Kadang ingin kutinggalkan semua letih hati
Menahan dusta di atas pedih ini, aku selalu sendiri
Serpihan hati ini, kupeluk erat, akan ku bawa sampai ku mati
Memendam rasa ini sendirian
Ku tak tahu mengapa , aku tak bisa melupakanmu
Kupercaya suatu hari nanti aku akan merebut hatimu
Walau harus menunggu sampai ku tak mampu menunggmu lagi
~Serpihan Hati, Utopia~
Hari minggu ini Reta tak ada rencana apapun.Bahkan kedua sahabatnya sudah ribuan kali merayunya agar ikut ke pasar minggu tapi Reta masih tidak mau.Untuk hari ini dia ingin bermalas-malasan dan beristirahat penuh karena tubuhnya sedikit tidak enak.Mungkin karena hujan waktu itu.
Dua hari yang lalu Reta kehujanan karena dia memberikan paying kepada temannya.Dia tidak tega membiarkan temannya yang sedang sakit itu kehujanan, nanti sakitnya bertambah parah.
“Pakailah payungku, Nit..,” tawarnya.
“Loh, loe pakek apa pulangnya?” tanya Nita dengan logat bicaranya yang khas Jakarta.
“Oh, aku masih ada urusan sebentar disini.Nanti baru pulang.Jadi kamu pakai dulu aja paying ini,” usulnya sembari memberikan paying pinknya yang bermotif bunga sakura.
“Bener nih nggak papa gue pakek paying loe?”
“Iya nggak papa, mungkin nanti sudah reda hujannya setelah urusanku selesai,”
“Oh, baiklah. Thanks..,” ucap Nita.
Reta tidak ada urusan apapun di kampusnya waktu itu.Tapi dia harus membuat alasan agar Nita tidak menolak tawarannya.Dia bergegas pulang tanpa menunggu hujan berhenti.Dan beginilah akhirnya dia sedikit terkapar di kamar tidur karena flu yang menyerangnya.
*****
Seseorang menggedor pintu kamar Reta. Reta terbengong ketika mbak kos mengatakan bahwa dia ada tamu. Dia sudah mengatakan pada Putri dan Ersa bahwa dia tidak ikut ke pasar minggu tapi kenapa dia malah dating, pikir Reta.
Tapi Reta terkejut ketika mendapati seorang cowok yang telah dikenalnya itu berdiri disamping Motor Satria merah yang tengah terparkir di sepan kos nya itu. Wajahnya pucat dan tersirat kekhawatiran disana.Dia masih mematung disana tanpa menyadari bahwa Reta sudah berdiri dihadapannya. Cowok itu pasti akan tetap dengan pikirannya sendiri jika saja Reta tak memanggilnya.
“Zelvin…kok kamu berada disini?” tanyanya heran.
Zelvin terlonjak kaget ketika melihat gadis sakuranya itu telah memandangnya dengan wajah heran.Dia langsung saja meraih tubuh mungil Reta dalam pelukannya.Dan sebelum Reta mencium bau kecurigaan dari kelakuannya dia segera melepaskan pelukannya.
“Kok kamu tahu tempat kos ku ? Apa ini juga kerjaan temanmu Si Nico..Nico..itu?” tanya Reta.
“Ah…kau bodoh.Masih saja bodoh,” desah Zelvin hingga tak terdengar Reta saking lirihnya.“Bagaimana keadaanmu?Apa sudah membaik? Apa flu nya parah?” tanyanya beruntun.
“Loh, kamu kok tahu aku sakit. Jangan-jangan dari…,”
“Iya, dari Nico, tentu saja,” ucap Zelvin seolah mengetahui pikiran gadis yang ada di depannya itu.
“Kau kesini juga karena perintahnya?”
“Ya..,” ucap Zelvin.“Apa mau ku antar ke dokter?Seberapa parah sakitmu?”
“Ah..sudahlah aku tidak apa-apa..,” ucap Reta.
Tapi, Reta tahu dari mimic cowok dihadapannya itu kalau dia masih belum percaya dengan perkataannya.
“Aku benar-benar tidak apa-apa. Aku sudah minum obat dan beberapa menit lagi pasti obatnya akan bekerja. Jadi kau tak perlu khawatir. Ah…maksudku sampaikan itu pada temanmu bahwa dia tidak perlu khawatir untukku,”
“Ya, baiklah.Tapi, jangan pernah bertindak bodoh lagi. Jangan pernah mengorbankan dirimu sendiri lagi untuk orang lain. Jangan kehujanan. Dan jangan sakit lagi,”
“Zelvin…kau…kau tahu aku…. Oh pasti dari Nico kan?”
“Iya, aku tahu semuanya dari Nico.Dia pasti sangat-sangat menyukaimu sampai dia tahu apapun tentangmu,” ucap Zelvin sembari pergi meninggalkan Reta dengan motornya itu.
Sampai kapan aku menunggu agar kau mau melihatku Ret. Tapi tak apalah, asalkan aku bisa selalu berada di dekatmu, maka biarlah aku tetap pada kebohonganku ini,” batin Zelvin di tengah-tengah perjalanan meninggalkan kos Reta.
*****