Matahari sudah berada di atas kepala menandakan hari yang sudah siang. Antoni dan teman-temannya sedang duduk diam mendengarkan dosen Anatominya (ilmu yang mempelajari tentang bagian-bagian tubuh manusia beserta letak dan posisinya), dokter Dihan mengoceh di depan kelas. Satu kelas benar-benar mengantuk mengingat ilmu ini ialah ilmu yang termasuk sulit untuk dipelajari sebab semua nama bagian tubuh manusia harus dihafalkan dalam bahasa latin.
"Ya, ada yang mau ditanyakan ? Kalau tidak saya sudahi kuliah hari ini. Jangan lupa untuk pr buku Anatomi dikerjakan karena itu merupakan tiket kalian untuk mengikuti ujian praktikum Anatomi. Sampai bertemu di ujian Anatomi." Ucap dokter Dihan menyudahi kuliahnya dan langsung bergegas keluar.
Setelah dokter Dihan keluar, kelaspun berubah menjadi pasar ikan. Suasana di dalam kelas menjadi sangat ramai sehingga membuat Deni yang tertidur pulas terbangun dari tidurnya.
"Hoammm...Dokter Dihan mana ? Udah selesai ngajarnya ?" Tanya Deni masih sedikit mengantuk.
"Udah ! Ini malah dokter Marshal udah selesai ngajar juga." Ledek Antoni sehingga Deni menjadi bingung.
"Hah ? Yakin ?" Ia lalu melihat jam tangannya dan mendapati bahwa jam kelas dokter Marshal belum terlewati sehingga ia kembali berkata,"Lu gak bakal bisa kali ini ngebohongi gua ! Udah sering lu bikin gua parno !".
Antoni tak menjawab perkataan temannya itu. Ia hanya tersenyum puas saja tanda ia sudah berhasil mencapai targetnya.
"Tes...Tes...Hai, guys ! Jadi gua mau ingetin aja kalo tugas praktikum Anatomi jangan lupa untuk dibuat, ya ! Terus...Gua ada berita heboh, nih !" Ucap Lisa di depan kelas memakai mike sehingga perhatian satu kelas berhasil ia dapatkan.
Antoni dan Deni juga teralihkan perhatiannya oleh kata berita heboh Lisa. Satu kelaspun menunggu berita apakah yang akan diberitahu oleh ketua kelas mereka.
"Kayaknya di kelas ini ada yang baru aja jadian, nih ! Udah gitu ceweknya tuh terkenal banget pula ! Kayaknya ada yang perlu meluruskan bagaimana ini bisa terjadi !". Mendengar itu, Saika langsung kaget gitu mukanya. Ia tahu pasti bahwa "cewek terkenal" yang dimaksud oleh Lisa itu pasti dirinya. Daripada menunggu lama, Saika lebih pilih berbicara di awal dan ngomong apa adanya," Hah ? Kok, kamu tahu ?".
"Nah, ini orangnya malah ngaku. Gua kira info yang gua dapet itu bohongan ternyata malah bener. Kok bisa, sih lu jadian ama Antoni ?" Tanya Lisa sedikit tak percaya.
Mendengar hal tersebut, satu kelaspun kaget. Tapi, yang paling kaget di sini ialah Antoni dan Saika sendiri. Denipun tampak tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar sehingga ia bertanya langsung pada sahabatnya itu,"Itu beneran ? Lu ama Saika ? Baru aja lusa lalu kita ngomongin, loh !".
Sial, kenapa bisa hal tersebut malah terbongkar dan secepat ini pula ! Antoni berpikir panjang. Dirinya merasa bingung dan tak tahu harus menjawab apa. Keringat dinginpun mengalir dengan derasnya. Ia lalu sampai pada suatu jawaban yang menurutnya paling masuk akal.
"Kalian tuh ngomong apa, sih ? Apa mungkin gua bisa jadian ama si Saika sang model idaman sejuta umat itu ?" Jawab Antoni dengan sedikit keras sehingga satu kelas bisa mendengarnya. Semua mahasiswa langsung mengangguk-angguk gitu tanda mereka menerima jawaban Antoni yang bisa dibilang masuk akal. Lain halnya dengan Saika, ia malah tampak marah ke Antoni.
"Lu itu...Ah, sudahlah !" Saika kemudian berjalan dengan langkah cepat keluar kelas sehingga satu kelaspun menjadi kaget. Baru pertama kalinya mereka melihat sang model idaman mereka marah dan kesal seperti itu. Akibat hal tersebut, semua mata langsung mengarah pada Antoni dan aura membunuh dipancarkan dari pandangan setiap mata mahasiswa di sana. Anna, Mila, dan Lisa sang 3 bodyguard dari Saika langsung dengan cepat berlari mengejar Saika keluar.
Deni yang sepertinya lebih peka dan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi langsung mengklarifikasi kepada Antoni dan memaksanya untuk bercerita.
"Jadi, apa ada yang lu mau bagikan ke sahabatlu ini ?" Tanyanya pada Antoni dengan senyuman sinis di bibirnya itu. Antoni yang melihat sahabatnya seperti itu sudah tahu pasti bahwa dirinya sudah tak bisa mengelak lagi dan wajib memberitahu yang sebenarnya terjadi di antara mereka berdua. Antoni lalu menceritakan segalanya pada Deni sehingga akhirnya Deni mengangguk-anggukkan kepalanya tanda ia paham apa yang sebenarnya terjadi di sini.
"Bro, mendingan lu kejar dia sekarang terus lu minta maaf sebelum terlambat ! Itu satu hal yang gua bisa kasitau dan saranin ke lu sekarang sebelum satu kelas ini melempar pisau ke arah lu ! Gua sebagai sahabatlu, sih gak pengen ya kalau melihat lu mati mengenaskan di sini. Jadi, cepet sono pergi hus hus !"
Antoni masih tak mengerti apa yang sebenarnya sahabatnya itu maksud. Ia tampak bingung mencerna kalimat sahabatnya itu. Namun, walaupun ia tampak bingung tetapi ia memutuskan untuk berlari keluar mengejar Saika tanpa bertanya lagi pada sahabatnya. Ia juga tak mengerti mengapa ia memutuskan untuk mengejar Saika. Seorang Antoni yang malas dalam berhubungan terutama dengan cewek entah kenapa merasa terganggu dengan tingkah Saika padanya itu. Dalam hatinya yang terdalam, sadar ataupun tak sadar, ia sudah merasa peduli terhadap Saika.
Di jalanan menuju ke pos satpam kampus UDI, Saika sedang berjalan dengan cepatnya ingin meninggalkan kampus. Ia merasa tak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi. Ia terus berpikir sambil berjalan mengapa perkataan Antoni barusan membekas dan terasa sangat sakit baginya. Walaupun ia merasa demikian, dalam hatinya yang terdalam ia sudah tahu mengapa ia kesal. Yang ia bisa lakukan saat ini hanyalah pergi meninggalkan masalahnya.
Anna, Mila, dan Lisa tampak mengejar Saika. Mereka berlari kecil hingga akhirnya mereka berhasil mengejarnya.
"Sai... Hos hos hos" Teriak Lisa dengan tersengal-sengal karena kondisinya yang masih setengah berlari.
Saika yang mendengar bahwa ia dipanggil kemudian menengok. Namun, ia membuang mukanya dan kembali meneruskan langkahnya lebih cepat lagi. Ia lalu setengah berteriak,"Jangan ikuti gua ! Gua lagi mau sendiri !" pinta Saika dengan nada menyuruh.
Teman-temannya tak mendengarkan suruhan dari Saika itu dan mereka malah tambah berlari hingga menyusul Saika. Lisa lalu menggenggam lengan Saika dan menahannya agar ia tak bisa bergerak lalu berkata,"Lu kenapa, sih ? 1 tahun gua kenal ama lu baru kali ini lihat lu kayak gini.".
"Lepasin gua !" Pinta Saika pada Lisa sambil berusaha melepaskan lengannya yang dipegang kuat oleh sahabatnya itu.
"Gak ! Kita gak bakal lepasin lu gitu aja ! Apalagi dalam keadaan lu seperti ini !" Ucap Mila yang terlihat letih mengejar Saika.
"Hah... hah... Lu pada lari kuat banget, sih ! Tungguin gua, oi !" Teriak Anna yang masih agak jauh dari mereka bertiga sambil bernapas pendek.
Tak butuh waktu lama, Anna berhasil menyusul mereka bertiga. Itu juga karena mereka bertiga sedang di tempat berkat Lisa yang berhasil mencengkeram lengan Saika dengan baik.
Setelah Anna datang, ia langsung memeluk Saika sambil berteriak,"Ketangkap kau ! Sekarang kau tak bisa kabur lagi hah hah..." sambil mengambil napas pendek dengan cepat.
Saika hanya diam saja tanpa mengatakan sepatah katapun menanggapi dirinya yang tertangkap itu. Teman-temannya juga tampak hening saat itu memikirkan kalimat apa yang sebaiknya mereka katakan untuk menenangkan sahabatnya yang entah kenapa jadi begini.
Lisa lalu memberanikan dirinya untuk mengangkat suara. Ia juga tahu bahwa dirinyalah yang paling bertanggung jawab atas kejadian ini sehingga ia memiliki kewajiban untuk menutupnya. "Sai, maafin gua ya kalo misalkan gua buat salah tadi. Tadi itu beneran gua pure ingin seru-seruan saja. Gak ada maksud menyinggung lu ataupun Antoni, kok !" Ucap Lisa memecah keheningan yang sudah mulai terasa gak enak ini.
Mendengar itu, Saika malah cuma menangkap kata "Antoni" dari kalimat tersebut membuat ia teringat kembali olehnya dan ucapannya barusan di kelas. Bukannya jadi tenang, ia malah jadi nangis. Terlihat air terjun alami yang mengocor dari muka Saika membuat teman-temannya makin histeris.
Lisa yang menyadari bahwa sahabatnya ini malah dibuatnya menangis menjadi kebingungan sendiri. Ia melihat ke arah Anna dan Mila berusaha memberi kode pada mereka.
Ui, bantuan gua ! Kok malah tambah parah ini ! Kode Lisa pada Anna dan Mila.
Parah, lu ! Anak orang tuh lu bikin nangis ! Balas Mila pada Lisa dengan kode juga.
Air mata model itu mahal, cuy ! Parah lu, ye ! Kode Anna pada Lisa.
Kampret lu pada ! Bantuin gua sekarang sebelum banyak orang yang ngelihat ! Ucap Lisa dengan kode lagi.
"Udah... Udah... Sai. Gak usah dipikirin lagi. Cowok mah emang gitu. Suka menyakiti kita para gadis. Apalagi model-model Antoni." Ucap Anna berusaha menenangkan sahabatnya itu.
"Gak ! Dia tidak seperti itu ! Bukan itu yang gua kesal dari dia. Gua kesal karena... Dia berubah !" Ucap Saika yang berhasil membuat ketiga sahabatnya ini terheran-heran. Berubah ? Memang dari apa ?
Setelah agak lamaan setelah Saika mengucapkan kalimat itu, Lisa kembali memecah keheningan. "Terus, lu beneran pacaran ama dia ?" Tanya Lisa setengah takut mengingat ia telah berhasil membuat sahabatnya ini menangis.
Saika lalu menceritakan kejadian yang ia alami lusa lalu hingga apa yang terjadi kemarin. Soal mereka pacaran kontrak dan semuanya diceritakan. Walaupun ia sudah selesai bercerita, teman-temannya juga masih bingung kenapa Saika malah kesal terhadap perkataan Antoni di kelas. Harusnya, ia tak apa-apa kecuali kalau memang ada sesuatu yang mendasari sebelumnya. Teman-temannya yang peka ini pun langsung bisa menebak kira-kira mengapa sahabatnya ini bisa jadi seperti ini.
"Ya udah ! Sabar aja ! Mungkin dia malu kali dan gengsi gitu. Apalagi cuma perjanjian gitu, walau memang hadiahnya sangat menggiurkan, sih !" Ucap Lisa setelah mengerti kurang lebih yang terjadi pada Saika. Saika hanya mengangguk-angguk saja sambil menenggelamkan mukanya pada pelukan sahabatnya itu.
"Sai, tissue kalo misalnya butuh." Ucap Anna sambil menyodorkan secarik tissue yang ia keluarkan dari saku celananya. Tissue tersebut diestafetkan ke Lisa baru ke Saika.
Suasana yang panas akhirnya terlewati. Ketiga sahabat Saika tampak tenang dan dapat menghela napas. Namun, saat itu juga, terdengar suara teriakkan yang sangat familier.
Antoni yang mengejar Saika akhirnya berhasil menyusulnya. Antoni teriak gitu,"SAIKAAA !!!" dan membuat perhatian Saika serta ketiga sahabatnya teralihkan padanya. Dalam hati, ketiga sahabat Saika bergunam,"Nih si setan dateng ! Baru aja diomongin !"
Tak butuh waktu lama, akhirnya Antoni berada di tepat di depan mereka. Ketiga sahabat Saika hanya menyipitkan matanya atas kedatangan mahluk ini. Mereka juga setengah takut jika nih mahluk buat kekacauan lagi seperti di kelas barusan. Tetapi, pikiran mereka bertiga serasa tersambung dan tahu bahwa sekarang mereka harus diam dan melihat serta berharap agar situasi akan membaik.
Setelah sampai, Antoni lalu memandangi Saika sejenak. Ia juga sadar bahwa wanita cantik ini baru saja menangis terlihat dari matanya yang bengkak. Walaupun laki-laki ini tampak tidak peduli dan penyuruh pada Saika, tetapi sebenarnya hatinya begitu halus. Ia juga tak mau kalau ada wanita yang menangis oleh karenanya. Mungkin, itu juga merupakan insting dari setiap lelaki kecuali kalau mereka banci itu lain lagi.
"Lu habis nangis ? Emang gua apain lu, sih ?" Tanya Antoni yang juga masih tak mengerti kenapa nih cewek jadi begini.
Saika hanya diam saja. Ia tak mau menjawab pertanyaan Antoni yang mestinya ia sudah tahu sendiri kenapa dia jadi begini. Masalahnya, Antoni juga tak tahu apa salahnya yang membuat cewek ini menjadi kesal dan marah dengannya.
Daripada masalah tak terselesaikan, Antoni lebih memilih untuk nekat dan kembali berkata,"Kalau lu maah soal ucapan gua di kelas barusan itu...Gua minta maaf. Harusnya gua gak mengatakan hal itu." walau ia tak tahu kenapa ia mesti minta maaf seperti ini.
Namun, kelihatannya permintaaan maafnya berhasil. Dapat dilihat dari muka Saika yang sedikit mencerah dari sebelumnya.
"Jadi, lu sudah tau apa salah lu ?" Tanya Saika pada Antoni sambil masih mengelap-ngelap mukanya untuk membersihkan sisa tangisannya. Ia tak mau kalau Antoni mesti melihat air matanya lebih dari ini.
Emang gua salah apa, cuy ! Si Deni suruh gua minta maaf tapi dia gak bilang apa salah gua. APA SALAH GUAAAA ?!? Gumam Antoni dalam hatinya dengan penuh kebingungan. Namun, ia tak mungkin memperlihatkan kebingungannya pada Saika. Ia takut kalau dia sampai nangis atau lari gak jelas lagi. Akhirnya, ia hanya bisa mengangguk-anggukkan kepalanya dan memasang wajah menyesal.
"Oke...Baguslah kalau begitu ! Jangan diulangi lagi, ye ! Janji ?" Ucap Saika lagi.
Antoni kembali mengangguk lagi tanda ia mengerti. Setelah keadaan menjadi dingin, teman-teman Saika akhirnya menimpali suasana. Lisa menaikkan suaranya,"Hei ! Kita-kita dijadiin pacar juga boleh ! Kita-kita kan juga mau ketemuan ama Sir Edward.
Mendengar itu, Antoni melihat Saika memberikan kode untuk mengklarifikasikan kenapa teman-temannya sudah tahu tentang hal pacar kontrak ini. Saika lalu memainkan raut mukanya agar Antoni mengerti bahwa ia sudah menceritakan segalanya pada mereka. Setelah Antoni mengerti, ia hanya bisa menghela napas pendek dan berkata pada mereka,"Maaf ! Gua cuma butuh Saika aja. Kalau kalian mau, jadi pohon-pohon kayaknya bagus juga.".
"Enak aja cantik-cantik gini dijadiin pohon ! Yang bagus dikitan, kek ! Misalnya kayak tukang cuci piring Saika." Bantah Anna dengan cepat.
"Oi ! Itu juga masih jelek ! Gimana sih, lu !" Sanggah Mila yang berhasil membuat mereka semua tertawa.
J
Brak... Suara meja dihentak oleh setumpuk kertas setebal 50an halaman A4. Akibat suara itu, Pak Editor tampak kaget dan sedikit terbangun dari tempat duduknya.
"Apa ini ?" Tanyanya pada Antoni yang tampak memberikan senyuman puasnya.
"25 % naskah. Gua pikir harus dikasih unjuk dulu sebelum gua selesaikan. Nanti dibilang jelek, kan sayang juga." Ucapnya dengan senyuman lebar yang merupakan hal baru bagi Pak Editor.
"Oooh...Coba sini !" Ucap Pak Editor meminta naskahnya. Ia lalu membaca 2-3 halamanan dan tampak senyuman lebar di wajah Pak Editor. "Yang begini, nih gua suka ! Tuh, kan kalau kau berusaha pasti bisa !" Ucap Pak Editor bangga.
"Siapa dulu ! Penulis terkenal gitu, loh !" Ucap Antoni membanggakan dirinya.
"Oke...Mari pesta ! Ayok makan ayam di restoran samping. Walau perlu 10-15 menit jalan gak apa-apa lah, ya !" Ajak Pak Editor.
"Oke ! Siapa takut !" Tantang Antoni.
Mereka berdua kemudian berjalan keluar meninggalkan gedung penerbitan untuk pesta makan.
J
Di dalam kamar, Saika sedang merebahkan tubuhnya di atas kasur. Banyak sekali kejadian yang terjadi hari ini sehingga membuat tubuhnya letih. Ia sangat membutuhkan istirahat saat ini. Tapi, ternyata Tuhan tidak mengijinkannya untuk istirahat.
"SAIKAAAAA !!!" Teriak seorang perempuan yang teriakkannya kian lama kian mengeras di kuping Saika.
Tiba-tiba saja, pintu kamar Saika dibuka dengan cepat alias dibanting dan muncullah sosok yang Saika kenal dari balik pintu.
"MANAGER !!! Ngapain di sini ?" Tanya Saika bingung.
Tanpa banyak bicara, manager Saika langsung menghampiri Saika lalu menariknya dan mengangkatnya. Managernya benar-benar kuat seperti wonder woman.
"BUSET ! APAAN, NIH ?!?" Tanya Saika bingung dan kaget.
"Udah, ikut aja !" Ucap managernya yang kemudian mengangkat Saika hingga keluar dari pintu kamarnya.
"Udah, gua bisa jalan sendiri, oi ! Mau kemana sih coba !"
"Ayok, makan ! Ada diskon besar-besaran di restoran sebelah !" Ajak managernya. Ia hanya menyipitkan matanya melihat tingkah aneh dari manusia di depannya ini. Namun, ia tetap menemaninya dan berjalan menuju restoran.
J
Antoni dan Pak Editor sedang duduk di sebuah meja dekat jendela dalam restoran cepat saji. Restorannya begitu padat dan hampir tak ada bangku kosong lagi. Di atas mejanya, terlihat beberapa piring yang terdapat beberapa potong ayam goreng dan kentang yang terlihat sangat menggiurkan. Mereka terlihat bertatapan ingin menyantap makanan yang ada di atas sana.
"Silahkan penulis terkenalku. Ambillah duluan." Pinta Pak Editor pada Antoni.
"Tidak sopan jika saya mendahului yang lebih tua. Silahkan duluan, Om !" Balas Antoni memasang wajah ngeselinnya.
"Saya masih 35 tahun ! Belom Om Om juga kali !"
Merekapun akhirnya tertawa dan mulai memakan hidangan mereka. Namun, 30 menit setelah mereka mulai makan, Antoni tiba-tiba melepehkan ayamnya saat melihat seorang yang ia kenal masuk ke dalam restoran.
"Kenapa lu ? Kayak lihat setan aja. Ada apa, sih ?" Tanya Pak Editor sambil membalik badan melihat ke arah yang Antoni pandang. Setelah ia membalik badan, ia mendapati dua sosok perempuan yang tengah memasuki restoran. "Sari !!!" Teriak Pak Editor memanggil seseorang.
Entah ini kebetulan tetapi Manager Saika menengok ke arah panggilan tersebut. Ya, Sari Asri adalah nama lengkap dari managernya Saika dan sepertinya Pak Editor telah mengenal manager Saika sebelumnya.
"Ah...Agus !" Balasnya sambil berjalan mendekat. Saika juga ikut mendekat dan akhirnya ia melihat Antoni yang duduk di seberang orang yang dipanggil oleh managernya. Wajahnya langsung tak bisa digambarkan dengan kata-kata lagi. Mungkin, dalam hatinya ia berpikir kenapa ia selalu saja bisa ketemu mahluk satu itu tiap saat.
"Hai !" Sapa Antoni pada Saika dengan wajah canggung.
"Ya...Hai !" Balas Saika dengan wajah canggung pula.
Pak Editor dan manager Saika yang melihat bahwa anak-anak mereka ternyata udah saling kenal pun kaget. Dalam pikiran mereka, mereka bertanya kenapa nih dua orang bisa saling kenal satu ama lain.
"Kalian udah saling kenal ?" Tanya Pak Editor pada Antoni.
"Ya, teman satu kampus." Jawab Antoni cepat.
Mendengar jawaban Antoni, Pak Editor dan manager Saika hanya mengangguk-anggukkan kepala mereka.
"Nah, pas ! Kalian duduk di sini aja sama kita. Bangku lain juga udah pada full. Lebih rame juga lebih seru, kan ?" Usul Pak Editor yang telah berhasil menarik perhatian semuanya terutama Antoni dan Saika.
"Boleh ! Udah lama juga gua gak ngobrol dengan lu, Gus ! Kita pesen makan dulu tapi, ya ! Nanti, lanjut ngobrol lagi !" Seru manager Saika.
Setelah itu, Saika dan managernya menuju ke kasir untuk memesan makanan. Mendapat kesempatan, Antoni langsung menendang kaki Pak Editor dan berkata,"Jangan bilang kalo gua ini Sir Edward ke mereka, oke !".
"Hah ? Kenapa ?" Tanya Pak Editor bingung.
"Pokoknya jangan pernah bilang atau gua gak jadi selesaikan naskah gua !" Ucap Antoni mengancam.
Pak Editor akhirnya mengangguk walau masih ada banyak pertanyaan yang ia mau tanyakan. 10 menit kemudian, Saika dan managernya kembali dengan nampan penuh berisi ayam dan kentang. Saika lalu duduk di sebelah Antoni sedangkan managernya duduk di samping Pak Editor. Sudah seperti pertemuan keluarga saja.
"Jadi, kenalin. Saya managernya Saika." Kata manager Saika setelah ia duduk pada Antoni.
"Ya, saya Antoni. Penulis pemula dibawah bimbingan Pak Editor. Salam kenal." Balas Antoni.
Mendengar ucapan Antoni tentang "penulis pemula", Pak Editor sampai ketawa kecil. Namun, ia menyembunyikannya dengan tangannya agar tak ada yang melihat walau sudah jelas sekali kelihatan, sih.
Penulis pemula ? Baru kali ini gua denger nih orang merendahkan diri. Kayaknya bener ada sesuatu, nih di antara mereka berdua. Pikir Pak Editor dalam hati.
"Saya Saika temannya Antoni di kampus. Sekarang menjadi model. Salam kenal." Berikutnya giliran Saika yang memperkenalkan dirinya pada Pak Editor.
"Iya...Salam kenal. Saya editornya Antoni yang tiap hari stress nungguin naskahnya yang tak kunjung datang dan begitu datang, saya stress lagi gara-gara naskahnya sampah." Ucap Pak Editor berusaha mencairkan suasana kaku ini.
Naskah gua sampah ? Kurang asem nih Om Om ! Awas aja nanti ! Gumam Antoni dalam hatinya sambil menahan agar tidak menggorok editornya di tempat.
"Hahaha...Saya juga begitu. Nyuruh Saika dateng ke pemotretan itu bagaikan nunggu jodoh yang gak kunjung datang." Balas manager Saika.
Hooo...Apa ini ? Stand up comedy gagal ? Kayaknya lain kali gua gak usah ikut pemotretan aja sekalian, ya ! Gumam Saika sambil menahan kata-kata kasar yang ingin ia ungkapkan.
"Jadi, kalian ini hanya teman ? Teman atau pacar ?" Ledek manager Saika pada mereka.
Saika dan Antoni langsung gelagapan. Insting manager Saika memang tepat sekali walaupun mereka cuma pacaran kontrak. Tapi, kan itungannya pacaran juga. Antoni melihat ke Saika dan seperti biasanya, memberikan kode dan melemparkan pertanyaan itu padanya. Saika yang menyadari lemparan pertanyaan itu juga memberi kode supaya Antoni yang menjawab.
Beneran ? Padahal gua kan cuma iseng aja ! Wah, gila si Saika. Kok bisa-bisanya suka ama lelaki culun macam ini. Matanya rusak ato gimana ? Pikir manager Saika menyimpulkan.
"Gak mungkin, lah ! Antoni itu anti banget ama yang namanya pacaran. Dia itu dijuluki sang pembenci pasangan hahaha..." Balas Pak Editor dengan cepat sehingga Antoni dan Saika dapat terselamatkan. Tetapi, timbul pertanyaan baru dalam benak Saika. Pembenci pasangan ? Antoni ? Masa ? Padahal dia yang maksa gua buat pacaran ama dia. Pikir Saika bingung.
Trit Trit Trit...Suara ponsel Pak Editor yang berbunyi dengan nyaringnya. Pak Editor lalu mengangkat dan,"Halo ? Oh, ada masalah ? Cewek itu lagi ? Saya akan segera ke sana !" Ucapnya saat menelepon.
Setelah menutup teleponnya, ia memasukkannya ke dalam saku celana dan berkata,"Maaf, ya. Kelihatannya kita tak bisa mengobrol panjang lebar. Saya mendapat panggilan darurat dan harus ke kantor secepatnya.".
"Oh, oke ! Sayang sekali, ya ! Padahal masih banyak yang mau gua obrolin ama lu, Gus ! Mungkin lain kali." Balas manager Saika.
Antoni juga ikut berdiri mengikuti Pak Editor. Sebelum meninggalkan mereka, Antoni melambaikan tangannya dan mengucapkan sampai jumpa pada mereka.
Setelah Antoni dan Pak Editor sudah tak terlihat lagi, manager Saika berkata,"Dia pacar lu, ya ?" yang berhasil membuat Saika salting.
J
Di depan kantor penerbit, Pak Editor dan Antoni tampak mengobrol. Sebelumnya, suasana terlihat sangat serius. Namun, Pak Editor merangkul pundak Antoni dan berkata,"Udah penulis terkenal nyarinya model, ya ! Gak tanggung-tanggung, nih ! Jadi, dia ya inspirasi novel lu ? Hahaha...".
Antoni berusaha melepaskan rangkulan itu dan menjawab,"Apaan, sih ! Dia itu suka dengan Sir Edward ! Bukan denganku. Lagian kami juga pacaran cuma kontrak aja.".
"KALIAN PACARAN ?" Sontak Pak Editor tampak tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Seorang Antoni yang sudah ia kenal jomblo abadi dan pembenci status pacaran bisa-bisanya mendapatkan seorang pacar dan mana cantik pula.
"Iya, tapi itu cuma kontrak. Gua berjanji buat ketemuin dia ama Sir Edward kalau dia bantu gua bikin novel gua selanjutnya." Ucap Antoni menjelaskan.
Pak Editor mengangguk-anggukkan kepalanya tanda ia telah mengerti apa yang terjadi di sini. Antoni lalu meneruskan ceritanya tentang Saika yang merupakan teman sekelasnya, model, pacaran kontrak, pokoknya semuanya ia jelaskan pada editornya. Walaupun kadang-kadang Antoni sebal dengan Pak Editor ini terutama pada masalah deadline, tetapi baginya beliau merupakan pengganti ayahnya karena orangtua Antoni yang bekerja di Singapore tak memberikan perhatian padanya. Jadi, Antoni sangat terbuka sekali dengan ayah angkatnya ini.
"Oke, gua tau sekarang apa yang terjadi. Tapi, masa sih dia nerima gitu aja jadi pacarlu cuma gara-gara mau ketemu ama idolanya ? Apa tak ada yang janggal ?" Tanyanya pada Antoni yang membuat Antoni berpikir dua kali. Namun, Antoni membalas dengan gelengan tanda ia tak tahu lagi sebabnya dan Pak Editor kembali berkata,"Ya sudah ! Nanti juga jadi terang sendiri. Kamu jalani saja dulu. Jangan lupa untuk deadline novel keduamu itu 2 bulan lagi, ye !".
Diingetkan masalah deadline, Antoni yang ceria bercerita kini langsung muram. Wajahnya berubah pucat dan suaranya menjadi lemas.
"O...Oke. Akan diusahakan." Jawabnya.
"Bukan diusahakan tapi direalisasikan ! Gua gak mau tau pokoknya itu naskah jadi mesti ada di atas meja gua 2 bulan lagi, ye ! Ya udah, gua mau masuk dulu."Ucap Pak Editor memaksa Antoni kemudian berjalan masuk ke dalam kantor. Antoni masih melihati Pak Editor hingga bayangannya sudah tak tampak lalu ia mulai berjalan pulang.
J
"Aku pulang !" Ucap Antoni setengah berteriak kemudian menutup pintu rumahnya dari dalam. Ia lalu berjalan menelusuri rumahnya dan berhenti ketika ia melihat adiknya, Sayaka yang sedang memasak mie instan di dapur.
Sayaka lalu menyadari kehadiran dari kakaknya tersebut. Ia mematikan kompor dan berbalik melihat kakaknya dan berkata,"Oh, kakak sudah pulang ? Mau mie instan, Kak ?".
Antoni menggelengkan kepalanya tanda ia menolak tawaran adiknya. Ia kemudian menaruh barang-barangnya di atas sofa dan bertanya,"Mama Papa ada telepon, Say ?".
"Gak ! Tadi cuma Pak Editor yang menelepon nanyain kabar naskah dan kakak."
"Oooh...Tadi kakak udah ketemu ama Pak Editor sebelum pulang, kok ! Sudah kuduga. Mereka tuh jarang banget ya telepon-telepon. Walau katanya ada kerjaan berat di Singapore tapi gak gini juga kali."
"Iyaaa....Mungkin mereka sangat sibuk, Kak di sana." Ucap adiknya.
Antoni tak mau menanggapi dan membicarakan orang tuanya lebih lanjut. Ia lalu mengalihkan pembicaraan,"Terus, sekolahan kamu gimana, Say ? Ada apa-apa, gak ?".
Mendengar pertanyaan kakaknya, muka Sayaka tampak bersemangat. Sepertinya, memang terjadi sesuatu di sekolah. "Iya, Kak ! Jadi lusa, aku akan pergi karyawisata ke Puncak. Nanti aku nginep di sana ama teman-teman. Oh, ya ! Aku sekamar ama Melinda, loh !" Sayaka bercerita dengan semangatnya.
"Oooh...Bagus, dong ! Jadi ada yang bisa jagain kamu di sana." Balas Antoni sambil mengambil posisi yang enak di sofa.
"Memangnya aku masih anak kecil sampai perlu dijagain. Aku udah kelas 2 SMA, loh !" Balas Sayaka sambil memanyunkan wajahnya tanda ia sebal oleh perkataan kakaknya itu yang masih meremehkannya.
Melihat reaksi Sayaka, Antoni malah ketawa kecil sehingga Sayaka menjadi makin sebal. Ia lalu bertanya lagi,"Jadi, apa-apa aja yang kamu butuhin buat perisapan karwis ?".
"Hmmm...Kalau gak salah aku mesti bawa senter, perlengkapan mandi, alat tulis, pakaian, sama pakaian renang. Kalau gak salah, ya ! Soalnya aku juga lupa tehe..." Sayaka mengedipkan matanya centil.
"Pakaian renang ? Emang kamu bisa berenang ? Terus, memang kamu punya ?" Tanya Antoni sambil menyipitkan matanya.
"Nah, itu dia, Kak ! Aku juga bingung."
"Ya udah...Besok kamu beli baju renang sama kakak di Mall." Ucap Antoni memberi saran.
"Kakak mau pilihin baju renang buatku ? Cewek kelas 2 SMA ? Mau ditangkap polisi, Kak ?" Tanya Sayaka sambil menaruh kedua tangannya menutupi dadanya seperti cewek yang mau dilecehkan.
Antoni langsung sedikit terbangun dari sofanya dan setengah teriak,"NGGAK, LAH ! Kamu pilih sendiri, lah !".
Mendengar jawaban kakaknya, Sayaka langsung lemas dan tak bertenaga. Ia lalu berkata,"Ah, gak seru ! Kalau pilih sendiri gak seru ! Kakak itu nganggep aku sebagai cewek tulen apa kagak, sih sebenarnya ? Biasanya kan, jika adik perempuan ingin beli baju renang, kakaknyalah yang akan memilihkan dan menawari dengan sedikit mesum !".
"KAMU KEBANYAKAN NONTON FILM ANEH ! Kalau kamu merasa gak seru, nanti kakak carikan kamu teman untuk milih baju renangnya." Seru Antoni menaikkan nadanya.
"Hah ?" Sayaka akhirnya berhasil dibuat bingung oleh kakaknya ini. Setaunya, teman kakaknya itu hanya Deni seorang. Jadi, siapa yang akan dia panggil buat membantunya memilih baju renang. Enggak mungkin si Deni, kan ?
J
Di depan ruangan editor, terlihat seorang wanita seumuran Saika yang sedang memegang hpnya dengan erat. Dia terlihat sangat menawan dengan rambut cokelatnya yang bergelombang panjang menutupi sebagian punggungnya. Wajahnya menggambarkan suatu keimutan tersendiri yang bahkan satu kamus tebalpun tak dapat untuk mendeskripsikannya.
"Anda tak bisa lari dari saya ! Saya tak akan berhenti mengganggu anda sampai saya bertemu dengan Sir Edward !" Ucap wanita tersebut bertelepon entah dengan siapa sembari memandangi kaca pintu yang dibaliknya terlihat editor dari Antoni yang juga sedang bertelepon dengan wajah sedikit terganggunya.
"Ya, terserah kau saja ! Bisakah kau keluar dari kantor ini jika sudah tidak punya urusan ? Atau perlu saya panggil satpam untuk mengantarmu pulang ?" Ucap Pak Editor lewat telepon.
Mereka sangat aneh. Padahal, mereka sudah saling bertatapan tetapi masih saja berkomunikasi lewat handphone masing-masing. Tak butuh waktu lama, wanita tersebut berkata,"Tak usah kau suruhpun, saya juga akan pergi. Ingat saja ! Katakan pada Sir Edward kalau beliau tak akan dapat lari dari saya hahaha...".
Setelah itu, wanita tersebut menutup teleponnya dan berjalan menuju lift untuk keluar meninggalkan gedung itu. Pak Editor hanya bisa menghela napas melihat apa yang baru saja ia alami. Ia berkata pelan,"Makin lama fans si Antoni makin gila aja !".
Tetsuya? Jadi inget tatsuya fujiwara. Nice story, pmilihan katanya jga menarik. Kunjungi jga storyku ya..
Comment on chapter Bab 1 Penulis dan Model Terkenal