Hacciiih!!!
“Kok gue udah ada disini, sih? Eh, Joe? Lo udah tiba di sini?” Juleha berubah menjadi Zaskia, membuat Erik terdiam dan giliran Joe yang tertawa.
“Hahahaha!! Rasain lo!! Giliran gue sekarang yang ketawa!!” ledek Joe kepada Erik.
“Ada apa sih ini?” Zaskia kebingungan dengan tingkah mereka berdua.
“Enggak, enggak ada apa-apa. Ini si Erik baru ditolak jalan sama pacarnya,” Joe meledek Erik sambil tersenyum jahil. Erik luar biasa murkanya dan langsung memukul kepala Joe.
“Huuu!! Dasar! Yuk, ah, jalan!” Joe menarik tangan Zaskia dan masuk ke dalam taksi yang berhasil dicegat. Mereka melaju meninggalkan Erik yang kebingungan.
“Gue sumpahin si Joe. Si Zaskia balik lagi jadi Juleha, biar tahu rasa!” umpatnya sebal.
000
Didalam taksi, Zaskia dan Joe asyik bercanda satu sama lain. Joe pandai membuat lelucon sehingga Zaskia tertawa terbahak-bahak dan merasa asyik dekat dengat Joe. Bahkan mereka saling membicarakan rencana setibanya mereka disana.
“Aku udah gak sabar pengen cepet-cepet sampai disana. Aku gak tahan pengen teriak dan nyanyi,” ujar Zaskia.
“Sama gue juga, Zas! Seru banget ya kalau jalan bareng sama yang hobinya sama?” ujar Joe.
“Eh, abis dari sana kita kemana lagi? Ah, gimana kalau kita makan malam di restoran? Abis itu kita ke kafetaria dan dugem di klub semalaman!! Asyik banget tuh!!” Zaskia semakin antusias.
“Oke!! Gue setuju sama lo!!” Joe dan Zaskia melakukan high five bersama-sama. Tiba-tiba Zaskia teringat sesuatu, entah apalah itu. sepertinya ia melupakan sesuatu. Itu membuat hatinya merasa ganjal. Zaskia merogoh kedua saku celananya dan mengeluarkan isinya dari dalam saku. Sepertinya benar, ada yang tertinggal.
“Astaga!! Gue lupa bawa dompet gue, Joe!! Elah, disaat seperti ini malah lupa gue! Aaahh!! Bodoh banget sih gue!!” Zaskia menyalahkan diri sendiri dan memukul kepalanya.
“Eh, gak apa-apa kali. Gue yang teraktir lo malam ini. Biar gue yang bayarin lo sepuasnya,” ujar Andre bersungguh-sungguh.
“Serius lo? Waah, makasih banget ya, Joe! Lo emang temen gue yang paling baik!” Zaskia bahagia. Saking bahagianya, Zaskia sampai mencium pipi Joe.
Joe terdiam seketika. Ia terkejut karena tiba-tiba mendapatkan ciuman itu. Begitu pula dengan Zaskia. Ia tidak sengaja mencium Joe, ia juga yang merasa salah tingkah. Baik jantung Joe ataupun Zaskia, jantung mereka berdetak amat kencang.
Terjadilah kecanggungan diantara mereka. Zaskia berpura-pura mengedarkan pandangannya ke luar jendela. Sementara itu, Joe mencoba menenangkan dirinya.
Taksi sudah sampai di depan tempat tujuan mereka. Joe menghalau kecanggungan diantara mereka.
“Zas, nyok turun! Udah nyampe kita!” ajak Joe semangat.
“Ah, ya!! Asyik!! Gue udah gak sabar pengen cepet-cepet masuk!!” ujar Zaskia.
Zaskia turun dari taksi dan melupakan ponselnya tergeletak di kursi tempatnya duduk.
000
Dia, atau Ana perlahan berjalan di tengah desakan orang-orang yang meloncat-loncat mengikuti musik rock didepan sana. Suara bising bagaikan menusuk gendang telinga Ana. Ana berhasil keluar dari tempat itu dan berlari dari sana. Ana berhasil mencegat taksi di sana dan masuk ke dalamnya.
Disaat yang bersamaan, Joe kembali setelah pergi dari kamar mandi. Joe kebingungan mencari Zaskia yang sudah tidak ada.
“Ah! Kenapa dia malah masuk duluan?! Kalau gue telepon, dia bakalan denger gak ya?” Joe mengambil ponselnya dan memencet tombol ‘panggil’ kepada Donna.
Nada sambung masih terdengar, namun lama. Joe berubah menjadi tenang setelah Zaskia menjawab panggilan darinya.
“Halo, Zas? Lo dimana? Kok lo bisa jawab telepon gue? Padahal lo kan udah ada di dalam, ‘kan?” tanya Joe bingung, karena di seberang sana tidak terdengar keramaian, justru sebaliknya.
“Maaf, ngomong-ngomong, ini supir taksi yang tadi mengantarkan kalian sampai ke GBK. Ponsel milik temen kamu tertinggal di jok belakang. Saya juga terkejut karena berkali-kali ada panggilan masuk,” ujar seorang pria di seberang sana.
Deg!! Perasaan Joe jadi tidak tenang.
“Maksud Anda, dia menjatuhkan ponselnya disana?”
“Iya.”
Perlahan ponselnya menjauh dari lubang telinganya. Joe merasakan tidak tenang menghantui hatinya. Sempat terbesit di pikirannya, Zaskia berada dalam bahaya. Joe segera menghubungi nomor Andre. Syukurlah, Andre menerima panggilannya.
“Joe, lo dimana sekarang? Lo sama Donna sekarang?” tanya Andre.
“Gawat, Dre! Do...Donna, Dre...” Joe berbicara dengan nada yang bergetar.
“Kenapa Donna?!!” bentak Andre.
“Saat gue tiba di sini, gue kebelet. Gue ninggalin Zaskia sendirian. Saat guekembali, dia udah gak ada. Saat gue hubungi dia, iya, ponselnya aktif dan kejawab. Tap itu bukan Zaskia, Dre. Yang jawab seorang pria. Supir taksi yang tadi nganterin kita kesini. Ponsel Zaskia ketinggalan di dalam mobil. Dre, gi...gimana ini? Gak akan terjadi apa-apa sama Zaskia, ‘kan?” ujar Joe menceritakan semuanya.
000
“Kalau saja Juleha sama gue, gak akan seperti ini jadinya!!” geram Erik menumpahkan kemarahannya.
Erik kembali ke tempat itu, menghampiri Joe dan menonjoknya hingga Joe tersungkur ke tanah. Erik mencengkram kerah bajunya dan lagi-lagi memukul wajah Joe.
“Ini semua gara-gara lo, brengsek!! Jika Juleha sama gue, gak akan gini jadinya!! Ini semua gara-gara lo!! Gak seharusnya gue biarin Juleha jalan sama cowok ceroboh kayak lo!!” bentak Erik.
“Erik!! Hentikan!! Masalah ini gak akan selesai kalau urusannya seperti ini!!” Datanglah Sandi tepat pada waktunya. Karena jika ia terlambat, bagaimana jadinya jika Erik terus menghajar Joe yang sama sekali tidak melawan.
“Ini semua gara-gara dia, San!! Gara-gara dia!!” tunjuk Erik penuh kebencian kepada Joe.
“Enggak ada yang salah diantara kita, Rik!! Pikiran lo saat ini lagi buntu, jadi jangan salahkan siapa-siapa!!” ujar Sandi.
Erik mengalah dan memilih diam. Namun kemarahannya masih belum reda. Sandi membantu Joe berdiri.
“Lo gak apa-apa, Joe?” tanya Sandi.
“Iya, gue gak apa-apa,” jawab Joe.
“Sekarang, kita cari lagi Donna. Kita nyari secara bersama-sama,” ujar Sandi.
“Gue gak mau. Gue mau nyari Donna sendirian saja!!” ujar Erik, dan ia berlari meninggalkan mereka berdua.
Erik mencari ke seluruh jalan yang Erik rasa dia akan melewati ke jalan ini. Berteriak seperti ini tidak akan membuahkan hasil. Erik memutuskan untuk berkeliling meskipun sampai ke ujung duniapun.
Erik sampai di jalan yang sepi dan gelap. Ia sudah berkeliling terlalu jauh dan lama. Keringat mengucur deras di sekujur tubuhnya, membuat Erik kelelahan dan memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu.
“Don, dimana sih lo? Susah banget tahu nyariin elo,” Erik benar-benar frustasi karena Donna belum juga di temukan. Sementara jika Donna berubah menjadi Ana, urusannya akan kacau balau. Diantara semua karakter ganda Donna, karakter Ana lah yang paling buruk di mata Erik.
Tak lama kemudian, tibalah Andre dan Mieke disana. Andre tidak sengaja melihat Erik duduk dengan menahan frustasi di sebuah jalan kecil yang sepi.
“Rik, udah ada tanda-tanda Donna ketemu belum?” tanya Andre setelah memarkirkan motornya.
Erik menggeleng lemah. Tatapannya kosong, dan keringat mengalir di seluruh tubuhnya.
“Gue udah nyari Donna sejauh ini. Gue bener-bener gila karena masalah ini!! Gak seharusnya gue ngebiarin si Joe itu jalan sama Zaskia alias Donna!!” ujar Erik menumpahkan kesalnya.
“Udah, lo tenang dulu. Kita cari Donna bareng-bareng, oke?” Andre menenangkan Erik.
“Dre, aku ikut sama kamu. Kayaknya tempat ini terkenal berbahaya karena tempat ini suka dijadikan tempat ngumpul pria hidung belang,” ujar Mieke. Matanya mulai memutari tempat ini.
“Kamu yakin?” tanya Andre memastikan.
“Iya, aku tahu tempat ini. Dulu pernah kejadian ada gadis yang diperkosa ditempat ini karena jalan sendirian ke daerah sini. Dia dicegat oleh pria-pria hidung belang dan dibawa paksa ke tempat sepi,” ujar Mieke.
“Gak mungkin kalo Donna ada disekitar sini. Gue yakin dia gak bakalan kesini. Gue mau nyari ke tempat lain lagi,” ujar Erik.
“Toloooooooongg!!!!” dalam suara samar, tiba-tiba terdengar suara teriakan gadis.
Andre, Erik dan Mieke mendengar suara itu secara seksama.
“Tolooooooong!!” terdengar lagi suara teriakan seorang wanita. Erik dan Andre saling berpandangan. Mereka kenal sekali suara ini.
“Donna?!” ucap mereka bersamaan.
“Dre, itu suara Donna, Dre!!” Erik merasa yakin dirinya tidak salah dengar.
“Cepat, kita cari sumber suara itu!” ujar Andre.
Mereka berlari ke arah dalam taman. Andre berlari di belakang Erik. Sepertinya dialah orang yang paling mencemaskan Donna. Andre bisa merasakannya.
000
“Gak akan ada yang denger teriakan lo!! Gak akan ada yang bisa denger suara lo. Hahaha!!”
“Bro, gimana kalau kita sikat dia bareng-bareng aja. Lumayan, dia cantik sih orangnya.”
“Gue setuju banget tuh! Sikat aja dia bareng-bareng!”
Ana semakin ketakutan karena orang-orang ini tengah merencanakan sesuatu untuk melakukan hal yang mengerikan.
“Tolooooooooongg!!!!!!” teriak Ana sekali lagi, berharap kali ini ada orang yang mendengar teriakannya. Ana mengambil tongkat besi di samping tubuhnya dan memukul mereka sekencang-kencangnya ketika mereka mulai mendekatinya.
“Jangan dekati aku!!! Pergi kalian!! Kalau tidak, maka aku akan....”
“Akan apa, hah?! Berteriak meminta tolong?!! Hahahaha!!!! Siapa yang akan denger teriakan lo di tempat seperti ini hah?! Jangan ngimpi kamu, ya!!”
000
Suara-suara itu semakin jelas terdengar. Mereka bertiga sampai di sumber suara Donna berteriak. Dengan penuh keyakinan, Erik hendak berlari ke dalam gang yang sempit, namun dicegat terlebih dahulu oleh Andre.
“Gegabah, Rik! Jangan kesana sendirian!” ujar Andre memperingati Erik.
“Iya, makanya, ayo kita sama-sama ke sana!! Donna ada disana butuh pertolongan kita!!”
Erik, Andre dan Mieke pergi ke dalam gang. Terlanjur emosi, Erik mengambil sebuah tongkat besi yang tergeletak disana. Erik dan Andre melihat tiga orang pria sedang mengepung seorang gadis di pojok ujung jalan sana. Itu Donna!
“Heh, bangsat!! Lo bertiga yang ngimpi!! Berani sama dia, berarti berani sama gue juga!!” teriak Erik menantang ke tiga pria itu.
“Heh!! Lo siapa?! Berani lo hah?!”
“Cih! Siapa yang enggak berani sama tiga orang gila seperti kalian! Ayo maju!!” kini Andre yang menantang mereka.
“Hahahaha!!! Sepertinya gadis itu adalah temen mereka. Satu gadis bodoh dan kampungan ditolong sama dua pangeran, ya? Hahaha!! Oke, siapa takut!!” ujar mereka.
“Mieke, kamu pergi dari sini dan suruh Joe dan Sandi ke tempat ini. Cepat!!!” suruh Andre membiarkan Mieke menjauh dari tempat ini.
“Ta...tapi kalian....”
“Cepet!!!” teriak Andre.
Mieke mengerti dan pergi dari sana. Tiga pria itu mulai menyerang mereka berdua. Sial, salah satu diantara mereka itu mengeluarkan sebuah pisau yang tajam.
Andre melawan dua orang sekaligus, sementara Erik melawan pria yang membawa senjata pisau. Mereka saling baku hantam. Andre terkena pukulan dari mereka, namun Andre belum tumbang. Andre terus melawan mereka hingga babak belur.
Erik mengambil ancang-ancang untuk menyerang pria yang menunjukkan pisau kepadanya. Pria itu berkali-kali melayangkan pisaunya ke arah dada Erik. Erik berhasil menghindar dari serangan itu.
“Lo masih kecil ternyata berani, ya?! Lo pengen ngerasain rasanya di tusuk pisau, hah!! Sini gue bantu lo ngerasain!”
“Hah! Dasar payah!” dengus Erik enteng.
“Apa lo kata? Payah?!! Brengsek lo!!” pria bersenjata itu tersulut emosinya.
Pria itu dengan secepat kilat melayangkan pisau itu kepada Erik. Terlalu lambat menghindar, Erik terkena sayatan pisau itu tepat di tangannya saat hendak menahan pisau itu. Lagi-lagi pria itu melayangkan pisaunya, namun dengan secepat kilat, Erik berhasil menghindar kali ini. Sebaliknya, kini Erik yang menyerang pria itu dengan menendang pisau.
Erik mengerang kesakitan akibat luka sayatan benda tajam itu. Pria yang menyerangnya itu terjatuh tersungkur dan mencoba meraih pisaunya yang terpental jauh. Erik menginjak tangannya kuat-kuat dan memukulnya.
Sementara itu, Andre berhasil menumbangkan satu orang pria. Satu orangnya lagi masih menyerangnya. Andre sangat kewalahan, dan energinya perlahan terkikis.
Pria yang telah dilumpuhkan oleh Andre melihat sebuah pisau tergeletak tak jauh darinya. Ia mengambil pisau itu dan kembali menyerang Andre.
“Hiyaaaaa!!!” ia melayangkan pisau ke depan dada Andre. Dengan secepat kilat, ia menghindar, namun pria itu menyerang lagi dan melukai tangan Andre. Andre merintih kesakitan dan terjatuh.
“Hahahaha!!! Gimana rasanya, hah?!! Sakit, ‘kan?! Jangan berani melawan kami kalo kalian gak mau mati!!” ujar mereka.
“Aku gak akan kalah dari kalian, brengsek!!” teriak Andre, memegangi tangannya yang terkena sayatan pisau.
“Masih belum nyerah lo?! Oke, kita bakalan kasih lo serangan yang bikin lo mati!! Bersiap-siaplah!!”
Terdengar suara sirine polisi, membuat ke tiga orang itu ketakutan. Mereka menghentikan serangan mereka dan lari terbirit-birit dari sana. Erik dan Andre selamat, meski mereka mendapatkan luka sayatan yang cukup parah di tangan mereka.
Andre dan Erik menghampiri Donna yang tidak sadarkan diri.
“Don, Don, bangun Don!” Andre dengan isak tangisnya mencoba membangunkan Donna.
“Donna!! Lo bisa denger suara gue, Don? Donna, bangun!!” Erik pun mencoba menyadarkan Donna.
Tak lama kemudian, Joe, Sandi juga Mieke datang menghampiri mereka berdua. Joe dan Sandi benar-benar terkejut melihat Donna yang sudah tak sadarkan diri.
“Donna!! Donna, bangun!” Joe mendekati Donna, namun dilarang keras oleh Erik yang masih emosi kepadanya.
“Jangan berani lo deketin Donna!! Ini semua gara-gara lo!!” bentaknya.
“Rik, tapi itu semua musibah! Gak akan ada yang tahu kapan datangnya musibah!” Joe membela diri.
“Basi lo!! Minggir lo!!”
Mieke melihat dari kejauhan bagaimana Andre yang begitu mencemaskan Donna disana. Dia begitu mencemaskan Donna dan bahkan memeluknya. Mieke merasakan hatinya bergemuruh dan panas. Ia berpura-pura melihat ke arah lain.
“Ada apa sama aku? Mereka kakak-asik, kakak-adik! Aneh rasanya aku cemburu kepada mereka. Sadarlah, Mieke!!”
000
NEXT CHAPTER ADA BIODATA SINGKAT PARA TOKOH UTAMA YA ^^
Wow 4 kepribadian?
Comment on chapter BAB II : 4 KEPRIBADIAN YANG MENIMBULKAN MASALAHAku msh keep going syory nya. Knjgi story ku jga ya..