Read More >>"> Meta(for)Mosis (Aku, Andry Bakery, dan Simbok) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Meta(for)Mosis
MENU
About Us  

Baiklah, sekarang aku akan menceritakan tentang usaha kue papa mama aku. Sebagai pewaris tunggal Andri Bakery, tentunya aku harus hafal dan memahami apa saja yang nantinya aku perlukan untuk meneruskan kue papa. Meskipun aku tidak tertarik dengan dunia dapur, aku bisa mendapatkan uang dari bisnis papa satu ini. Aku juga tidak mau, kalau toko kue kami akan jatuh di tangan Rana. Akhir-akhir ini, mama sering sekali membicarakan masalah kue dan Rana sangat pandai dalam meladeni pembicaraan tersebut. Tapi ketika aku tanya, Rana bilang  ‘tidak’. Entahlah, hanya untuk menghiburku atau seperti apa. Aku hanya mengetahui, ia tidak suka mendapatkan sesuau yang tidak ia hasilkan melalui keringatnya sendiri. Baiklah, itu cerita lama. Saat ini, Rana sedang menjalankan bisnis makanan sendiri loh, kafe. Unik deh, kalau kalian kesana pasti ingin sekali mendatangi kedai Rana, sudah ada tiga cabang loh, di kota yang berbeda. Perjalanan Rana memikirkan kedai dan segala hal yang ia dapatkan, menemupuh perjalanan yang sungguh luar biasa. Pasti papa mama dahulu seperti itu juga. Cukup ya, iklan saoal Rana. Saatnya kembali pada cerita Andri Bakery.

Andry Bakery resmi membuka toko, dua tahun sebelum kelahiranku. Cerita dibalik layar, aku tidak terlalu mengorek karena bagiku, itu kisah papa mama. Aku hanya mengetahui, dahulu kue dititipkan ke toko kecil, mama papa membawa kue ke tempat kerja yang berawal hanya tester, kemudian beralih pada pesan memesan. Hingga kini, akhirnya terkumpul sudah uang untuk membangun toko di jalan yang cukup strategis. Tepat di jalan lapar, gang cemil toko Andry Bakery berada. Bagiku cukup strategis karena pertama, dekat dengan taman alias banyak orang yang pacaran disana. Kedua, dekat dengan rumah sakit Kasih, jadi kalau ada orang besuk dan lupa membawa buah tangan, meraka kadang kemari untuk membeli beberapa kudapan. Ketiga, dekat dengan kost mahasiswa. Selain itu, kami pun bekerja sama dengan mereka, para mahasiswa yang ingin menjadi anggora AB (Andry Bakery). Keuntungannya banyak, bagi kami. Entah bagi mereka, hahaha.

Disamping lokasi yang mendukung, cara pemasaran pun unik. Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, kami bekerja sama dengan siapapun, tentunya yang menguntungkan bagi AB. Setor menyetor pada toko kecil, sudah kami hentikan karena tidak menguntungkan, alias jadi rugi. Disini sudah diterapkan sistem ‘rapat’ alias bayar-dapat. AB hanya membuat sejumlah roti dengan jumlah pemesanan saja, tapi diminimalkan sepuluh buah setiap rasa. Kalau misalnya adonan sisa, biasanya dimakan oleh keluarga kami. Berhubung aku sudah bosan dengan AB, jadi ketika aku membawa bekal roti, sering kukasih Rana. Aku pun tak tahu, ia membagikan ke anak-anak atau dimakan sendiri. Bayangkan saja, setip hari aku hampir membawa tiga buah, minimal. Tapi, ya sudah lah ya, itu hak Rana karena dia menjadi  pemakan kue-kue ku, fresh from the oven. Nikmatnya jadi Rana. Selalu dapat gratisan dari mana pun. Pantas saja, ia bisa menabung tanpa kelaparan, bahkan badannya pun montok.

Mau tahu, AB menjual apa saja? Hahaha…. Sebenarnya ini rahasia pabrik. Tapi berhubung aku saat ini sudah bermetamorfosis, aku akan menceritakan sedikit pada kalian. Siapa tahu, nanti ada yang terinspirasi dengan ide dari Meta. Kan seneng atuh, akika kalau menjadi inspirasi orang-orang.

Roti yang dijual ditoko, tanpa pemesanan sebelumnya tentu saja ada. Ada roti kering, basah, dan kue tradisional. Alhamdulillah selalu habis setiap harinya. Kalau soal rasa, seperti pada toko pada umumnya. Coklat, pandan, vanila, susu, stroberi semua ada. Rasa yang paling aku senangi adalah rasa kacang hijau, sementara Rana sangat suka rasa teh hijau. Kue kesenangan kami bentuknya padat, layaknya bakpia patok dari Yogyakarta. Bedanya, disini ada cetakan bentuk sesuai dengan isinya. Misalnya kue kesukaan Rana, rasa teh hijau, berbentuk seperti daun dan kesukaanku bentuk bulat ada tulisan kh di tengahnya. Pokoknya aku sudah hafal diluar kepala kue dan roti macam ini. Sementara favorit pengunjung berdasarkan hasil survei pembeli, paling laris adalah roti melon. Katanya sih manisnya pas dan wangi melonnya menggoda. Papa terinspirasi dari film Doraemon, camilan kesukaan Dorami, maka dari itu di AB roti melon dibentuk menyerupai kepala Dorami. Mengapa Meta hafal sekali? Karena itu tugas Meta sebagai pewaris tunggal AB dan juga tugas mingguan dari mama kalau mau naikin uang jajan.

Selain toko kue, papa juga memiliki vila di Bandung. Bangunannya terbuat dari kayu, udaranya sejuk banget, di puncak Cicemara namanya. Aku tidak tahu harga uang sewa untuk menyewa vila tersebut. Awalnya papa yang mengurusi vila, tapi karena banyak orang yang berminat, ramai pula. Alhasil, papa meminta bantuan orang Cicemara untuk mengurusi vila kami. Nama vila itu, Pondok Andri dan yang mengurus adalah Mang Asep. Lelaki yang super halus tingkah lakunya, istrinya pun cantik dan lembut, anaknya satu masih batita. Kalau sedang suntuk dengan suasana Jakarta, aku dan Rana sering melarikan diri ke vila. Tapi kalau vila sedang disewa, aku menginap di rumah Mang Asep. Vila selalu diboking oleh mama, setiap minggu ketiga. Katanya si untuk arisan keluarga atau acara lainnya. Kami sering kesana pula, untuk acara minum teh (ssst, ini sakral untuk keluarga Andri. Nanti akan kuceritakan ditengah perjalanan cintaku). Selain itu, ada pula berlibur sahaja, arisan emak-emak, atau apapunlah alasan mama pada Mang Asep.

Pekerjaan mama dan papa aku rahasiakan saja karena mereka tidak ingin ada orang yang tahu. Jadi, ketika aku ditanya orang-orang ‘papamu kerjanya apa?’ aku hanya menjawab tukang roti. Ah, ya sudahlah… itu urusan mereka untuk membayangkan tukang roti itu seperti apa dan yang pasti, dalam benakku bukan tukang roti yang diformalin atau memakai bahan basi ya. Enak aja, nanti tambah terkenal papa aku.

Wajar kan, kalau sebelumnya aku bercerita kalau aku ini anak orang kaya, pewaris tunggal lagi. Tidak bermaksud sombong, tapi hanya mendeskripsikan Meta itu bagaimana kok bisa bodoh kaya gitu gitu loh. Cantik, enggak juga sih tapi lumayan enak dilihatlah. Kalau saat ini sih, aku sudah cantik, beda ketika aku masih pakai seragam putih abu-abu. Pinter, iya dong, jealas karena sering ditunjuk untuk ikut lomba ini itu sama guru. Ndak tahu juga, mengapa selalu aku yang ditunjuk untuk perwakilan sekolah. Mungkin saja aku memang terkenal pintar dikalangan guru. Eh, bukan ding tapi penurut, kala itu.

Sebenarnya papa memberikanku fasilitas mobil yang sudah bisa kupakai ketika umur 17 tahun. Tapi ketika SMA, papa tidak mengizinkanku memakai kendaraanku. Aku hanya boleh memakai sepeda ontel atau naik kendaraan umum.

“Ta, ini mobil yang papa janjikan untuk kamu. Terima kasih karena sudah membuat papa mama senang dengan prestasi yang kamu berikan untuk kami.” Kata papa ketika memberiku hadiah mobil. “Tapi pesan papa, kamu tidak boleh memakai sebelum kamu berumur 17 tahun.” Sambungnya.

“Lalu kalau Meta mau pergi, nggak boleh pakai mobil?” tanyaku.

“No. Kamu kan ada sepeda ontel. Sayang kalau kamu buang. Sekolah kamu kan nggak jauh dari sini. Katanya sepeda kuning kesukaanmu tidak akan tergantikan oleh apapun, papa pernah mau ngasih sepeda motor, kamu tidak mau.”

“Ya, tapi ini kan mobil pa.. kenapa papa kasih, kalau tidak diizinkan untuk Meta pakai?”

“Minggu depan kan umur kamu 17, aduh anak ini gimana sih. Jadi kamu boleh pakai.”

“Waaaaaaa. Iyaya lupa.”

“Tapi….”

“Tapi apa pa?”

“Tapi, tetap tidak boleh memakai ke sekolah, ke rumah teman, dan jalan sama Rana. Kamu hanya boleh menggunakannya ketika pergi keluar kota saja, itu pun kamu harus dengan supir.”

“What…? Papa? Meta kan bukan anak SD lagi, papaa.”

“Tidak! Kecuali kalau sudah kuliah. Sementara sekarang ini, kunci dipegang oleh supir.” Kata papa mengakhiri pembicaraan kami kala itu.

Karena aku sering naik kendaraan umum, jadi beginilah aku. Sering berkeringat, perlahan kulitku sedikit menghitam akibat menunggu bus lumayan lama. Aku memakai sepeda ontel hanya sampai kelas 2 SMP saja untuk pergi ke sekolah, selain itu aku naik kendaraan umum, atas perintah papa. Tuh, bener kan kalau aku tidak seperti anak tunggal pada umumnya yang dimanjakan. Aku jadi bener-bener mirip anak pembantu kan? Kalau keluar dari rumah pun, dari pintu belakang. Jadi teman-teman kalau main ya aku persilakan di kamar tamu belakang, bukan kamar depan. Dekat dengan simbok yang sedang memasak, tapi bukan dapur ya. Hanya ruangan cukup luas dengan tv dan karpet tempat untuk simbok mempersiapkan bahan-bahan untuk memasak.

Simbok ini yang  mengurus warung makan mama. Karena mama sibuk, masakan simbok enak dan sehat, jadi mama meminta simbok untuk mengurus warung makannya. Sampai namanya pun nama menjadi “Warung Simbok”. Kata mama, simbok sudah lama ikut menjadi asisten rumah tangga kami, saat ini simbok sudah tua dan rumahnya ada di gang sebelah saja. Simbok hanya tinggal berdua dengan anaknya yang kini sudah besar. Kerena anak simbok jarang pulang, jadi mama meminta simbok untuk tinggal dirumah, simbok sudah aku anggap seperti nenek. Kadang kalau sedang tidak bisa tidur, aku ke kamar simbok dan minta didongengin. Kalau aku sakit, akupun minta tidur dengan simbok. Beliau baik sekali, membuatkanku miuman hangat kadang memijit tubuhku yang sakit, dan mengizinkan aku tidur di kamar simbok. Awal-awal simbok menjadi tidur di lantai karena senggan kalau sekasur denganku. Alhasil, papa menyulap kamar simbok lebih luas, nyaman dan kasurnya double. Jadi kalau aku rindu dongeng dari simbok dan tertidur, simbok tidak perlu tidur di lantai. Kami semua sayang sekali dengan simbok, terlebih Rana. Ia setiap minggu datang, membantu simbok menyiapkan makanan dan ikut berjualan. Meskipun kini simbok sudah ada dua orang lain yang membantunya, Rana tetap kekeh ingin membantu simbok memasak dan berjualan.

Kata mama, hasil untung dari jualan semuanya untuk simbok. Mama hanya minta setengah modal mama saja untuk modal berikutnya. Sampai saat ini, mama mengeluarkan uang satu juta dan simbok hanya perlu memberi mama uang 500ribu. Jadi, untuk selanjutnya mama hanya perlu mengeluarkan uang 500ribu untuk membeli bahan makanan warung. Simbok tidak perlu mengeluarkan uang untuk apapun, bahkan jika simbok ingin istirahat diizinkan oleh mama. Ketika arisan, berlibur, dan kepuncak pun simbok harus ikut. Kalau simbok tidak mau ikut, kadang Rana tidak ingin pergi dengan kami. Alasannya ingin ngobrol sama simbok, ingin tahu resep a b c sama simbok, ingin tahu tentang masa kecil simbok, ingin tahu cerita apapun tentang simbok, ingin diramal simbok, ingin curhat dengan simbok, dan sebagainya.

Oh iya, simbok ini bisa memahami suasana hati kami berdua, terutama kalau lagi sebel sama orang. Nasihat simbok, selalu menjadi andalan kami dan selalu menenangkan hati kami. Simbok pun punya mata batin yang luar biasa, beliau tidak bisa melihat makhluk halus, tapi bisa melihat masa depan kami, bisa membuat obat, dan kata simbok kalau sedang memijit, ia seperti melihat garis kuning di badan. Jadi garis itu yang nantinya diurut oleh simbok ketika ia memijit orang sakit. Katanya sih itu garis yang ditunjukan sama Tuhan kalau bagian situ yang harus diurut, bagian warna kuning. Pantas saja, aku senang kalau dekat simbok.

Nah, kalau teman-temanku main, aku tidak mau simbok yang membuatkan minum untuk mereka. Aku maunya simbok mengajari aku membuat minum. Seperti kala itu, saat simbok sedang duduk santai sambil mennton tv. Aku datang kedapur untuk membuat minuman teman-temanku yang sedang bermain, kala itu aku masih SD.

“Non, sedang apa?” kata simbok mendekatiku.

“Meta mau buat teh simbok, untuk teman-teman.” Jawabku sambil mencari teh dilemari. “Dimana tehnya ya? Kok ndak ada.”

“Biar simbok saja, Non.”

“Simbok kok panggil Non lagi sih, Meta kan nggak mau. Namanya kan Prameta Andriana, ndak ada suku kata non disana.” Kataku sebal, sejak kecil aku memang tidak suka dipanggil non, oleh siapaun.

“Simbok sungkan. Panggil neng saja ya, kalau gitu?” kata simbok menawar.

“Neng? Mmmm boleh, papa mama juga kadang memanggil neng. Iya, itu saja ya mbok. Kataku singkat.” Setelah menemukan teh, aku mencari gula.

“Biar simbok saja yang buat ya?”

“Nggak mau, nanti simbok capek. Simbok ajarin Meta saja yang buat minuman ya.” Kataku sambil mengambil air dingin di kulkas dan hendak menuangkan ke jug, tapi dicegah simbok. “Eh, jangan pakai air es dulu, nanti gulanya nggak bisa larut.” Kata simbok sambil mengambil botol berisi air es dari tanganku.

“Terus gimana? Es teh kan dingin.” Kataku sambil melihat simbok.

“Pakai ini dulu, air panas sedikit untuk melarutkan gula. Mau teh yang dari Wonosobo kan, dari kampung simbok? Ini di taruh sini dulu lalu diseduh,” kata simbok menerangkan sambil mengajari aku membuat es teh buatan simbok.

“Esnya gimana?” tanyaku

“Nanti ditambahin pakai es batu. Biar lebih enak”

“Kemarin yang simbok buat, nggak ada batunya.”

“Itu karena teh ini sudah simbok masukan kulkas, biar dingin.” Jawab simbok sabar.

“Oooo begitu ya. Simbok hebat ya. Besok Meta mau buat kopi, ajarin ya simbok.”

“Mau untuk apa kopinya?”

“Untuk diminum, Meta mau coba minum kopi.”

“Hahahaa, boleh. Nanti simbok ajarin apapun yang Neng Meta mau.” Jawab simbok.

Teh pun sudah siap, aku tidak bisa membawa semuanya. Alhasil simbok membantuku membawa untuk teman-temanku. Setelah menyuguhkan minuman untuk mereka, aku kebelakang lagi dengan simbok untuk mengambil beberapa camilan. Simbok membantuku, tidak hanya itu simbok pun mengambilkan aku beberapa roti yang baru saja matang dari oven. Setelah itu, aku bilang, “terima kasih ya, simbok.” Nah, karena momen tersebut, banyak yang mengira aku anak simbok.

Ketika mengajak main, nampak seperti anak pembanu karena letaknya dibelakang. Aku memang tidak mau mengajak teman-teman main di halaman depan. Pemandangannya membosankan, kalau dibelakang ada kolam renang dan juga kolam ikan di dalam rumah. Jadi aku lebih betah bermain dibelakang. Di depan hanya ada sofa, rumput, dan hiasan koleksi papa mama. Ketika main, simbok yang sering menemui kami sementara papa mama selalu pulang malam. Jadi mereka hanya melihat orang tua di dalam rumah, ya simbok.

Aku pun tidak bermasalah ketika dianggap sebagai anak simbok. Kata mama, ketika aku batita, aku memang lebih sering dengan simbok dan melakukan berbagai hal dengan simbok. Saat pengambilan rapor pun, aku ingin simbok yang mengambilnya. Rana pun ikut-ikutan, minta simbok yang mengambilkan. Kalau tidak ada Rana di rumah, simbok menjadi milikku satu-satunya. Kalau Rana sedang main, aku akan lebih menempel pada simbok, tujuannya agar Rana tidak mendekat pada simbok. Tapi ia tidak marah karena simbok selalu berkata, “Sesama saudara, harus saling berbagi dan mengalah. Kalau yang berbagi itu orangnya bijak, sementara yang mengalah orangnya dewasa. Hayo, siapa yang mau mengalah. Kalau bertengkar terus, simbok tidak mau mendongeng lagi ah. Kamar simbok mau dikunci setiap malam.” Sejak itu, aku dan Rana tidak pernah bertengkar berebut Simbok. Aku sudah tidak minta dipangku tengah lagi, tapi di sisi kanan, sementara Rana di sisi kiri simbok. Kami berdua pun terkadang berlomba membuat makanan untuk simbok. Meskipun di awal rasanya tidak karuan, simbok tetap memuji masakan kami.

“Masaknya sedikit saja. Simbok tidak kuat kalau makan banyak, ya.”

“Iya, simbok. Siap.” Kata kami berdua kompak.

Itulah sedikit cerita tentang simbok, aku, dan Rana. Papa mama memang selalu mengajariku untuk bekerja dari nol, tidak boleh mendapatkan hasil yang instan, semuanya butuh proses. Belajar masak dengan simbok, aku selalu gagal. Sementara Rana berhasil, hal itu yang membuatnya percaya diri membuka kafe dan sukses hingga saat ini. Tidak mendapatkan kemanjaan seperti anak tunggal pada umumnya, aku tidak masalah. Selain aku penurut, simbok pun sering bercerita saat simbok muda dahulu. Ketika ia bekerja keras, sampai sakit sampai hampir putus asa, dan aku hampir menangis karena cerita pilu simbok. Luar biasa pokoknya. Makanya kalau hanya sekedar tidak membawa mobil, itu tidak masalah bagiku. Aku pun memilih untuk berangkat bersama Rana, naik sepeda motor.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • Aziz

    Mantap Betul, ditunggu ini karyanya

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Secret Love
315      207     3     
Romance
Cerita ini bukan sekedar, cerita sepasang remaja yang menjalin kasih dan berujung bahagia. Cerita ini menceritakan tentang orang tua, kekasih, sahabat, rahasia dan air mata. Pertemuan Leea dengan Feree, membuat Leea melupakan masalah dalam hidupnya. Feree, lelaki itu mampu mengembalikan senyum Leea yang hilang. Leea senang, hidup nya tak lagi sendiri, ada Feree yang mengisi hari-harinya. Sa...
Untitled
507      290     0     
Romance
This story has deleted.
Ginger And Cinnamon
6961      1424     4     
Inspirational
Kisah Fiksi seorang wanita yang bernama Al-maratus sholihah. Menceritakan tentang kehidupan wanita yang kocak namun dibalik itu ia menyimpan kesedihan karena kisah keluarganya yang begitu berbeda dari kebanyakan orang pada umumnya itu membuat semua harapannya tak sesuai kenyataan.
LANGIT
25749      3716     13     
Romance
'Seperti Langit yang selalu menjadi tempat bertenggernya Bulan.' Tentang gadis yang selalu ceria bernama Bulan, namun menyimpan sesuatu yang hitam di dalamnya. Hidup dalam keluarga yang berantakan bukanlah perkara mudah baginya untuk tetap bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Seperti istilah yang menyatakan bahwa orang yang sering tertawalah yang banyak menyimpan luka. Bahkan, Langit pun ...
When the Winter Comes
55714      7750     124     
Mystery
Pertemuan Eun-Hye dengan Hyun-Shik mengingatkannya kembali pada trauma masa lalu yang menghancurkan hidupnya. Pemuda itu seakan mengisi kekosongan hatinya karena kepergian Ji-Hyun. Perlahan semua ini membawanya pada takdir yang menguak misteri kematian kedua kakaknya.
Purple Ink My Story
5939      1300     1     
Mystery
Berawal dari kado misterius dan diary yang dia temukan, dia berkeinginan untuk mencari tahu siapa pemiliknya dan mengungkap misteri yang terurai dalam buku tersebut. Namun terjadi suatu kecelakaan yang membuat Lusy mengalami koma. Rohnya masih bisa berkeliaran dengan bebas, dia menginginkan hidup kembali dan tidak sengaja berjanji tidak akan bangun dari koma jika belum berhasil menemukan jawaban ...
The Twins
4061      1400     2     
Romance
Syakilla adalah gadis cupu yang menjadi siswa baru di sekolah favorit ternama di Jakarta , bertemu dengan Syailla Gadis tomboy nan pemberani . Mereka menjalin hubungan persahabatan yang sangat erat . Tapi tak ada yang menyadari bahwa mereka sangat mirip atau bisa dikata kembar , apakah ada rahasia dibalik kemiripan mereka ? Dan apakah persahabatan mereka akan terus terjaga ketika mereka sama ...
Grey
212      176     1     
Romance
Silahkan kalian berpikir ulang sebelum menjatuhkan hati. Apakah kalian sudah siap jika hati itu tidak ada yang menangkap lalu benar-benar terjatuh dan patah? Jika tidak, jadilah pengecut yang selamanya tidak akan pernah merasakan indahnya jatuh cinta dan sakitnya patah hati.
Deepest
941      559     0     
Romance
Jika Ririn adalah orang yang santai di kelasnya, maka Ravin adalah sebaliknya. Ririn hanya mengikuti eskul jurnalistik sedangkan Ravin adalah kapten futsal. Ravin dan Ririn bertemu disaat yang tak terduga. Dimana pertemuan pertama itu Ravin mengetahui sesuatu yang membuat hatinya meringis.
Attention Whore
202      169     0     
Romance
Kelas dua belas SMA, Arumi Kinanti duduk sebangku dengan Dirgan Askara. Arumi selalu menyulitkan Dirgan ketika sedang ada latihan, ulangan, PR, bahkan ujian. Wajar Arumi tidak mengerti pelajaran, nyatanya memperhatikan wajah tampan di sampingnya jauh lebih menyenangkan.