Read More >>"> In Love With the Librarian (07. I Against Bullying) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - In Love With the Librarian
MENU
About Us  

Sudah berapa hari Sebastian tidak melihat Anne dimana-mana. Ia ke perpus setiap pagi dan sore. Duduk di kantin biru berlama-lama menunggu gadis mungil itu lewat. Bas ingin bertanya kepada Liam, tetapi Liam pasti punya lebih banyak pertanyaan untuknya. Sebastian mendengus. Kemana dia? Sakit? Kenapa kemarin aku gak minta hp-nya ya?

Pagi itu bas sampai di kampusnya kesiangan. Satu mata kuliah sudah terlewatkan, tapi ia yakin pasti salah seorang temannya sudah mewakili absensinya. Ia tdak lagi memarkirkan mobilnya di parkiran sepeda sejak Anne mengoloknya, baru kali ini ada yang berani mengkritiknya. Bas bukannya keras kepala, ia hanya perlu orang yang mau bersusah payah untuk memberinya penjelasan yang masuk akal. Hanya dengan itu dia bisa mengerti.

Bas baru menginjakkan kakinya didepan kelasnya di Fakultas Teknik Mesin lantai lima, ketika ponselnya berdering. Andrew video call? Alisnya berkerut, ia segera slide untuk menjawab.

"Bas, cepat kemari!" Andrew mengalihkan kamera ponselnya ke lobby utama dimana terlihat Maria sedang menunjukkan jari telunjuknya ke bahu, kepala dan dada Anne. Mata Bas membelalak melihatnya.

"Bangsat! Tunggu aku disana Dru!" Bas berlari sekencang-kencangnya ke lobby utama. Ia tidak mengambil lift dan langsung menuruni tangga manual sambil meloncati beberapa anak tangga sekaligus.

 

 

"Kau kira kau sudah tenar ya berteman dengan genk Bastian?" Telunjuk Maria menusuk bahu Anne. Anne berbalik dan berjalan menjauh, namun lelaki serigala itu mencegatnya, kemudian Maria muncul lagi di depannya.

"Ge er kau dibela Liam?" Telunjuknya menusuk bahu Anne lagi di tempat yang sama. Dengan rahang terkunci, Anne mulai meringis dan mendelik marah ke Maria.

Ia bisa melawan Megalo-woman ini, ia bisa menjatuhkannya, tetapi itu berarti catatan hitam di rekam jejak studinya yang akan berpengaruh apakah beasiswanya akan disetujui atau tidak. Jadi Anne hanya mematung dibawah matahari yang terik pagi itu dan tatapan kerumunan orang ditengah-tengah lobby utama yang menonton kejadian ini seakan-akan sinetron murahan.

"Sok suci kau!" Maria mendorong kepala Anne dengan kasar, Anne terhuyung-huyung. Giginya menggemeretak dan tangannya terkepal. Anne berbalik ke arah lain untuk menjauh, sekali lagi lelaki serigala itu muncul dengan seringainya dan menghalangi Anne.

"Pengecut kau! Gara-gara kau, aku putus sama Bas. Aku benci padamu!!!" Tamparan Maria terasa pedas di pipi Anne. Maria menatap Anne dengan penuh kebencian. Anne ingin mengatakan sesuatu, tetapi ia tidak tau harus mengatakan apa. Perempuan di depannya sedang marah. Maria sudah mengangkat tangan lagi untuk memberikan Anne tamparan. Anne tidak berpaling, ia tidak takut dan memberikan tatapan menantangnya.

Tiba-tiba tubuh Anne ditarik kebelakang dan menabrak tubuh keras dibelakangnya. Tamparan Maria hanya mengenai angin dan dia terhuyung maju. Anne menoleh kebelakang dan terkejut, sementara wajah Maria memucat di hari yang terik itu ketika melihat Bas berada di belakang Anne.

"Bas~", suaranya berupa bisikan, mata Maria mulai berkaca-kaca. Lily menyeruak dari belakang kerumunan dan segera menghampiri Maria, memeluknya. "Bas, kenapa?! Kenapa!!! Apa kau lebih memilih dia daripadaku?" Bas tidak menjawab, tatapannya marahnya membara.

Kerumunan orang bertambah banyak, yang tadinya hanya menonton sekarang buru-buru mengeluarkan HP dan memviralkan kejadian itu karena ada Bas sebagai pemeran utamanya.

"Kalian lihat yang hari ini terjadi." Ketika Bas berbicara, semua orang terdiam, isak tangis Maria menyela di tengah keheningan. "Namaku telah disalah-gunakan untuk kepentingan sekelompok orang picik. Aku minta maaf, dalam hal ini pernah memberikan contoh yang buruk sebagai senior. Mulai hari ini, jangan ada lagi tindakan bullying! Aku menentang bullying--I against bullying--dalam bentuk apapun." Bas menaikkan satu tangannya terkepal. Mula-mula satu dua orang menaikkan tangannya, kemudian lebih banyak lagi. Riuh rendah orang mengucapkan I against bullying membahanaAnne terkesima.

"Ayo kita pergi Anne." Bas merangkul pundak Anne dan berbalik. Kali ini lelaki serigala itu tidak berani menghalangi mereka.

Teriakan Maria dari belakang membuat mereka menoleh, tangan Maria naik tinggi keatas dan siap menyerang Anne dari belakang. Sebastian segera maju menghalangi cakaran maut Maria dan 'slash' di pipi Bas tercetak bekas cakar kuku Maria yang salah satunya mengeluarkan darah. Bangsat!

PLAK!
Tamparan Bas mendarat disana dan pipi kurus berkulit eksotis itu kini lebar memerah. Kerumunan orang menahan nafas. Maria memegangi pipinya sekarang. Ia menangis sejadi-jadinya dan terduduk lapangan luas itu ditengah kerumunan orang. Sementara Bas berjalan keluar sambil merangkul pundak Anne, melindunginya.

"Bas, kau tidak apa-apa?!" Ia khawatir. Anne takut menanyakannya, tetapi akan tidak sopan jika dia tidak bertanya sementara Bas baru saja menyelamatkannya dari cengkraman iblis perempuan. Bas tidak menjawab, matanya masih penuh kemarahan ketika mereka berjalan masuk ke kantin biru. Anne tidak berani bertanya lagi.

Bas memilih tempat duduk di pojok kantin biru dan Anne memilih duduk di seberangnya, rasanya lebih aman jika jarak diantara mereka dibatasi meja. Anne mengeluarkan tensoplas dari tas gendongnya dan menyodorkan ke Bas. "Pakailah."

"Kemana saja kau beberapa hari ini? Apa kau sakit?" Bas memajukan tubuhnya, menjulurkan tangannya menyentuh kening Anne untuk mengecek apakah Anne sakit atau tidak. Tidak panas. Kemudian tatapannya melembut, "kau menghilang karena ada masalah dengan Maria?"

Alis Anne terangkat dan dia tersenyum. Sebastian baru kali ini melihat Anne tersenyum padanya dan ada rasa senang yang aneh merayapi dadanya. "hmm... aku mengambil cuti agar bisa full time di studio untuk menggambar materi presentasi UAS akhir bulan. Kak Liam tau koq. Pakailah Bas, nanti lukamu infeksi." Sekali lagi Anne menyodorkan tensoplas itu di meja.

Bas tidak menggubrisnya, ia mengeluarkan Samsung S9 miliknya, mengetikkan sesuatu dan menyodorkan pada Anne, "masukkan nomor HPmu."

"Bas~" Anne menatap HP itu dengan wajah merona.

"Ayolah, Anne... jadi aku bisa menghubungimu atau apalah. Ketikkan disana."

"Bukan begitu Bas. Aku tidak punya HP." Anne tersenyum lemah. Gantian Bas yang merona mengetahui kebenaran ini.

Anne tau, dijaman yang secanggih ini tidak mungkin ada orang yang tidak punya HP, bahkan anak kecil punya HP. Tetapi HPnya sudah dijualnya untuk biaya kepindahannya ke Jakarta. Toh Anne pikir karena ia bekerja di perpustakaan dimana fasilitas internet memadai, ia bisa leluasa menggunakan itu untuk berhubungan dengan orang tua dan saudaranya.

Bas menarik nafas panjang, "kalau begitu ambilah HPku."

Anne menahan nafasnya. Lelaki ini sudah gila, apakah lelaki ini tidak tau harga HP yang akan diberikan kepadanya? "Bas, aku tidak bisa. Aku tidak mau."

"Ambillah Anne, aku serius. Aku tidak minta balasan apapun, anggap saja permintaan maafku karena sudah membuatmu bermasalah dengan Maria."

Anne menggeleng, "Tidak Bas. Masalah Maria bukan salahmu, kalau kau minta maaf maka kau sudah kumaafkan. Aku tidak perlu HP. Pemberianmu ini... terlalu tinggi untukku. Aku benar-benar tidak bisa." Anne bangun dan melangkah pergi buru-buru.

Sebastian ternganga, pemberiannya ditolak. Pemberiannya belum pernah ditolak, apalagi oleh perempuan. Bas bangun dan mengejar Anne. "Anne!" Andrew berpapasan dengan Anne. Melihat Bas mengejar Anne, ia membantu Bas menghentikan Anne dari langkahnya. "Thanks Dru." Ucap Sebastian ketika sampai disamping Anne.

"No problem, ada apa Bas?" Tanya Andrew penasaran. Tetapi pandangan Bas terpaku pada Anne, ia khawatir Anne akan melarikan diri lagi darinya.

"Ambillah Anne." Bas menarik tangan Anne dan menjejalkan HPnya ke tangan Anne, namun Anne mengepalkan tangannya. Bas menyerah, "Kumohon."

Andrew terbatuk-batuk mendengar Bas memohon. Seumur hidupnya tidak pernah melihat lelaki ini memohon, apalagi pada perempuan. Dengan satu lirikan kesal, Sebastian mengusir Andrew pergi. Tangan Anne yang mungil masih dalam genggamannya, rasanya menyenangkan.

"Ok, kemarin ketika kau tidak terlihat dimanapun. Aku sangat khawatir, jadi aku mau kau bisa dihubungi. Ambillah."

Pengakuan Bas membuat Anne terharu, buru-buru ia mengejap-ngejapkan matanya. Oh tidak, aku tidak boleh lengah dengan playboy ini. "Jangan khawatir Bas, aku masih terikat disini sampai paling tidak tiga tahun kedepan." Anne terkekeh.

"Kau ini keras kepala ya." Bas mulai hilang akal untuk merayu Anne. "Ok, kalau begitu beri aku nomor kamarmu."

"Hah?"

"Beri aku nomor kamarmu, sekarang. Paling tidak aku bisa minta siapapun mengecek apakah kau sakit atau terjadi sesuatu padamu." Tatapan Sebastian tidak dapat ditebaknya. Anne ingin menolak memberikannya. Tetapi melihat Bas yang tidak kunjung menyerah, akhirnya dengan enggan Anne memberikan Bas nomor kamarnya.

"Bas, terima kasih ya tadi."

Bas menyentuh pipi Anne yang ditampar Maria, Anne merinding. "Sakitkah?" Wajah Anne merona, ia menggeleng. "Kuantar kau kemanapun mulai hari ini."

Anne terkekeh, ia yang bukan siapa-siapa mendadak merasa seperti putri raja. "Tidak perlu Bas. Aku sebenarnya kuat koq, aku bisa menjatuhkan Maria kapan saja. Hanya kalau aku meladeni Maria maka besar kemungkinan beasiswaku tidak disetujui." Bas mengangguk-angguk.

"Setelah UAS, libur panjang di Desember apakah kau akan pulang Anne?"

Anne memajukan bibirnya ketika ia mempertimbangkan sesuatu. "Sepertinya tidak. Rencananya aku akan mencari part time job untuk tambahan." Anne tersenyum dan menceritakan beberapa lowongan yang sudah dia tandai untuk melamar pekerjaan paruh waktu.

"Pembantu inval? Anne, itu pekerjaan rendah buat apa kau melamar pekerjaan seperti itu?"

"Bukan begitu Bas, kau lihat disini..." Anne menunjuk pada kolom kecil dalam kotak. "Bayarannya cukup bagus Bas. Pekerjaannya singkat, mudah dan paruh waktu pula."

Bas menggeleng, "pokoknya tidak bisa yang itu." Anne cemberut diatur-atur Bas seperti itu. "Anne, kalau kau tetap mau pekerjaan inval ini, bekerjalah di rumahku. Aku bayar lebih tinggi dari iklan itu. Jadi tidak ada alasan kau bekerja disana."

"Hmm... dibayar lebih tinggi ya? Deal!" Anne menjulurkan tangannya dan Bas menggenggam tangan Anne lembut.

Kemudian tangan Anne dibaliknya dan sebelum Anne menyadarinya Samsung S9 sudah berpindah ke genggaman Anne. Anne terbelalak. Sebastian sudah berbalik badan dan menjauh, "anggap saja itu DPnya Anne!" Bas tersenyum, senyum kemenangan. Anne masih bisa melihat lesung pipitnya dari tempat ia berdiri. Hatinya lumer tanpa bisa dicegah.

Tags: Twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • YUYU

    @deborahana hugs... terima kasih Deb

    Comment on chapter 21. Semester Baru Bersama Anne
  • siboratukangtulis

    Lanjutttt!

    Comment on chapter 21. Semester Baru Bersama Anne
Similar Tags
I Fallen for Jena Henzie
7506      1702     0     
Romance
Saat pitcher melempar bola, perempuan itu berhasil memukul bola hingga jauh keluar lapangan. Para penonton SMA Campbell langsung berdiri dengan semangat dan bersorak bangga padanya. Marvel melihat perempuan itu tersenyum lebar saat mengetahui bolanya melambung jauh, lalu ia berlari sekencang mungkin melewati base pertama hingga kembali ke home. Marvel melihat keramaian anak-anak tim base...
Aku Lupa
619      427     3     
Short Story
Suatu malam yang tak ingin aku ulangi lagi.
Sherwin
349      231     2     
Romance
Aku mencintaimu kemarin, hari ini, besok, dan selamanya
Beach love story telling
2758      1397     5     
Romance
"Kau harus tau hatiku sama seperti batu karang. Tak peduli seberapa keras ombak menerjang batu karang, ia tetap berdiri kokoh. Aku tidak akan pernah mencintaimu. Aku akan tetap pada prinsipku." -............ "Jika kau batu karang maka aku akan menjadi ombak. Tak peduli seberapa keras batu karang, ombak akan terus menerjang sampai batu karang terkikis. Aku yakin bisa melulu...
Roger
1840      769     2     
Romance
Tentang Primadona Sial yang selalu berurusan sama Prince Charming Menyebalkan. Gue udah cantik dari lahir. Hal paling sial yang pernah gue alami adalah bertemu seorang Navin. Namun siapa sangka bertemu Navin ternyata sebuah keberuntungan. "Kita sedang dalam perjalanan" Akan ada rumor-rumor aneh yang beredar di seluruh penjuru sekolah. Kesetiaan mereka diuji. . . . 'Gu...
Sekretaris Kelas VS Atlet Basket
11855      2297     6     
Humor
Amira dan Gilang yang menyandang peran werewolf dan vampir di kelas 11 IPA 5 adalah ikon yang dibangga-banggakan kelasnya. Kelas yang murid-muridnya tidak jauh dari kata songong. Tidak, mereka tidak bodoh. Tetapi kreatif dengan cara mereka sendiri. Amira, Sekretaris kelas yang sering sibuk itu ternyata bodoh dalam urusan olahraga. Demi mendapatkan nilai B, ia rela melakukan apa saja. Dan entah...
Error of Love
1153      558     2     
Romance
Kita akan baik-baik saja ketika digoda laki-laki, asalkan mau melawan. Namun, kehancuran akan kita hadapi jika menyerah pada segalanya demi cinta. Karena segala sesuatu jika terlalu dibawa perasaan akan binasa. Sama seperti Sassy, semua impiannya harus hancur karena cinta.
Pensil Kayu
342      223     1     
Romance
Kata orang cinta adalah perjuangan, sama seperti Fito yang diharuskan untuk menjadi penulis buku best seller. Fito tidak memiliki bakat atau pun kemampuan dalam menulis cerita, ia harus berhadapan dengan rival rivalnya yang telah mempublikasikan puluhan buku best seller mereka, belum lagi dengan editornya. Ia hanya bisa berpegang teguh dengan teori pensil kayu nya, terkadang Fito harus me...
Stuck In Memories
14326      2867     16     
Romance
Cinta tidak akan menjanjikanmu untuk mampu hidup bersama. Tapi dengan mencintai kau akan mengerti alasan untuk menghidupi satu sama lain.
Transformers
261      219     0     
Romance
Berubah untuk menjadi yang terbaik di mata orang tercinta, atau menjadi yang selamat dari berbagai masalah?