"Guys, kami dari BEM ingin memberikan pengumuman dulu ! Jangan pulang dulu, ye !" Ucap Lisa di depan kelas.
Semua mahasiswa tampak tidak senang dan menggerutu. Ini merupakan reaksi yang sudah biasa oleh para mahasiswa karena waktu mereka yang akan diambil untuk mendengarkan pengumuman yang biasanya gak penting.
Lisa lalu melanjutkan,"Jadi, ada kompetisi menulis naskah drama untuk pementasan kebudayaan UDI. Ada yang mau mencalonkan diri, gak di kelas ini untuk mencoba membuat naskah drama tersebut ? Temanya, tentang pahlawan yang berpetualang."
Tema itu !!! Lalu lomba menulis naskah drama ? Gua mesti ikut, nih ! Tapi, gua lagi sibuk banget, sih ! Sial ! Gumam Antoni dalam hatinya. Ia ingin sekali untuk ikut mencoba menulis naskah tersebut tapi tidak bisa karena mengingat ada lomba yang harus ia persiapkan.
"Kalo tidak ada kalian boleh pulang sekarang. Terima kasih !" Ucap Lisa menyelesaikan pengumumannya.
Antoni hanya bisa memasrahkan dirinya untuk tidak berpartisipasi dalam kompetisi itu. Ia lalu membereskan tasnya, berpamitan dengan Deni dan hendak berjalan pulang. Namun, di pertengahan jalan, ia bertemu dengan Lisa yanh sedang mengobrol dengan Saika dan orang yang tidak ia kenal. Sepertinya, orang tersebut adalah kakak kelas mereka.
"Jadi, kandidat hanya tunggal kan ? Dan itu gua ? Kalau lu mau gua membuat naskah drama tersebut, Saika harus jadi heroine (peran utama wanita) dalam cerita gua, ya !" Ucap lelaki tersebut yang berhasil menarik perhatian Antoni.
Antoni langsung mendatangi mereka dan merapatkan dirinya. Ia lalu bertanya,"Hah ? Ada apa, nih ? Kenapa dengan Saika ?".
"Oh, Antoni. Ini, loh ! Gua dipaksa jadi pemeran utama di dramanya kalau misalnya dia yang buat naskah drama kompetisi itu. Padahal gua gak mau tapi masalahnya dia itu calon penulis tunggal kita."Balas Saika begitu melihat Antoni yang datang menghampiri mereka.
Antoni mengangguk-angguk tanda ia telah mengerti situasinya. Entah kenapa, ia merasa tidak senang kalau Saika dipaksa-paksa begini. Ia lalu berkata,"Kalau gua yang nulis naskah dramanya beres, kan ? Tapi gua mau lu tetep main di drama gua nanti. Paling gak jadi karakter utama aja kalo itu yang lu mau.".
Kakak kelas tersebut tertawa saat mendengar Antoni mengucapkan hal itu. Ia lalu berata,"Kau ? Mau menulis naskah drama itu ? Ini drama akan ditampilkan di depan rektor, dosen, bahkan orang luar kampus. Kualitasnya sudah pasti harus bagus pula ! Kalai yang bikin gua, kualitas sudah pasti terjamin !".
"Apa kau bilang ? Gua juga bisa membuat naskah drama yang berkualitas !" Balas Antoni mulai emosi.
Lisa kemudian langsung menyela mereka,"Sebentar, Ton ! Lu harus tau kalo Kak Zane ini penulis yang sudah cukup terkenal. Jadi, apa yang dikatakannya itu memang ada benarnya juga. Kita juga butuh naskah drama yang kompetitif, makanya kita adakan kompetisi itu. Tapi, kita dari BEM gak menyangka aja kalau tidak ada yang mau mencalonkan dirinya untuk ikut dalam kompetisi ini.".
Setelah mendengar penjelasan dari Lisa, Antoni menjadi tau situasinya. Ada benarnya juga kata-kata dari kakak kelas itu. Karena tidak ada yang mendaftarkan diri untuk ikut kompetisi makanya pilihan akhir adalah meminta seseorang yang sudah pro yaitu penulis untuk membuat naskah dramanya. Tapi, mereka tidak tau bahwa di kampus ini ada penulis lain yang masih tersembunyi selain dari Kak Zane itu. Ya, dirinya adalah Antoni yang merupakan Sir Edward. Kalo saja mereka tau, pasti akan banyak orang berbondong-bondong mendatangi Antoni untuk meminta tanda tangan.
"Gua akan buat naskah yang lebih bagus dibanding dia ini. Kalian bisa adakan kompetisi khusus untuk kami. Bagaimana ?" Ucap Antoni memberi tantangan pada Zane.
Zane tampak semakin tertawa saja. Ia lalu berkata,"Baiklah ! Gua akan memberikan pelajaran yang berharga pada lu tentang bedanya penulis dengan orang yang tak biasa menulis ! Seminggu dari sekarang di ruang kelas gua setelah selesai kuliah, kita selesaikan ini !". Ia lalu pergi dari tempat tersebut masih dengan ketawa.
Antoni hanya melihatnya yang makin menjauh. Ia lalu berkata pada Saika,"Bersyukurlah, karena gua akan menolong lu ! Pasti gua akan menang melawan dia !" kemudian pergi dari tempat itu untuk pergi ke perpustkaan tanpa menunggu jawaban Saika.
Saika hanya bisa terdiam saja tidak mengerti apa yang baru saja ia lihat sedangkan Lisa berteriak-teriak dalam hatinya berkata,"Yes ! Sesuai rencana ! Ternyata, orang tersebut bisa diandalkan juga. Gak sia-sia gua ngatur kompetisi tiba-tiba ini !".
J
"Gua bisa ambil istirahat 3-4 hari, gak ?" Tanya Antoni pada Shania. Mereka sedang belajar di perpus tepat setelah Antoni menyatakan akan bertanding dengan Zane.
"Hah ? Kenapa tiba-tiba ? Gak boleh, lah ! Materinya masih banyak, loh dan waktunya sudah kurang dari satu setengah bulan lagi. Buat apa, sih ?" Tanya Shania pada Antoni.
Antoni melipat kedua tangannya. Ia lalu menaikkan tangannya untuk menopang kepalanya di atas meja. Ia berkata,"Gua ikut lomba buat naskah drama dengan kak Zane.".
"Zane ? Zane angkatan gua yang penulis itu ? Ngapain coba ? Udah lu fokus RMO IMO aja dulu ! Ngapain ngurusin yang gak penting ! Apalagi lawannya Zane !" Usul Shania padanya.
Antoni langsung menggeleng dengan cepat. Ia lalu menambahkan,"Ini penting ! Entah kenapa dia membuat gua kesal ! Gua harus menang, itulah yang ada di pikiran gua saat ini. Terus, gua juga punya alasan sendiri buat menang lomba itu.".
Shania tampak tidak mengerti dengan apa yang dimaksud Antoni. Pastilah ia tidak mengerti karena yang Antoni bicarakan itu berkaitan dengan harga diri seorang penulis yang hanya dimiliki oleh tiap-tiap penulis. Apalagi setelah si Zane itu mengatakan kalau Antoni itu tidak bisa mnegalahkannya. Itu sudah sangat menyinggungnya. Adalagi, sih yang membuat Antoni harus memenangkan kompetisi itu. Ya, itu karena Saika. Entah kenapa, Antoni tidak rela kalau si Saika jadi heroine dalam drama si Zane itu. Entah kenapa. Ia masih memikirkannya hingga sekarang.
J
Sesampainya di rumah, gua langsung melempar tas gua ke atas ranjang kemudian gua nyalakan laptop gua. Gua tunggu beberapa saat hingga laptop gua siap dan menyala kemudian membuka microsoft word sebagai tempat gua menulis naskah drama. Temanya tentang petualangan seorang pahlawan yang sudah menjadi makanan gua setiap harinya. Ini pasti mudah ! Pasti mudah ! Itu yang gua pikirkan.
Tapi, kenapa hingga 30 menit ini gua masih belum bisa menemukan kata-kata yang pas untuk dimasukkan ke dalam naskah ? Baru kali ini gua merasakan hal seperti ini. Seumur-umur gua menjadi penulis, gua menulis perasaan biasa-biasa aja. Selalu dapat inspirasi entah dari mana kayak kerasukkan. Pokoknya, gua akan mencoba menulis apa yang ada dalam pikiran gua ke dalam naskah ini. Gua tak boleh kalah dan mengecewakan Saika. Kenapa coba gua begitu mementingkan hal tersebut. Sejak kapan gua jadi peduli terhadap bagaimana cara Saika memandang gua ? Ada apa dengan gua ini sebenarnya !
J
"Nih !" Ucap Antoni pada Saika sambil menyodorkan lemabaran kertas berupa naskah drama yang sudah ia buat semalam suntuk kemaren.
Saika kemudian mengambilnya kemudian membacanya sebentar. Awalnya, Saika sangat beresemangat untuk membacanya apalagi itu adalah naskah drama gebetannya. Tapi, lain dengan ekspektasi Saika, sepertinya ia tidak menyukai apa yang Antoni buat. Terlihat dari mukanya yang mulai murung dan sering menggeleng-gelengkan kepalanya selagi membaca.
Ia lalu menyodorkan kertas itu balik sambil berkata,"Ini tidak akan bisa. Kalau lu pake naskah ini, gua yakin lu pasti kalah dengan kak Zane !".
"Hah ? Apa ? Itu tidak bisa, ya ?" Ucap Antoni mulai kecewa. Ia merasakan kalau dirinya itu payah dan tak berguna saat Itu. Akhirnya, ia menerima naskahnya kembali dan balik ke tempat duduknya dengan sedih.
Saika kemudian berpikir,"Ada apa sih dengan Antoni ? Kenapa kualitas naskah dramanya beda banget dengan yang dulu ? Apa dia sedang ada masalah ?".
J
Baru kali ini naskah gua ditolak dan dibilang jelek seperti itu. Biasanya, apa yang gua buat selalu bagus dan fantastis. Namun, kenapa dengan gua yang sekarang. Kenapa Saika sampai bisa mengatakan kalau naskah gua tidak layak ? Itu yang masih gua pikirkan dari kuliah tadi hingga gua berada dalam kamar gua ini. Gua masih belum bisa menemukan alasan Saika yang mengatakan kalau naskah gua jelek. Apa itu hanya karena dia yang suka mengerjai gua saja ? Atau memang naskah gua ini beneran jelek ? Gua tidak tau !
Gua masih berada di atas ranjang memikirkan alasan gua tepat ketika ponsel cadangan gua bergetar. Gua langsung mengambil ponsel tersebut dan memeriksanya. Guapun tau kalau ada Line dari Saika yang masuk ke ponsel "Sir Edward" . Langsung saja gua melihat apa yang ia kirimkan itu.
"Sir Edward, ada waktu ?" Tulisnya.
Sebenarnya, gua lagi sangat sibuk karena harus belajar, menulis novel kedua gua, dan mengurusi naskah drama ini. Mana deadline buat naskah drama tinggal sebentar lagi pula.
"Ya, ada waktu. Kenapa ?" Tulis gua menjawabnya.
Gua kemudian menunggu jawabannya tetapi di luar pikiran ia langsung menjawab Line gua itu tanpa membuat gua menunggu lama.
"Antoni lagi ada masalah, ya ?" Tulisnya lagi.
YAAA !!! BETUL SEKALI !!! Kau yang membuat gua punya masalah sebanyak ini ! Sepanjang gua hidup, baru kali ini gua dilanda masalah bertubi-tubi seperti ini. Dia itu pembawa masalah terbesar bagi gua. Namun, kalo dipikir-pikir, sepanjang hidup gua baru kali ini gua bekerja keras. Biasanya, gua santai-santai saja mengerjakan sesuatu begitupula dengan belajar. Baru kali ini, ya ? Hal itu baru saja masuk ke dalam pikiran gua.
"Banyak ! Terlihat dari wajahnya !" Balas gua.
"Pantas ! Pantas saja naskah dramanya gak kayak dulu lagi. Sir Edward mungkin tau dia kena masalah apa ?"
"Tidak, tuh ! Dia gak bilang masalahnya. Kayak dulu ? Maksud ?"
"Iya ! Dulu aku satu kelompok mos ama dia dan dia yang buatin naskah dramanya. Naskahnya bagus banget dan membuat kami juara. Tadi, dia membuat naskah drama lagi dan hasilnya tidak semenarik dulu. Karakternya dan jalan ceritanya kayak dipaksain gitu. Makanya, aku langsung tau kalo dia lagi ada masalah."
Hanya dari situ dia tau ? Lalu, dia masih inget waktu mos dulu, ya ? Ketika gua mengingat-ngingat kembali, rasanya seakan-akan memori tersebut terputar kembali di otak gua membuat gua bernostalgia sendiri dan tersenyum-senyum sendiri tapi gua gak gila, ya !
Saat mos dulu adalah saat dimana gua masih belum bertemu Shania di kampus ini sehingga gua masih bisa dikatakan sebagai anak yang ceria atau bisa dibilang gua menyembunyikan kepedihan hati gua akibat kejadian Shania itu lewat keceriaan gua. Siapa sangka kalau Saika dulu adalah cewek pemalu itu yang gua bantu untuk begaul. Dia memang banyak sekali berubah sejak gua pertama kali bertemu dengannya.
"Akan kusampaikan pada Antoni !" Itulah yang gua balas pada Saika saat itu. Gua akhirnya tau kenapa naskah gua tak semenarik dulu. Bukan karena cerita yang seakan-akan dipaksakan tetapi masalahnya ada di dalam diri gua. Seperti yang Saika katakan, saat gua menulis adalah saat gua paling berbahagia hingga gua dapat tersenyum-senyum sendiri. Karena, menulis tidak akan pernah berbohong. Tulisan itu hanya menyatakan satu tujuan dan tidak bisa berbohong. Itulah mengapa gua suka menulis.
Dengan menulis, gua juga bisa mengutarakan segala isi hati serta pikiran gua. Kenapa gua sampai melupakan hal terdasar dalam menulis. Ini bodoh sekali ! Ya, mulai sekarang gua akan menulis naskah drama ini layaknya seperti dahulu kala. Gua akan mendapatkan apa yang telah gua lupakan ! Hal itu adalah kebahagiaan dalam menulis.
Gua jadi teringat kata-kata Shania yang berhasil menjatuhkan gua ke dalam dunia kepenulisan ini. Kata-kata yang sampai sekarang menjadi moto gua yang dengan bodohnya gua lupakan.
"Jangan pernah menulis jika kau tertekan. Menulislah jika itu membuatmu bahagia." Itulah yang dikatakan oleh Shania saat SMA dulu. Kali ini, Saikalah yang mengingatkan gua akan hal ini. Gua benar-benar malu menyebut diri gua sebagai penulis terkenal jika gua seperti ini. Untung saja dia membuat gua sadar akan kebodohan gua ini. Lalu, ia juga telah membuat gua sadar tentang mengapa gua sampai rela bersusah payah ikut lomba bahkan menulis naskah konyol ini. Ssgala kebingungan gua yang gua pikirkan dari kemarin telah terjawab.
Jawabannya sangatlah sederhana bahkan tidak perlu orang pintar untuk mengetahui permasalahan gua ini. Hanya saja, karena terlalu sederhana sehingga membuat gua ragu dan tak menerima akan hal tersebut. Ya, dia telah membuat gua sadar kalo gua telah menyukainya. Entah dari sejak kapan, gua juga tidak tau dan itu tidaklah penting. Yang terpenting, gua harus bisa menyelesaikan segala permasalahan yang ada di depan gua dulu sebelum gua menyelesaikan permasalahan selanjutnya yaitu masalah gua dengan Saika.
J
Saat ini, dalam ruangan kelas Zane, suasana sedang berada dalam kondisi yang menegangkan dan hangat. Itu terjadi karena saat ini di tempat tersebut, sedang berlangsung kompetisi naskah drama dimana Antoni berhadapan dengan Zane. Mereka sudah saling menukar dan menyerahkan naskahnya masing-masing.
"Jadi, saat ini akan gua tentukan siapa pemenangnya. Dari hasil gua membaca naskah kalian berdua itu..." Ucap Lisa.
Sekarang, Lisa akan membacakan siapa pemenang dan naskah yang dipilih. Tetapi, sebelum Lisa selesai membacakan pemenangnya, Zane membuka suaranya.
"Gua kalah ! Setelah membaca sekilas naskah ini, gua tau kalau gua kalah. Lu gak usah bacakan hasilnya gua juga tau, Lis !" Ucap Zane.
Mendengar itu, Lisa tidak jadi meneruskan kalimatnya. Ia juga tampak akan mengatakan sama seperti yang Zane katakan jadi ia memutuskan untuk menyudahinya. Saika dan Antoni yang mengetahui hasilnya tersebut langsung tampak senang terlebih Antoni sebagai penulisnya. Ketika tulisan yang telah dibuat oleh seseorang dikatakan bagus bahkan menang dalam kontes, itulah saat paling bahagia bagi seorang penulis.
Zane lalu mendekati Antoni dan mengucapkan selamat padanya. Ia lalu menyalaminya begitupula dengan Antoni dan Zane membisikkan kata-kata yang berhasil menarik perhatian Antoni.
"Jadi inikah kemampuan Sir Edward ? Hebat ! Memang, sesuai dengan ketenarannya." Bisik Zane.
Antoni tidak menanyakan darimana Zane tau akan hal itu. Ia juga tidak terlalu mengkhawatirkannya sebab entah kenapa ia tau bahwa Zane tidak akan membocorkannya mengingat ia juga penulis seperti dirinya. Mungkin, itu juga merupakan insting seorang penulis. Zane kemudian berjalan keluar meninggalkan mereka di dalam ruangan kelas sambil bergumam dalam hatinya,"Sepertinya, gua masih ada perjalanan jauh yang mesti gua tempuh !".
"Selamat, Ton ! Gua tau kalo lu bisa memenangkannys dengan mudah !" Ucap Saika memberilan selamat pada Antoni.
"Eh, ya ! Terima kasih !" Balas Antoni.
Setelah itu, terjadi keheningan sesaat. Mungkin, mereka tidak tau hal apalagi yang harus dikatakan mengingat urusan mereka sudah selesai.
"Selanjutnya, naskah drama gua itu, gua mau lu jadi karakter utamanya ! Gak boleh yang lain !" Ucap Antoni membuka percakapan baru yang berhasil membuat Saika gelagapan.
"Lah ! Itu mah sama aja berarti, dong siapa aja yang menang ?" Protes Saika pada Antoni.
"Beda, dong ! Kan beda naskahnya !" Balas Antoni sambil tertawa dan berjalan keluar meninggalkan kelas.
Melihat itu, Lisa tampak tertawa. Ia lalu berkata,"Oke ! Jadi karakter utamanya Saika, ya ! Gua catet !".
"LIIIIS !!!" Teriak Saika ketika Lisa mengatakan hal tersebut.
J
Sehari sebelum pengumuman kompetisi menulis, Deni dan Lisa sedang berjalan di lorong angkatan kakak kelas. Mereka berjalan untuk mencari seseorang yang dapat membantu menyelesaikan masalah Saika dan Antoni ini. Ya, mereka sedang mencari Zane. Tak lama setelah mereka mencari, mereka menemukan Zane sedang duduk di salah satu bangku kosong di lorong.
"Kak Zane, ya ? Boleh bicara sebentar ?" Tanya Deni pada Zane.
"Ya, kenapa ?"
Deni dan Lisa kemudian menceritakan permasalahan mereka kepada Zane. Zane tampak mendengarkan dengan cermat dan ia hanya mengangguk saja sepanjang penjelasan tersebut.
"Jadi, intinya kalian ingin gua ikut dalam kompetisi tersebut dan memprovokasi Antoni agar ikut juga ? Setelah itu, apakah gua harus mengalah kepadanya ?" Tanya Zane pada Deni.
Deni kemudian menggeleng. Ia lalu berkata,"Jangan khawatirkan akan hal itu. Gua yakin Antoni akan menang.".
"Hooo...Menarik ! Kamu yakin dia bisa mengalahkanku yang merupakan penulis ?" Tanya Zane dengan penuh selidik. Mungkin, rasa ingin taunya bertambah ketika Deni mengatakan hal itu yang tentunya juga akan membuat semua penulis bertanya-tanya.
Deni langsung mengangguk dan dengan tegas mengatakan,"Ya ! Gua yakin ! Soalnya, dia juga penulis terkenal. Kakak tak usah menghentikan pukulan atau mencoba memberikan keringanan padanya. Anggap saja kalian sedang bertanding sebagai penulis.".
Zane langsung tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Deni itu. Ia lalu membalas,"Boleh juga ! Aku akan membuat naskahnya dengan serius jika begitu sesuai permintaanmu. Lalu sepertinya, Antoni harus bersyukur mempunyai sahabat semacam lu. Gua suka gayalu !"
Tetsuya? Jadi inget tatsuya fujiwara. Nice story, pmilihan katanya jga menarik. Kunjungi jga storyku ya..
Comment on chapter Bab 1 Penulis dan Model Terkenal