga sejak kapan dia belajar? Aku belum pernah mempelajarinya.
"Saya belajar sejak masih berada di pendidikan Pedagogi kelas X, saya mempelajari ya karena suka terhadap grup band robotic The B!itz, mereka sangat keren, "dia bahkan lancar bicara dengan bahasa dan dialek bagian utara Integra,"upss,maaf!" dia membungkam mulutnya,"Maaf saya lupa jika ini wawancara resmi, seharusnya saya menggunakan bahasa resmi.", ia tersenyum simpul. Para wartawan ini terdiam kurasa mereka sangat terkejut.
"Apa Anda juga bisa berbicara dengan bahasa serta dialek dari bagian selatan Integra?" pertanyaan konyol apa itu? Aku saja tidak bisa berbicara dengan bahasa itu, apalagi Tuan Putri.
"Tentu saja bisa, hehehe. Aku suka dengan lagu dan film romance dari bagian selatan Integra. Ceritanya menarik, lagu original soundtrack-nya bagus, jadi aku juga mempelajarinya. hehehe." ternyata dia juga bisa.
"Yang Mulia, bagaimana menurut pendapat Anda dialek dan bahasa mana yang lebih baik? Utara atau selatan?" mengapa topik wawancara ini jadi fokus pada hal ini?
"Emmm..." Tuan Putri berpikir,"dua-duanya sama-sama baik, karena keduanya merupakan aset Kerajaan Integra. Jadi keduanya harus tetap dilestarikan.",para wartawan itu sibuk mencatat. Pertanyaan silih berganti sampai....
"Satu pertanyaan penutup," ucap salah seorang penjaga.
"Yang Mulia Pangeran!" wartawati menyebalkan itu lagi,"Apa benar Anda dan Tuan Putri tidur di kamar yang terpisah? Apa Anda berdua tidak merasa nyaman satu sama lain sehingga harus tidur terpisah? Bagaimana Anda menghabiskan malam pertama tadi malam?" mengapa wartawati ini sangat menyebalkan.
"Kami tidur bersama tadi malam!" aku berteriak,"Kami memang memiliki kamar terpisah, tetapi bukan berarti kami saling membenci. Apakah salah sekedar memiliki kamar untuk meletakkan barang-barang pribadi kami secara terpisah?", aku berdiri lalu menggandeng Tuan Putri itu keluar dari ruangan itu.
penyajian bahasanya oke, seperti dibawa larut dalam alurnya. udah kulike dan komen storymu. mampir dan like storyku juga ya. thankyouu
Comment on chapter Part 1. Menuju Pusat Kerajaan