Loading...
Logo TinLit
Read Story - Meta(for)Mosis
MENU
About Us  

Awal sebelum aku bercerita, izinkanlah tuk memperkenalkan diri ini dahulu. Namaku, Prameta Andriana seringkali teman dan saudara memanggilku Meta. Awal kali ingin bermetamorfosis, ketika aku duduk di bangku sekolah putih abu-abu, tepatnya kelas tiga. Meskipun masuk dalam sekolah terbaik se-Jabodetabek, tetap saja aku memiliki kekurangan. Tidak seperti temanku, Rana, ia teman sebangku sekaligus saudara jauhku. Rana kurang sexi alias memiliki kelebihan berat badan, dan itu menjadi kekuranganku. Kekurangan berat badan. Meskipun bukan masalah untuk orang lain, tapi berat badan menjadi masalah kami berdua. Di satu sisi Rana ingin mengurangi berat badan, sementara aku ingin menambah berat badan. Secara luar, aku lebih tinggi dari Rana, jadi kalau bersebelahan aku nampak kurus, sedangkan Rana gemuk. Tapi kalau dibandingkan dengan anak lain, kita nampak normal kok. Hahhaa… sudahlah, ini masalah internal diantara kami berdua. Alhasil kami melakukan diet positif negatif, agar memiliki berat badan yang ideal.

Okay, cukup untuk membahas masalah berat badan. Hal itu sangat sensitif untuk diperbincangkan. Sesungguhnya aku membenci pembahasan itu, walaupun hanya bercanda sesaat. Jadi, disini permasalahanku dengan si Rana hanya satu, yakni love love and love. Selain itu, kami tidak memiliki permasalahan yang sama. Kalau dilihat secara fisik, aku mengakui jika Rana jauh lebih cantik. Bagiku wajar karena Rana suka sayur, sementara aku suka gorengan. Rana menyukai renang, sementara kegemaranku hanyalah bermain engklek. Tidak hanya dari sudut pandangku saja, tapi dari pendapat teman-teman pun demikan, seperti saat itu. Ketika sedang jam istirahat, salah satu teman kami ada yang iseng. Namanya Indra, ketua kelas kami. Dia menulis dalam kertas tersebut, ‘cantik: Rana/Meta’ yang kemudian diturus dan diputar untuk voting. Ish ish ish… setelah divoting, melalui satu kelas secara diam-diam, hasil menunjukan Rana lebih cantik daripada aku dan lebih montok.

Sekilas tentang kecantikan sudah cukup ya, pembahasannya. Topiknya kini berubah pada topik kisah Meta yang bermetamorfosis. Tentang diri ini yang nampak biasa dari luar, sebenarnya aku memiliki banyak keluarbiasaan diri di dalam. Selain asal-usulku yang lahir di kalangan menengah keatas alias orang berada. Bukan bermaksud sombong, tapi nanti kalian akan tahu mengapa aku menyebutkan hal seperti ini. Okay, jadi aku lahir di kalangan kaya itu salah satu senjata yang menjadi boomerangku sendiri di tengah cerita nanti. Kelebihanku yang kedua adalah otakku, wajar kalau selama ini banyak lelaki yang mendekatiku hanya karena ingin dibantu tugas-tugasnya. Hmmm meskipun mereka mentraktirku ketika sedang membantu mengerjakan tugas yang sangat mudah itu. Nah, ketika mereka sedang merayuku mengerjakan tugas, biasanya si minimal makan makanan jepang yang harga minumannya minimal 60ribu, itu baru minumannya, belum cemilan dan juga makanan berat. Meskipun badan ini seperti penggaris, aku makannya banyak loh. Sedikit cerita tentang ini, ketika beberapa lelaki malas, meminta bantuan Meta mengerjakan tugas.

Waktu pulang sekolah, kami berdua sedang menyantap mie ayam kegemaran kami, yakni Mie ayam kelapa. Enak loh, seperti layaknya mie ayam pada umumnya, bedanya disini mangkuknya memakai kelapa ditaburi dengan parutan kelapa dan bonus es kelapa muda. Hmmm lezat pokoknya. Ketika sedang menyantap pada suapan kesekian, datanglah lelaki kurus dengan seragam yang keluar dari celananya, sebelah. Ia berkata, “Ta, bantuin buat tugas dong. Buat besok nih” katanya tanpa memperkenalkan diri. Meskipun ia sudah terkenal lelaki preman di sekolah kami. Kubilang saja, “Lagi makan kok disuruh ngerjain tugas”. Alhasil dia menggebrak meja dan duduk didepan Meta, tepat disamping Rana. Didalam hatiku berkata mampus deh, pasti besok ban sepeda motorku bakal dikempesin kalau nggak bantuin tugas anak ini. Tapi ternyata, ia memesan mie ayam juga dan ia berkata, “Oke deh. Aku juga lapar ya. Makan dulu aja ya, nanti aku yang bayar ya. Tapi jangan lupa ya bantuin tugas aku ya.” Belum sempat aku menjawab pertanyaannya, ia berkata, “Kalau mau nambah, bilang aja ya, emmm atau mau jajan disana? Masakan jepang ya. Kamu keturunan jepang kan ya? Pasti suka deh dengan camilan yang ada disana. Mau Udon? Tempura? Kue mochi? Atau apa ya Ta? Nanti aku beliin buat kamu ya, setelah bantuin aku ya. Okay ya?” Aku tidak menjawab, sepertinya kata ‘ya’ yang diucapkan adalah satu-satunya pilihan jawaban yang sudah diwakili oleh dirinya sendiri akan apa jawabanku.

Aku dan Rana menghabiskan makanan kami kemudian bergegas ke warung camilan yang tidak terlalu ramai, agar dapat membantu tugas lelaki itu sesegera mungkin. Meskipun si Rio alias lelaki tadi itu preman, tapi berhati hello kity loh, awalnya dia hanya mentraktirku. Karena Rana sedang bersamaku, jadi dia ikut kecipratan makan gratis deh. Memang sering dapat rezeki anak itu. Pada kedai Camilan Capuluh ini, selain aku memesan makanan yang mengenyangkan perut ronde kedua. Sebelum aku bilang ‘selesai’ Rio dilarang membahas soal pekerjaan rumah.

Baiklah kini pesanan Udon dicampur dengan daging sapi spesial dan telur setengah matang datang. Selain itu, aku juga memesan jus alpukat plus tempura dua buah. Sementara Rana memesan salad buaht, es Cincau dan juga ocha dingin. Kecepatan makanku luar biasa kok, saat sudah habis, Rana masih menikmati es cincau. Kemudian aku membuka tugas Rio yang katanya susah itu. Sejurus, aku membantunya dan sesekali menanyakan pendapat pada Rana. Walaupun Rana lebih sering menjawab “kutaktahu” aish… betapa menyebalkannya gadis satu itu.

Singkat cerita, usai sudah pe-er Rio. “Udah nih, udah selesai kan semuanya. Kalau ada yang masih bingung, tanya saja. Tapi ingat, jangan pergi kalau aku lagi bantuin tugas kamu.” Kubilang pada Rio sambil menyerahkan buku dan alat tulisnya, kemudian menyantap tempura terakhirku.

“Siap bos. Kalau sekedar duduk diam saja si nggak masalah.”

“Bukan karena apa-apa, Meta minta Rio tidak pergi. Setidaknya Meta tidak makan gratisan. Karena di awal kakak minta tolong bantu, bagi Meta hal itu adalah tanggung jawab. Sedih kalau misalnya Meta hanya mengerjakan, tanpa sepengetahuan kamu, dan juga saat itu entah Rio ada dimana. Selain itu, jika ada orang lain tanya Meta sedang apa, kenapa mengerjakan tugas Rio, hal ini tidak akan menimbulkan kecurigaan teman-teman yang lain dan juga guru.” Terangku pada Rio.

“Baiklah kalau begitu. Oke, aku bayar makanan kita dulu ya.” Katanya sambil memanggil pelayan untuk membayar makanan kami. “Serius ini ditraktir? Rana juga? aduh, nggak enak Rio. Rana makan banyak ini.” Kata Rana pada Rio.

“Nggak papa Rana, kalau nggak ada kamu, nanti Meta pulang sama siapa? Dan nanti kalau pulang telat, tanpa kamu, pasti Meta yang dimarahin. Kan aku nggak enak.” Kata Rio bijak. Dalam hatiku berkata, ini cowok lembut juga hatinya. Enak banget jadi Rana, daritadi makan sambil ngelihatin aku ngerjain pe-er orang, dia enak makan sambil matanya belanja kemana-mana.

Setelah bersalaman dan sepakat, mengenai perjanjian tersebut, tentunya tidak lupa menyruput macha Rana, kami mengucapkan terima kasih atas traktirannya, kita pulang dan kembali pada kegiatan masing-masing. Nah, pada saat itu, ada salah satu anak preman yang sedikit jahil diatas Rio, mendengar percakapan kami terakhir sebelum berpisah diparkiran. Rio berkata, “Pada tugas-tugas selanjutnya, kita ngerjain di Camilan Capuluh aja ya, kamu bebas pilih makanan yang kamu suka ya. Kalau ada orang lain yang mau minta bantuan kamu juga, harus mengalahkan level traktiran aku ya. Hahahaha”. Meskipun Rio hanya bercanda, namun gosip itu cepat menyebar.

Gosip upah mengerjakan tugas setara dengan traktiran minum minimal 60rb rupiah. Aku juga kaget, es cincau pesanan Rana seharga 60rb yang kami kira tidak sampai 10rb. Daftar menu tidak terpasang harga, porsinya memang banyak sih, kalau diukur setara dengan buah kelapa. Rasanya memang enak banget, kental dan manisnya pas. Pantas saja, kedai ini sedikit sepi dan beberapa yang parkir memakai mobil. Jarang sekali ada pelanggan yang bermotor. Meskipun bagiku itu murah, tapi gimana gitu kalau ditraktir ya. Apalagi bertaruh soal tugas, kalau nilainya jelek, aduh…! Bisa pecah kacamataku. Ah, ya sudahlah. Toh tadi soal cincau, Rana yang pesan dan itu menu yang paling murah yang kami pesan tadi. Kalau ocha, itu gratis. Sampai perut manusia karet dibolongin terisi terus, tetap geratis.

Selain aku anak orang kaya dan smart, kelebihan lainku yakni perhatian  terhadap siapapun, meskipun tingkat perhatian Rana lebih tinggi dariku. Hal inilah yang sering dimanfaatkan oleh beberapa orang untuk memanfaatkanku, terutama mengerjakan tugas sekolah. Kalau kisah tentang Rio yang aku ceritakan si, hanya sebagian kecil saja dari permohonan tolong teman-teman. Aku mengiyakan hanya sebagai bentuk membantu mereka saja. Entahlah, jika mereka berfikir hal-hal yang aneh. Kisah tentang Rio pun hanya sebatas pada aku membantu mengerjakan tugasnya. Tidak ada benih-benih cinta yang muncul atau ada rasa ge-er dari pihak kami berdua.

Berbicara mengenai diriku, rasanya kurang jika aku tidak memberitahu ciri fisik. Aku mengakui jika memiliki gigi maju alias tonggos. Hal ini yang menyebabkan banyak teman-teman mengejekku sebagai anak pembantu. Kesel kan, masa anak pengusaha kue kok dibilang anak pembantu. Kalau memiliki banyak pembantu sih iya. Kalau sedang diejek sepreti ini, hanya Rana yang menghiburku dengan perkataan “Udah, mereka kan nggak tahu gimana orang tua kamu. Kalau ambil rapor pun yang ambil bibi kamu kan si siimbok, malah kadang sopir kamu. Papa mama kamu nggak pernah nongol, ya wajar kamu dikatain gitu.”

Kadang sebal juga dengan papa mama ku karena tidak pernah nongol pada acara terima rapor. Sebagai anak tunggal, aku merasa iri dengan anak tunggal yang lainnya karena mereka banyak dimanja. Sementara aku, tidak demikian. Papa memiliki usaha toko kue yang dirintis dengan mama sejak mereka pacaran. Perihal ini, akan kuceritakan sebentar lagi. Aku sedang bercerita Rana yang sering memintaku memakai behel. Walaupun dia sedang bercanda dan hanya menggodaku, tetap saja aku kesal dan berkata padanya “Lalu, aku harus gimana?”

“Pagerin tuh gigi, pakai yang meling-meling. Emas monas sekalian tuh, kamu ambil buat gosok gigi. Biar gigi kamu bersinar bagaikan emas.” Sahut Rana seenaknya.

“Ih, nggak mau. Nanti diejek lagi aku. Ikut-ikutan si onoh.”

“Onoh siapa?”

“Onoh, si geng artis bergigi besi.”

“Ya kan kubilang kamu gigi emas, bukan besi.”

Ngledek memang Rana. Suka sekali meledekku ketika aku sedang mencurahkan hati. Ini sih bukan habis gelap terbitlah terang, tapi habis gelap baca doa. Meskipun aku tahu Rana hanya bercanda, aku tidak bercanda ketika memukulnya dengan bantal. Sampai dia berkata “Ampun ta, ampuuuun. Kutakan lagi berkata gigi emas. Kuakan berkata kau pakai gigi drakula saja.” Kupukul lagi dia sampai akhirnya, mama mengetok kamarku dan menyuruh kami untuk makan bersama. Sepertinya kalau mama tidak mengetok pintu kamarku kala itu, sudah jebol bantalku untuk memukul Rana.

 Selain gigi yang menjadi masalahku, penampilanku ketika dibangku menengah atas, nampak cupu. Mata sipit dengan kacamata tebal, rambut pendek dan jarang aku ikat. Pusing kadang malah pingsan ketika mengikat rambut, maka dari itu Meta lebih memilih untuk memakai bandana. Mataku sipit sebenarnya bukan karena aku turunan Jepang atau ada darah-darah sana ya, aku juga nggak paham deh, mengapa demikian yang jelas tiada darah Jepang dalam tubuh ini. Cara berpakaianku seperti siswa lain pada umumnya, rok tidak terlalu panjang atau pendek, tidak ketat juga. kelebihan lainku, memiliki kulit yang putih. Lalu darimana cupunya ya? Kenapa banyak yang ngejek aku cupu? Apa karena kacamataku tebal dan besar, jika berjalan aku selalu menunduk. Hmmm, mungkin saja begitu. Mata sipit kulit putih dan rambut pendek, itu yang kadang orang menyebutku anak Jepang. Sementara Rana, dikatakan keturunan China. Dia suka banget yang namanya sayur dan minum air kelapa. Kalau ada minuman dari sayur pun, dia memilih itu. Seperti ketika di Camilan Capuluh, kalau kesana, pasti deh dia wajib memesan cincau.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • Aziz

    Mantap Betul, ditunggu ini karyanya

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Flower
308      260     0     
Fantasy
Hana, remaja tujuh belas tahun yang terjebak dalam terowongan waktu. Gelap dan dalam keadaan ketakutan dia bertemu dengan Azra, lelaki misterius yang tampan. Pertemuannya dengan Azra ternyata membawanya pada sebuah petualangan yang mempertaruhkan kehidupan manusia bumi di masa depan.
Nirhana : A Nirrathmure Princess
15799      2354     7     
Fantasy
Depresi selama lebih dari dua belas tahun. Hidup dalam kegelapan, dan berlindung di balik bayangan. Ia hanya memiliki satu harapan, yang terus menguatkan dirinya untuk berdiri dan menghadapi semua masalahnya. Ketika cahaya itu datang. Saat ketika pelangi akhirnya muncul setelah hujan dan awan gelap selama hidupnya, hal yang tak terduga muncul di kehidupannya. Fakta bahwa dirinya, bukanlah m...
Infatuated
845      552     0     
Romance
Bagi Ritsuka, cinta pertamanya adalah Hajime Shirokami. Bagi Hajime, jatuh cinta adalah fase yang mati-matian dia hindari. Karena cinta adalah pintu pertama menuju kedewasaan. "Salah ya, kalau aku mau semuanya tetap sama?"
Ibu
539      323     5     
Inspirational
Aku tau ibu menyayangiku, tapi aku yakin Ayahku jauh lebih menyayangiku. tapi, sejak Ayah meninggal, aku merasa dia tak lagi menyayangiku. dia selalu memarahiku. Ya bukan memarahi sih, lebih tepatnya 'terlalu sering menasihati' sampai2 ingin tuli saja rasanya. yaa walaupun tidak menyakiti secara fisik, tapi tetap saja itu membuatku jengkel padanya. Dan perlahan mendatangkan kebencian dalam dirik...
Kenangan Masa Muda
6870      1905     3     
Romance
Semua berawal dari keluh kesal Romi si guru kesenian tentang perilaku anak jaman sekarang kepada kedua rekan sejawatnya. Curhatan itu berakhir candaan membuat mereka terbahak, mengundang perhatian Yuni, guru senior di SMA mereka mengajar yang juga guru mereka saat masih SMA dulu. Yuni mengeluarkan buku kenangan berisi foto muda mereka, memaksa mengenang masa muda mereka untuk membandingkan ti...
My Secret Wedding
3043      681     2     
Romance
Pernikahan yang berakhir bahagia adalah impian semua orang. Tetapi kali ini berbeda dengan pernikahan Nanda dan Endi. Nanda, gadis berusia 18 tahun, baru saja menyelesaikan sekolah menengah atasnya. Sedangkan Endi, mahasiswa angkatan terakhir yang tak kunjung lulus karena jurusan yang ia tempuh tidak sesuai dengan nuraninya. Kedua nya sepakat memutuskan menikah sesuai perjodohan orang tua. Masin...
Alfazair Dan Alkana
276      224     0     
Romance
Ini hanyalah kisah dari remaja SMA yang suka bilang "Cieee Cieee," kalau lagi ada teman sekelasnya deket. Hanya ada konflik ringan, konflik yang memang pernah terjadi ketika SMA. Alkana tak menyangka, bahwa dirinya akan terjebak didalam sebuah perasaan karena awalnya dia hanya bermain Riddle bersama teman laki-laki dikelasnya. Berawal dari Alkana yang sering kali memberi pertanyaan t...
Kepak Sayap yang Hilang
112      105     1     
Short Story
Noe, seorang mahasiswa Sastra Jepang mengagalkan impiannya untuk pergi ke Jepang. Dia tidak dapat meninggalkan adik kembarnya diasuh sendirian oleh neneknya yang sudah renta. Namun, keikhlasan Noe digantikan dengan hal lebih besar yang terjadi pada hidupnya.
Salendrina
2427      897     7     
Horror
Salendrina adalah boneka milik seorang siswa bernama Gisella Areta. Dia selalu membawa Boneka Salendrina kemanapun ia pergi, termasuk ke sekolahnya. Sesuatu terjadi kepada Gisella ketika menginjakan kaki di kelas dua SMA. Perempuan itu mati dengan keadaan tanpa kepala di ruang guru. Amat mengenaskan. Tak ada yang tahu pasti penyebab kematian Gisella. Satu tahu berlalu, rumor kematian Gisella mu...
PUBER
2152      904     1     
Romance
Putri, murid pindahan yang masih duduk di kelas 2 SMP. Kisah cinta dan kehidupan remaja yang baru memasuki jiwa gadis polos itu. Pertemanan, Perasaan yang bercampur aduk dalam hal cinta, serba - serbi kehidupan dan pilihan hatinya yang baru dituliskan dalam pengalaman barunya. Pengalaman yang akan membekas dan menjadikan pelajaran berharga untuknya. "Sejak lahir kita semua sudah punya ras...