Reviahars
Fy, Lo di mana? SCnya udah nyampe nih…
Gify menghembus napas gusar saat satu notifikasi masuk ke akun chattingnya. Sudah dipastikan ia akan dapat masalah kali ini. Rion harus bertanggung jawab atas keterlambatannya hari ini. Saat sedang terburu-buru Gify tak sengaja tersandung dan berserakanlah beberapa lembar proposal kegiatan yang sedari tadi dipelukannya. Gify sudah panik saat melihat proposalnya yang sudah terdapat noda debu akibat jatuh ke aspal halaman kampus, ia hanya mengerang frustasi ia benar-benar berada dalam masalah.
Dengan penuh harap dan doa gadis muda berpakaian putih dan menggunakan celana jeans itu bangkit dan segera berjalan cepat menuju ruang rapat yang berada di lantai dua gedung A. Saat melihat ruang yang ditujunya tertutup rapat ia semakin gelisah dan meringis melihat proposal yang berada digenggamannya.
“Permisi maaf terlambat,” mata Gify sontak terpaku pada lelaki yang menggunakan kemeja coklat yang lengannya tergulung sampai ke siku. Lelaki itu menatap Gify tajam dan membuat Gify menjadi gugup, dia kah SC yang katanya alumni fakultasnya dan malahan sudah menyelesaikan S2 nya di Inggris?
“Siapa nama kamu?”
“Gifyta Dewi Kak,” jawab Gify sambil menundukkan wajahnya, aura dan wibawa lelaki itu sangat kuat sehingga membuatnya merasa terintimidasi.
“Bagaimana bisa yang megang proposal kegiatan malah terlambat, kamu serius mau partisipasi di kegiatan ini,” Gify hanya terdiam tidak mau menjawab, karena berdasarkan pengalamannya saat masa ospek kalau sudah dalam keadaan seperti ini sebaiknya diam, bila dia memaksa menginginkan jawaban maka sebaiknya meminta maaf saja, itu jauh lebih aman, please jangan berpikir Gify pengecut hanya saja Gify terlalu malas untuk mencari masalah, ia sedikit teringat dengan ketidak adilan yang dialami Rion saat SMP, inikah yang dirasakannya saat memilih tidak ingin mencari masalah?
Ruangan rapat itu senyap tak seperti pleno yang biasanya, walau serius namun tak setegang sekarang mungkin karena ada SC yang sepuh kali ini. Dengan isyarat mata ia seolah meminta Gify mendekat dan menyerahkan proposal kegiatan yang sedari tadi ditunggu. Dengan berat hati Gify berjalan perlahan mendekati lelaki tampan itu sembari berdoa dikuatkan hatinya mendengar nyinyiran lelaki itu.
“Kamu ngasi saya proposal kegiatan atau bungkus gorengan?”
“Maaf Kak tadi waktu saya buru-buru ke sini saya kesandung jadi proposalnya jatuh,” lelaki itu hanya menatap tajam pada Gify, menghembus napas lelah lalu berdecak malas, dengan gerakan dagunya, ia menyuruh Gify agar segera duduk seolah malas mengeluarkan suaranya lagi untuk Gify, sedang Gify kini moodnya terjun bebas ke dasar jurang terbawah.
***
“Fy lo tahu ga SC yang galak banget banget tadi itu rupanya, udah jadi dosen juga di sini, namanya Abriel Abyantoro, ganteng banget ya Fy berwibawa gitu,” mata Via berbinar sambil membayangkan wajah kalem penuh karisma dosen muda yang menjadi SC di kegiatan kali ini.
“Tapi serem banget marahnya, gue jadi bener-bener ngerasa bersalah,”
“Lagian lo kenapa si Fy, tumben-tumbenan telat?” tanya Via saat mereka sedang berada di kursi lorong kampus, rapat pleno kegiatan yang berlangsung empat jam secara alot itu sudah berakhir setengah jam yang lalu dan kini Gify sedang menunggu jemputan karena sudah tak ada lagi kegiatannya di kampus setelah ini sedang Via menemani sahabatnya itu menunggu jemputan.
“Gue tidur kemaleman, ck gara-gara Rion nih, pokoknya dia harus tanggung jawab,” sebal Gify sedang Via hanya menampilkan wajah horornya jangan bilang sahabatnya ini-
“Kenapa wajah lo gitu?”
“Gue seneng lo udah ketemu pacar tersayang lo itu, dan gue tahu lo cinta sama dia, gitu juga sama dia, dan sekarang pergaulan dia juga emang udah luas secara dia artis hal kaya gitu mungkin biasa, tapi LO JANGAN KEIKUT ARUS GIFY, GUE BUNUH JUGA TUH SI RION,” dengan panik Gify berusaha membekap mulut ember sahabatnya itu, malu-maluin banget sih teriak-teriak ga jelas, ah dia paham sekarang, wanita berambut panjang ini sudah salah paham.
“Lo berisik banget Reviaaaa, lo mikir apaan sih, yang aneh-aneh ya?” Revia hanya memberonta berusaha melepaskan bekapan Gify, gila aja cewek mungil ini, kecil-kecil gitu kuat juga bekepnya.
“Gue itu begadang bukan ngapa-ngapain, Rion itu ga kaya gitu, kami masak bareng, terus nonton film, terus ketiduran di ruang TV udah jam 2 malem, terus waktu bangun shalat subuh dia udah balik rupanya,”
“Terus abish subuh tidur lagi dan bangun kesiangan?” tebak Via, Gify hanya menampilkan senyuman manisnya membalas tebakan sahabatnya itu.
“Terus lo pergi tadi sama siapa?”
“Naik gojek,” saat Via hendak bertanya lagi dengan siapa gadis mungil itu akan pulang, ponsel Gify bergetar, Gify tampak tersenyum lalu terburu-buru.
“Gue duluan ya Revia, udah dijemput, makasih udah nemenin,” Revia hanya mencibir, tadi saja tampak kesal dengan pacarnya sekarang senyum-senyum, ia menebak pasti gadis itu dijemput kekasihnya dan akan kencan setelahnya. Benar-benar seorang Gify tak akan pernah bisa marah dengan seorang Dafrion.
***
“Udah nunggu lama?” Rion seketika menoleh dan melihat kekasihnya yang tersenyum dibalik jendela, dengan isyarat gerakan kepalanya ia menyuruh Gify untuk masuk ke mobilnya.
“Jadi tadi gimana rapatnya?” Gify hanya merungut membuang pandangannya menatap jalanan.
“Gara-gara kamu nih, habis aku dinyinyirin SCnya, galak banget,” gerutu Gify, Rion tertawa sambil mengacak puncak kepala gadis itu.
“Seperti janji aku kemarin hari ini kita nemuin Mbak Dii sama Bunda di rumah aku,”
“Jadi Mbak Diandra beneran udah di Indonesia?” Rion hanya mengangguk dengan fokus masih ke jalanan, walau sesekali masih melirik gadis yang duduk di sampingnya.
“Kangen deh sama Mbak Dii, nanti Mbak Dii bakal kerja di Indonesia kan Ri?”
“Nanti tanya aja langsung,” Seketika Rion berteriak saat cubitan pedas bersarang di pinggangnya, kemudian ia tertawa melihat wajah sebal Gify, hari ini sepertinya ia puas menerjunkan mood kekasihnya.
***
“Mbak Dii kangen,”
“Giifyyy dedek kesayangannya Mbakkkkk,” dua gadis beda usia itu langsung histeris ketika bertemu, memang sudah kebiasaan dua gadis ini memang akan jadi koalisi yang kuat dan cocok, belum lagi kalau Bunda Rion keluar.
“Aduh calon mantu Bunda datang,” kini ketiga wanita beda generasi itu asik berpelukan dan tertawa-tawa meninggalkan sang bungsu yang hanya mampu menahan dongkol karena slalu merasa terasing bila sudah membawa kekasihnya ke rumah, huft mbak sama bunda kebiasaan deh kalo bawa Gify ke rumah pasti dimonopoli untuk kepentingan sendiri, kan aku pacarnya Gify.
“Waa selamat ya Mbak Dii, kangen banget sama Mbakk, Mbak bakal kerja di sini kan?” tanya Gify sesaat setelah mereka duduk di sofa ruang keluarga, sedang Bunda Rio sudah kembali pada sepupu-sepupunya yang sedang sibuk di dapur.
“Iya dong, nanti kita sering-sering hangout ke mana gitu,”
“Gini deh kalo kalian udah ngumpul, Rion dilupain,” gerutu Rion sambil mencoba menyelip untuk duduk di antara Gify dan kakaknya.
“Kamu nganggu aja deh Dek,” Rion menggerutu kesal sekaligus mengaduh, karena kakaknya yang tega mendorongnya sampai jatuh tersungkur ke lantai, lihat benarkan dia akan diasingkan bila kekasihnya sudah bertemu dengan kakaknya.
“Kamu ga ngajak pacarmu jalan-jalan Dek? Mumpung kamu ada di rumah,”
“Kan udah di bawa ke sini,” Diandra menatap kasihan pada Gify lalu beralih menatap gemas pada adiknya yang entah kelewat polos atau kelewat bego. Lihatlah pemuda itu hanya menunjukkan wajah polos dan bingung seolah tak bersalah, apa gunanya sudah melakukan banyak adegan romantis tapi tak ada satu pun yang melekat di belahan otaknya.
“Tu gosip tentang kamu tuh Dek,” dengan serempak ketiga pasang mata di ruangan itu menoleh pada televisi yang kini menampilkan wajah tampan Rion, ah ternyata tentang Rion dan ….Naira?
Gify menatap kosong tanyangan itu, gadis itu teringat dengan pembicaraan gadis-gadis beberapa hari lalu di kampus, Rion dan Naira yang tampak serasi bersama. Gify melirik Rion yang tampak biasa melihat dirinya yang tengah menjadi bahan diskusi di tayangan itu, seolah tak terusik. Rion yang dulu dan sekarang memang berbeda seperti kodok yang telah memecah kutukannya dan kembali menjadi seorang pangeran, sekarang ia menjadi pemuda tampan dengan penuh pesona, yang mungkin dengan sekali tatap sudah mampu memikat banyak hati wanita, apalagi kalau sudah mengeluarkan suaranya.
Lihatlah Rion yag tampak sangat tampan dengan kaus rajut merah yang lengannya digulung sampai ke siku dan celana jeans panjang yang dikenakan, belum saja kalau tersenyum, akan terlihat lesung pipit yang sudah pasti akan membuat kekasihnya itu tampak menggemaskan sekaligus tampan, lalu mata gadis itu melihat pada foto-foto Naira yang sedikit ditampilkan, sangat cantik, kulit gadis itu putih, berambut panjang dan sedikit bergelombang di bawah dan memiliki gingsul yang membuat gadis itu tampak sangat manis saat tersenyum. Tanpa sadar gadis mungil itu menghembuskan napas berat.
“Mbak dulu katanya pingin nunjukin Gify koleksi cat kuku Mbak? Pasti ada yang baru kan oleh-oleh dari Belanda?” dua orang selain dirinya di ruangan itu sontak menoleh bingung, sejak kapan gadis ini tertarik dengan koleksi cat kuku, yang telah lama digeluti Diandra. Sedang Gify saat ini sedang malas menonton televise dan sedang malas melihat –Rion.
@aryalfaro terima kasih sudah mampir
Comment on chapter Bingkai 1 : Anak itu