Hai, aku Rana. Aku akan menceritakan sedikit mengenai kisah ini. Sebelumnya, aku akan memberi tahu, jika carik demi carik tulisan yang ditulis oleh Meta adalah cerita yang ia tuliskan untuk kubaca. Ia depresi karena disakiti pada lelaki yang dipercayai dan disayanginya. Aku menyarankan agar dia meluapkan emosi dengan cara menulis. Apapun yang dia pikirkan. Tulisan lembar demi lembar tersebut, kiranya akan mengurangi sedikit rasa sedihnya. Aku membiarkannya menulis dan usai menulis, ia memberikannya padaku secarik demi secarik untuk kubaca. Aku akan menuliskan di bagian akhir, untuk melengkapi kisah Meta. Kabarnya, kisah ini akan diberikan oleh anaknya kelak. Baik untuk disimpan atau diwariskan, itu hak Meta. Aku hanya akan melengkapi kisahnya yang belum dituliskan oleh Meta. Salam dari saya, Galuh Chandra Kirana (Rana).
Meta depresi dan tidak mau bekerja selama tiga minggu karena ditinggal menikah oleh Boby. Sosok yang dia sayangi, bahkan menghabiskan waktu dan uangnya untuk membahagiakan Boby. Tapi apa daya, Boby lebih memilih Anis yang menurut Boby lebih mudah diatur. Meta sebenarnya penurut, jika Boby dapat mengendalikan hati Meta. Sayang sekali, bukan jodoh. Mau dibicarakan seperti apapun, tidak akan bersatu. Seperti kisahnya dengan Handi yang tidak berakhir dengan bahagia lagi.
Kala itu, aku memutuskan untuk pergi ke Beijing karena sedang ada masalah dengan Wiji. Aku tidak bisa berfikir dingin dan ingin curhat pada Xiao Feng. Aku tidak tahu, jika Meta memiliki akhir seperti ini dengan Boby. Setelah aku tiga hari di Beijing, Meta ingin menyusulku. Kami disana hampir cukup lama, mengajak Meta berjalan-jalan keliling China dan kemanapun ia pergi, asal dapat melupakan Boby.
Kala itu, Xiao Feng memberitahuku jika lusa ada pertemuan dengan beberapa orang Indonesia. Dia mengadakan pesta baberque halal, aku bukan orang vegan kok. Hahaha, itu hanya trikku saja pada mami, kala itu. Kali ini, pesta itu tidak di Beijing, tapi di Harbin. Kota di China yang memiliki suhu udara begitu dingin, acara diadakan pada saat salju pertama turun. Pertengahan antara musim gugur dengan musim dingin. Acara kali ini yang mengadakan Xiao Feng dan istrinya, kami pergi ke Harbin untuk membantu persiapan acara itu. Aku, Meta, dan Xiao Feng membeli tiket kereta menuju Harbin.
Malam hari, kami menuju Beijing zhan ( ???) atau Beijing Railway Sation menuju Harbindong ( ???? ) atau stasiun Harbin Timur. Setelah perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan bus, sampailah kami pada kota Heilongjiang. Pesta akan diadakan di Heilongjiang Botanical Forest Garden. Di perjalanan, kami menyempatkan diri menuju daerah Alabo, disana kami menemukan masjid karena disana pusatnya muslim.
Ketika sedang di masjid, Xiao Feng menunggu kami diluar. Dia bercerita dengan seroang pemuda yang sedang jalan-jalan di China sendirian. Xiao Feng memperkenalkan pada kita lelaki tersebut. Dia berasal dari Indonesia dan ini hari pertamanya di Harbin. Kebaikan Xiao Feng menjamu pria itu untuk tinggal di rumahnya karena dia belum menemukan hotel yang pas untuknya. Dia juga diajak Xiao Feng untuk ikut pesta baberque. Kami mendapatkan satu teman baru lagi, arek Suroboyo (anak Surabaya). Perjalanan dilanjutkan dan acara lancar seperti yang kami inginkan.
Setelah puas berkeliling Harbin, aku dan Meta memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Aku menyamakan pulang sesuai dengan tanggal arek itu. Di pesawat, aku ternyata terpisah sendiri dengan mereka. Meta bersebelahan dengan arek itu, sementara aku. Disebelahku masih kosong, belum ada orang, setelah ada orang, aku tidak menenalnya karena mukanya ditutup dengan masker dan mengenakan topi. Hanya matanya saja yang dapat aku lihat. Ketika diudara, lelaki sebelahku memesan makanan. Ketika dibuka, ternyata itu Wiji. Dia menyusulku ke Beijing, sendirian. Karena tidak bisa menemukanku di kafe, dia menghabiskan waktu dua hari sendiri di Beijing. Dia tahu aku di Harbin dari pelayan kafeku, dia tidak tahu China tidak bisa berbahasa China, dia hanya mengandalkan Bahasa Inggrisnya. Wiji menceritakan banyak hal padaku, mengenai dirinya mengapa menjadi pendiam padaku. Aku mengerti dan menerima penjelasannya. Syukurlah, aku tidak sampai memutuskannya hanya karena dia tidak memberiku kabar.
Xiao Feng berkata bahwa Wiji sudah tenang. Tenang, tentu saja. Dia tidak perlu repot memberiku kabar apapun, dia tidak mengekangku dan tidak membentakku. Dia percaya kalau aku memilih Wiji untuk selamanya, Wiji pu demikian. Dia memilih Rana untuk selamanya. Tidak ada yang disembunyikan, jadi tidak perlu ada banyak drama. Kami sama-sama sudah master, jika putus hanya karena chat lama dibalas atau jarang ada kabar, itu memalukan.
Setahun kemudian, usai kepulangan kami dari China. Aku sudah bekerja di Solo, di perusahaan asing yang membutuhkan psikolog sepertiku. Aku mendapatkan undangan pernihakan yang akan dilakukan di Bali dan aku akan menghadirinya, bersama Wiji. Meta menikah, syukurlah! Ia menikah dengan arek Suroboyo itu. Disana tertulis mempelai wanita Prameta Andriana (Meta) dan mempelai pria Mosis Putra Zukhair (Mosis). Tuhan menghalangi Meta dengan orang yang salah dengan berbagai macam cobaan. Hal ini tidak lain karena Meta hanya untuk Mosis, ya Meta(for)Mosis.
Mantap Betul, ditunggu ini karyanya
Comment on chapter Prolog