Mobil mewah BMW i8 membelah jalanan ibu kota pagi itu, dan memasuki sebuah gedung tinggi, dan berhasil parkir di sudut basement. Ternyata mobil mahal itu dikendarai oleh pemuda tampan yang kini tengah keluar dari mobil itu, mengenakan kemeja kuning yang dibaluti jaket parasut coklat muda dan celana jeans semata kaki bewarna senada dengan jaketnya tidak lupa kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya, satu kata saat melihatnya ‘keren’.
Sepanjang langkahnya ia menebar senyum pada siapa saja yang ditemuinya, kaca mata hitamnya sudah bepindah ke kerah kemejanya, sesekali ia melirik jam tangan sport hitamnya. Siapa yang tak mengenal pemuda itu, ramah, multi talent dan tampan. Bukan artis karbitan biasa, yang bermodalkan sensasi untuk tetap bertahan di layar TV, pemuda itu memang sangat berbakat dalam seni, suaranya tak diragukan, setiap singlenya selalu laris di pasaran, bahkan pemuda itu baru saja mengeluarkan album keempat di tahun kelima keartisannya ini. Bukan hanya itu pemuda ini juga ternyata berbakat dalam berakting buktinya yang awalnya hanya sebagai cameo di sebuah drama pendek, kini wajahnya dapat kita lihat sebagai bintang utama beberapa film dan drama.
“Wah Dafrion sudah datang, always on time,” puji salah satu staf yang tengah sibuk menyiapkan meeting pagi ini, sedang Rion hanya tersenyum manis lalu duduk di salah satu sofa yang di duduki beberapa staf dan manajernya yang ternyata sudah sampai lebih dahulu lalu bercakap-cakap, mungkin membahas cuaca pagi ini yang tampak mendung.
“Pagi semua,” semua orang di ruangan itu pun menoleh pada wanita cantik dengan dress peach selutut tangannya sedang sibuk membawa dua kotak donat dari toko donat terkenal dan tengah populer di kalangan remaja saat ini.
“Wahhh asik Naira bawa makanan,” seluruh staf pun heboh dengan bawaan sang artis muda itu. Sedang artis muda itu hanya tersenyum senang karena kelakuan heboh para staf, artis muda itu memang terkenal dengan keramahan dan kemurahan hatinya. Setelah kehebohan itu, artis muda itu akhirnya bersitatap dengan pemuda yang familiar baginya karena juga sudah banyak berseliweran di dunia entertaint sama sepertinya.
Setelahnya tentu saja mereka pun sibuk berkenalan, berbasa-basi mengenai banyak hal. Satu hal first impression Naira di mata Rion, baik, ramah, sopan, dan menyenangkan.
***
“Udah lama nunggu Fy, maaf ya,” Gify mengangkat wajahnya saat sapaan yang akrab di telinganya terdengar. Seketika gadis muda itu tersenyum orang yang sedari tadi ditunggunya sudah sampai.
“Ga kok Mbak Dii, sans lah,” setelah mendudukkan dirinya dengan nyaman Diandra sibuk memilih menu. Mata wanita itu berbinar melihat menu-menu yang menggugah selera makannya, langsung saja ia memilih beberapa makanan dan minuan pada pelayan. Wanita itu memang hobi makan, untung saja badannya tak terpengaruh apapun walau ia makan sebanyak apapun, tetap ideal.
“Rion ada projek baru ya Fy?” Gify mengernyit bingung mendengar pertanyaan wanita dihadapannya, setahunya wanita ini adalah kakaknya Rion kan? Bagaimana bisa kakaknya Rion bertanya soal pekerjaan adiknya pada Gify. Menyadari ekspresi gadis muda di hadapannya Diandra sontak tertawa, gadis ini pasti bingung pikirnya.
“Waktu aku bangun tidur, tuh anak udah ga ada, bocah satu itu ga pernah cerita kalo soal pekerjaan, kalo ditanya nyengir doang kerjaannya,” bila tadi Diandra yang tertawa kini Gify lah yang tertawa sedang Diandra lah yang bersungut-sungut. Kenyataannya memang seperti itu, adiknya memang selalu tertutup mengenai masalah hidupnya apalagi pekerjaannya, alasannya simple ‘aku ga mau orang-orang terdekat aku ikut terimbas risiko pekerjaanku Mbak’. Ah bocah itu sejak kapan ia sudah tumbuh sedewasa itu?
“Rion emang gitu Mbak, kalo sama aku juga jarang cerita, tapi kalo menurut dia perlu, dia pasti cerita dengan sendirinya kok Mbak,” Diandra mengangguk menyetujui, yang dikatakan kekasih adiknya ini memang benar, itu lah memang karakter adiknya sejak kecil, bahkan dulu ia tak akan pernah tahu adiknya sering terbully di sekolah kalau tidak mengorek informasi dari Gify yang selalu satu sekolah dengan adiknya.
Seketika ingatannya melayang pada kejadian kemarin. Gify yang dikenalnya bukanlah seperti gadis pada umumnya yang akan heboh dengan barang-barang yang bagaikan alat tempur bagi wanita tersebut, berbeda dengan dirinya yang memang pengoleksi barang-barang seperti itu. Tapi anehnya tiba-tiba gadis itu tertarik dengan koleksinya dan memilih menghabiskan waktu dengan dirinya dibanding dengan adiknya yang notabennya adalah kekasihnya yang jarang sekali menemuinya.
Mungkin adiknya adalah tipe lelaki pada umumnya yang memiliki kadar kepekaan dibawah ambang normal, tapi tidak dengan dirinya yang seorang wanita yang lebih senior dalam hal pengalaman hidup. Ia sangat tahu ada yang aneh pada Gify setelah melihat pemberitaan mengenai adiknya yang akan menjadi lawan main seorak aktris muda yang setahunya sangat populer saat ini apalagi di kalangan remaja putra, walau selama ini ia hidup di luar negeri ia tak begitu kehilangan informasi mengenai berita-berita up to date Indonesia, termasuk dunia keartisannya, sekarang hal seperti ini bisa mudah didapatkannya seiring dengan kemajuan teknologi.
Kalau ia tak salah menafsirkan sepertinya kekasih adiknya ini risih dengan pemberitaan tersebut, apa gadis ini cemburu? Setahunya selama lima tahun adiknya berkecimpung di dunia keartisan sudah sering kali adiknya dikabarkan dekat dengan beberapa wanita namun gadis ini selama ini tak pernah protes dan tampak biasa-biasa saja. Tapi ia yakin adiknya tidak seperti itu, ia sangat tahu sebesar apa perasaan adiknya pada gadis di hadapannya yang kini sibuk menghabiskan ayam goreng kesukaan gadis itu sejak dulu.
“Fy hubungan kamu sama Rion baik-baik aja kan?” mendengar pertanyaan yang tak pernah diduganya membuat Gify terkejut tentunya, kenapa ya Mbak Dii nanyain ini?
“Mbak cuman nanya aja kok Fy,” Diandra mencoba menenangkan Gify yang terlihat bingung sekaligus heran dengan pertanyaan dadakannya.
Terintas sekilas di ingatan Gify apa yang didengarnya kemarin di acara infotainment, sekaligus pembicaraan gadis-gadis teman kampusnya. Dan kini Rion sedang bertemu dengan gadis itu.
“Kami baik-baik aja kok Mbak,”
Iya, semua akan baik-baik aja kan? Sama seperti sebelumnya, tak akan berpengaruh dengan hubungannya apapun yang terjadi di luar sana, iya kan?
@aryalfaro terima kasih sudah mampir
Comment on chapter Bingkai 1 : Anak itu