Loading...
Logo TinLit
Read Story - Di Penghujung Hujan
MENU
About Us  

 DI PENGHUJUNG HUJAN

Oleh : Laily

Hembusan angin malam mulai menerpa wajahku dengan lembut deburan ombak memecahkan keheningan yang saat ini menyelimuti ku, matahari pun mulai bersembunyi di balik perunggu. di saat takdir menuntutku menjadi orang yang tak berguna di saat waktu memaksaku untuk memihak aku hanya bisa duduk  terpekur dalam keterpurukan  menahan tangis di depan orang  tuaku mencoba untuk tegar menerima kenyataan yang ada ,berharap kedua orang tuaku tidak cemas akan keadaan ku saat ini .

###################################################################################################################

Dua bulan yang lalu dokter memfonis ku mengidap penyakit leukimia penyakit itu telah menjalar ke seluruh tubuh ku. Bahkan dokter menyatakan bahwa umurku tidak akan lama lagi, aku merasa ada segumpal bom mendarat mulus tepat di kepalaku, membuat ku merasakan pening yang teramat, kaki ku terasa rapuh  butiran bening mulai mengalir membasahi pipi ku, aku berharap itu hanyalah mimpi semata dan dalam hitungan menit aku akan terbangun tapi harapan ku hanyalah sia-sia ini adalah nyata takdir hidup ku sesungguh nya. kulihat kedua orang tuaku tertunduk pasrah mendengar pernyataan tersebut. bahkan aku tak menyangka di usiaku yang masih belia aku harus terbebeni dengan sebuah penyakit yang mematikan.

Aku tak kuasa menanggung beban ini sendirian ku mencoba untuk berlari sekuat mungkin meninggalkan rumah sakit yang terkutuk itu, tak ku hiraukan suara bunda yang meraung mencegahku untuk pergi.

Saat ini yang aku inginkan hanyalah menyendiri merenungi  nasib yang telah menimpaku. 

Ku terus berlari menembus waktu, dinginnya malam tak kuhiraukan bahkan aku merasa mati adalah jalan keluar yang terbaik !!! saat ini aku berada di atas gedung gelora bung karno fikiranku melayang mengingat 1jam yang lalu saat  dokter memfonis umurku sudah tidak akan lama lagi.

Rasanya hidupku telah hancur angankupun telah sirna begitu saja.masa depanku tertiup angin dan mebawanya pergi  entah kemana dalam hati q berontak menyalahkan sang khaliq “mangapa ini semua harus terjadi padaku” ucapku rilih di sela tangisku, “aku baru saja mencicipi manisnya masa remajaku bahkan umurku masih belum genap 17 thn “Tuhan tidak adil !” teriakku di kegelapan malam fikirankupun mulai tak karuan.

Aku bertekat untuk mengakhiri hidupku dari atas gedung ini, sejenak kulihat  rutinitas jalan raya yang di penuhi oleh mobil dan polisi yang sedang beroperasi,  kutarik nafasku dalam- dalam sejenak ku pejamkan mataku berusaha tidak takut, saat kaki kananku berhasil mengambang di udara aku merasa ada seseorang yang menarik lengan ku secara paksa aku terhempas mendarat mulus di atas lantai kepalaku terasa amat pening sempat kulihat dengan samar seseorang  mengguncang  bahuku sambil bergumam tak begitu jelas di telingaku, dan sedetik kemudian pandangan ku mulai suram lalu cresss gelap gulita.

Saat kubuka kedua kelopak mataku selang infus mulai menempel di pergelangan tangan ku, samar –samar ku lihat ayah dan bunda di sampingku memandangku dengan penuh rasa iba, di samping mereka berdiri seorang cowok remaja seusiaku tapi aku tak tau pasti siapa dia, penglihatanku masih agak buram dan belum seutuhnya terlihat jelas! Sepertinya aku mengenal sosok itu tapi siapa dia? Aku mencoba untuk bangkit dari tidurku tapi aku merasa sangat lemah bahkan untuk bicarapun rasanya aku tak sanggup.

Melihat usahaku untuk bangkit membuat bunda terisak, sedangkan ayah hanya bisa menenangkan bunda dalam peluknya dan membawanya keluar, melihat hal itu ingin rasanya aku bangkit dan berkata pada mereka bahwa aku baik-baik saja. aku tak sanggup melihat mereka sedih atas deritaku, sejenak aku merasakan sentuhan lembut di telapak tanganku sentuhan itu seolah-olah memberiku semangat untuk bangkit. ku alihkan pandanganku pada sosok yang saat ini berada tepat di sampingku sejenak mata kami beradu rasanya aku sangat mengenal mata itu, mata yang selalu memberiku keteduhan, ea dia adalah sahabat kecilku dia gio firogio.

Gio yang selama ini aku nantikan di penghujung hujan. “ naomi putri hujanku kau harus bertahan” suara itu begitu lembut tapi aku melihat semburat luka dalam mata itu.

 Aku hanya bisa tersenyum getir  tak tau apa yang harus aku lakukan aku hanyalah gadis lemah yang tak mampu menopang beban yang saat ini menimpaku.

Hari ini adalah hari ketiga aku menjalani berbagai terapi, bunda selalu menangis saat dokter mengambil sampel darahku aku hanya bisa tersenyum menenangkan dan bergumam aku baik baik saja. Gio menjadi kekuatan tersendiri yang selalu memberiku semangat untuk bisa sembuh. Tapi bagiku itu semua tidak mungkin! Penyakit yang saat ini aku sandang benar benar akan membuatku mati, terkadang aku merasa tak tahan lagi dengan efek obat obatan yang aku minum apalagi saat menjalani terapi rasanya sakittt sekali.

Terkadang aku merintih kesakitan di penghujung malam berusaha untuk tidak membuat bising agar gio tak mendengar keluhanku saat dia terlelap tidur di sampingku. Dia begitu baik dia masih gioku yang dulu, gio yang selalu melindungiku dari berbagai bahaya.

Genap satu minggu sudah rumah sakit ini menjadi rumah keduaku, keadaanku semakin membaik bahkan dokter mengizinkan aku untuk beristirahat di rumah, aku baru menyadari selama dua hari terakhir menjalani kemotrapi tak sekalipun aku bertemu dengan gio, sempat ku tanyakan keberadaan nya pada bunda

Anehnya bunda selalu bilang “ yang sabar ya sayang” sambil sesekali memelukku dan menitikkan air mata aku bingung sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa semuanya terasa aneh, rasa penasaranku semakin bertambah saat mobil yang aku tumpangi mengarah pada komplek pemakaman! Aku bingung sebenarnya apa yang terjadi? Bunda mengajakku untuk turun dan ikut dengan nya dia membimbingku menuju ke sebuah gundukan tanah, menyisir semua kerumunan yang berada di sana, ku lihat tante asti mama gio terisak di pelukan om bram aku semakin bingung siapa sebenarnya yang meninggal?

Ku alihkan pandanganku pada sebuah batu nisan, di sana tertulis jelas nama yang selama ini tak asing lagi bagiku, ku alihkan pandanganku pada bunda meminta sebuah penjelasan, bunda mendekatiku sambil terisak dia bergumam bahwa gio telah meninggal akibat kecelakaan yang menimpanya 2 hari yang lalu. aku merasa dunia ini runtuh bahkan kakiku tak dapat menopang tubuhku aku duduk bersimpuh di atas pusaran gio, aku merasa ini semua hanyalah mimpi air mata mulai mengalir begitu deras membasahi pipi lidah ku keluh tak tau harus berbuat apa bersuarapun rasanya aku tak sanggup, sampai akhirnya aku berteriak penuh penyesalan penuh penderitaan dan rasa sakit yang teramat dalam. cobaan ini datang berturut turut seakan tak pernah habis dalam hidupku, kenapa semuanya begitu cepat kenapa harus gio? Lengkap sudah penderitaan ku selama ini.

Aku adalah naomi yang lemah yang kehilangan seluruh kebahagianku bahkan sahabat kecilku yang selama ini aku tunggu di penghujung hujan.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 1 3
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
mutiara hati
775      337     1     
Short Story
sosok ibu
Aku benci kehidupanku
392      269     1     
Inspirational
Berdasarkan kisah nyata
Bloody Autumn: Genocide in Thames
9678      2158     54     
Mystery
London, sebuah kota yang indah dan dikagumi banyak orang. Tempat persembunyian para pembunuh yang suci. Pertemuan seorang pemuda asal Korea dengan Pelindung Big Ben seakan takdir yang menyeret keduanya pada pertempuran. Nyawa jutaan pendosa terancam dan tragedi yang mengerikan akan terjadi.
Coldest Husband
1669      835     1     
Romance
Saga mencintai Binar, Binar mencintai Aidan, dan Aidan mencintai eskrim. Selamat datang di kisah cinta antara Aidan dan Eskrim. Eh ralat, maksudnya, selamat datang di kisah cinta segitiga antata Saga, Binar, dan Aidan. Kisah cinta "trouble maker dan ice boy" dimulai saat Binar menjadi seorang rapunsel. Iya, rapunsel. Beberapa kejadian kecil hingga besar membuat magnet dalam hati...
Ada Apa Esok Hari
240      186     0     
Romance
Tarissa tak pernah benar-benar tahu ke mana hidup akan membawanya. Di tengah hiruk-pikuk dunia yang sering kali tak ramah, ia hanya punya satu pegangan: harapan yang tak pernah ia lepaskan, meski pelan-pelan mulai retak. Di balik wajah yang tampak kuat, bersembunyi luka yang belum sembuh, rindu yang tak sempat disampaikan, dan cinta yang tumbuh diam-diamtenang, tapi menggema dalam diam. Ada Apa E...
Matahari untuk Kita
1803      717     9     
Inspirational
Sebagai seorang anak pertama di keluarga sederhana, hidup dalam lingkungan masyarakat dengan standar kuno, bagi Hadi Ardian bekerja lebih utama daripada sekolah. Selama 17 tahun dia hidup, mimpinya hanya untuk orangtua dan adik-adiknya. Hadi selalu menjalani hidupnya yang keras itu tanpa keluhan, memendamnya seorang diri. Kisah ini juga menceritakan tentang sahabatnya yang bernama Jelita. Gadis c...
Cerita Ameera
318      269     0     
Short Story
Ameera diperintahkan oleh sang ketua kelas untuk ikut lomba cipta puisi untuk acara anniversary sekolahnya. Namun ternyata takdir berkehendak lain. Ameera tak hanya mengikuti lomba cipa puisi namun juga yang lain dan itu membuatnya murka. mau tidak mau Rangga harus ikut andil dalam membatu Ameera dengan hati yang ikhlas.
The Black Envelope
2916      1044     2     
Mystery
Berawal dari kecelakaan sepuluh tahun silam. Menyeret sembilan orang yang saling berkaitan untuk membayarkan apa yang mereka perbuatan. Nyawa, dendam, air mata, pengorbanan dan kekecewaan harus mereka bayar lunas.
CINTA INDONESIA
249      200     0     
Short Story
Tidak peduli seberapa kerennya budaya negara asing, aku tetap mencintai Indonesiaku.
Hujan Paling Jujur di Matamu
9400      2100     1     
Romance
Rumah tangga Yudis dan Ratri diguncang prahara. Ternyata Ratri sudah hamil tiga bulan lebih. Padahal usia pernikahan mereka baru satu bulan. Yudis tak mampu berbuat apa-apa, dia takut jika ibunya tahu, penyakit jantungnya kambuh dan akan menjadi masalah. Meski pernikahan itu sebuah perjodohan, Ratri berusaha menjalankan tugasnya sebagai istri dengan baik dan tulus mencintai Yudis. Namun, Yudis...