Read More >>"> Mencintaimu di Ujung Penantianku (Kembali..., untuk Mencintaimu di Ujung Penantianku) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Mencintaimu di Ujung Penantianku
MENU
About Us  

       Aku berjalan menuju auditorium kampus hari ini Lara wisuda. Aku sudah beberapa bulan lalu wisuda dan sekarang waktunya Lara. Aku tersenyum sambil menikmati jalan di trotoar kampus yang masih dengan pohon akasia di sisinya berjejer menjadi pengawalnya. Di bawah teduh pohon akasia yang sedang berbunga aku berjalan, aroma bunganya menusuk hidungku. Jalanan di penuhi guguran bunga kuningnya. Hmmm... salah satu hal yang ku senangi di kampusku adalah ini. Berjalan di bawah teduh pohon akasia...

 Acara wisuda selesai aku mencari Lara, itu dia didampingi orang tuanya. Aku mendekatinya...

“Hai...Cherise...” ucapnya sambil melambai. Aku balas melambai dan mendekatinya lalu memeluknya.

“Selamat ya Lara...” ucapku riang

“Iya terima kasih...” ucapnya, lalu aku menyalam om dan tante, orangtua Lara.

“Hai...” sebuah suara yang sepertinya ku kenal menyapa kami, kami menoleh... Bang Alca... jantungku berdetak keras... Ternyata jantungku masih berdetak keras ketika melihatnya...

“Eh...Bang Alca...” ucap Lara sedang aku tak mampu untuk bicara. Lalu Bang Alca memberi selamat pada Lara.

“Selamat ya Lara...” ucap bang Alca. Bang Alca ada di sini, di wisuda Lara... Apa dia datang spesial untuk Lara...

“Hei nona melamun...” Bang Alca menyapaku, aku mencoba senyum.

“Apa kabar?” tanyanya.

“Ba..baik...” ucapku mencoba mengatasi kegugupanku.

“Makin cantik aja...” ucapnya aku senyum, Bang Alca yang justru kelihatan semakin gagah dan dewasa.

“Hei...” suara-suara bising muncul. Yah siapa lagi kalau bukan Bang Elang, Bang Beno dan Bang Aron... Semua kumpul di sini di wisuda Lara... Apakah benar Bang Alca datang spesial, untuk Lara...? Bukannya Lara sekarang pacaran dengan Bang Beno... Nggak mungkin Bang Alca tidak tahu... Teringat aku pernah berpikir ada sesuatau diantara Lara dan Bang Alca. Segala pertanyaan berkecamuk di pikiranku. Mereka asyik ngobrol, aku mundur menjauh dari mereka. Aku berjalan ke arah taman kampus dengan semua pemikiran yang tanpa jawab ini. Setelah dua tahun lebih Bang Alca baru muncul sekarang, dan di acara wisuda Lara... Jalan setapak yang biasanya sangat ku nikmati saat menjalaninya kini terasa hambar... Aku mencueki pepohonan pinus yang melambai mencoba menarik perhatianku, angin yang berhembus menyapu tubuhku tidak mengubrisku dari pikiranku. Tanpa sadar ku sudah ada di tepi kolam di tengah taman kampus. Aku duduk di bawah pohon tempat dimana aku dan Bang Alca pernah duduk berdua. Aku menatap kolam di depanku, bunga teratainya masih terus berkembang seperti terakhir aku kemari. Dulu aku menduga kalau Bang Alca dan Lara ada hubungan spesial. Tetapi dengan kedekatan Lara dengan Bang Beno semua dugaanku jadi sirna. Apalagi dengan kemunculan Marisa mantan Bang Alca. Lalu kenapa Bang Alca muncul di wisuda Lara, sedang saat aku wisuda dia tidak datang. Huhh...sepertinya aku sedang cemburu. Aku duduk bersila, mendesah pelan lalu menatap langit walau cerah tapi tak seindah kala itu.

“Ehem...” seseorang berdehem, aku menoleh. Bang Alca... Bang Alca langsung duduk di sebelahku.

“Hmm...untung aku datang jadi Kamu ada teman untuk melamun...” ucapnya aku hanya diam.

“Melamunin apa sih?’ tanyanya, aku diam aja dan menunduk.

“Ah...akhirnya menikmati duduk di taman kampus lagi plus ditemani makhluk cantik...” ucapnya, masih ingat Bang Alca dengan sebutan itu. Aku senyum... Pernah kah kamu merindukanku...

“Hei...jangan diam aja dong...” ucapnya, aku senyum.

“Gimana sudah melakukan pekerjaan yang kamu sukai...” tanyanya, dia masih ingat perkataanku dahulu.

“Sedang merintis...” ucapku.

Good, aku juga sedang melakukan itu...” ucapnya, aku menoleh padanya. Bang Alca sedang melihat ke langit. Menatapnya dari posisi ini...membuatku teringat masa-masa di kampus saat masih sering bersamanya... Angin berhembus perlahan mempermainkan rambutnya. Hmmm....aku merindukan saat-saat seperti ini. Hatiku masih memilihmu... Selama ini aku menanti seseorang yang bisa menghapusmu dari hatiku tapi sampai saat ini aku belum menemukannya. Dan aku nggak tahu sampai kapan penantian ini akan berakhir. Atau bisakah aku mencintaimu di ujung penantianku yang artinya tetap mencintaimu selamanya...

“Tapi kamu belum menikah dengan orang yang kamu suka kan?” tanya Bang Alca tiba-tiba sambil menoleh padaku, aku kaget dan nggak sempat berpaling dari tatapanku padanya. Mata kami bertemu, matanya menatapku lembut. Aku seperti melihat sejuta kerinduan dalam tatap matanya. Apakah ini benar atau hanya perasaanku saja.

“Kamu belum menikah dengan orang yang kamu suka kan...” ucapnya lagi, aku tersadar dan berpaling dari tatapannya. Bagaimana aku bisa menikah dengan orang yang ku suka... Orang yang ku suka itu kamu bagaimana menurutmu...? Mau kah kamu menikahiku? Huh...pertanyaan aneh di pikiranku.

“Mmm...ya belum kalau sudah nggak mungkin aku nggak undang Abang...” ucapku mengatasi kegugupanku.

“O ya... tapi aku nggak ingin menerima undangan darimu....” ucapnya, aku menoleh padanya. Dia menatap ke depannya.

“Kenapa? Kejauhan ya dari kota Abang...” ucapku tak mengerti kenapa Bang Alca tak mau menerima undangan dariku. Dia menoleh padaku.

“Karena aku ingin Kamu menikahnya dengan aku...” ucapnya...hup... aku merasa berada di dalam ilusi...

“Hah..” ucapku nggak mengerti atau bingung aku pun tak tahu...

“Iya, aku ingin Kamu menikah denganku...” ulangnya lagi.

“Haha... Abang bercanda aja...” ucapku tertawa bingung mau mengatakan apa.

“Nggak ini serius, karena itu aku datang kemari.” ucapnya.

“Bukannya Abang datang untuk bertemu Lara...” ucapku, huh...akhirnya ketahuan isi kepalaku ini...

“Nggak, aku ingin ketemu kamu cuma moment yang tepat ya saat ini. Saat wisuda Lara dan semua juga bisa kumpul saat ini. Aku sudah lama memikirkan ini.” ucap Bang Alca sambil mengalihkan pandangannya ke kolam di depan kami. Apakah ini hanya halusinasiku saja...

“Bukannya Abang sudah balikan dengan Kak Marisa...” ucapku, masih belum yakin apakah ini halusinasi atau nyata.

“Awalnya mungkin itu adalah rencana yang tepat. Tapi ketika Marisa ketemu Kamu di pesta Elang itu, semua jadi berbeda. Aku melihat kalian berdua dan mataku bukan tertuju pada Marisa tapi Kamu... Tapi saat itu Kamu menghilang tiba-tiba saat menerima telepon. Selama mengenalmu aku sudah merasakan hal berbeda. Awalnya aku berpikir ini kisah persahabatan tapi semakin lama kenapa aku selalu ingin bersamamu. Dan perasaan ini berbeda, ada kenyamanan saat bersamamu. Aku bisa bicara bebas dan menikmati banyak hal bersamamu. Aku selalu merindukan saat-saat kita berdua seperti ini. Tapi aku tak mampu mengungkapkan apa yang aku rasakan. Tapi saat kepergianku waktu itu seorang senior yang selama ini jarang banget bicara memberi renungan singkat padaku katanya : kenapa kita selalu mudah mengatakan hal buruk atau hal yang menyakitkan tapi kita sulit mengatakan hal yang baik seperti mengatakan cinta.* Yah... kenapa sulit untuk mengatakan cinta... Aku pergi dengan membawa kata-kata itu di pikiranku. Karena semua perasaan itulah aku tidak bisa menerima Marisa saat dia ingin kembali bersamaku. Tapi aku nggak ingin terburu-buru menyimpulkan perasaan ini. Aku ingin menguji hatiku benarkah ini perasaan yang dalam, karena aku nggak ingin menyakitimu. Sebenarnya setahun lalu aku ingin ke sini tapi pekerjaanku tidak bisa ku tinggalkan. Banyak hal yang terjadi membuatku baru sekarang datang kembali ke sini... Tapi aku pikir mungkin memang ini saat yang tepat. Kita mungkin bisa merencanakan banyak hal tapi Tuhanlah yang berkuasa atas rencana kita. Dan Tuhan yang paling tahu waktu yang tepat untuk pertemuan ini. Aku pikir inilah waktunya setelah penantian panjangku.” ucapnya, dia tidak mengatakan hal puitis atau sedang melancarkan rayuan... Tapi kenapa aku merasakan perasaan romantis dari kata-katanya. Ini adalah kenyataan bukan ilusi semata. Jadi selama ini kami sama-sama suka dan sama-sama merindu... Bang Alca melihat ke arahku.

“Apakah ada ruang di hatimu untukku?” tanyanya, aku menatapnya.

“Aku nggak perlu menceritakan apa yang kurasakan padamu Bang...” ucapku nggak langsung menjawab pertanyaan Bang Alca. Aku mengalihkan pandanganku dari Bang Alca dan menatap ke langit.

“Karena apa yang kamu rasakan itu juga yang ku rasakan masa itu dan sampai sekarang... Masa itu, aku sangat tersiksa karena aku pikir bahwa kita tidak mungkin bersama. Kamu akan pergi selesai wisuda ditambah kemunculan Kak Marisa.” ucapku.

“Itu artinya...” Bang Alca tidak melanjutkan perkataannya.

“Ruangan hatiku sudah penuh, penuh dengan  kamu...” ucapku sambil melihat ke arah Bang Alca yang sedang menatapku. Raut wajahnya terlihat tak percaya.

“Iya bang...” ucapku Bang Alca senyum, aku juga tersenyum. Kami saling menatap tanpa bicara lagi. Dan aku pun mengerti arti tatapan matanya seperti dia yang juga mengerti arti tatapan mataku. Dan akhirnya aku pun bisa mencintaimu di ujung penantianku tapi penantianku sudah berakhir sekarang, berakhir di kamu. Hening...suara angin yang menyapu dedaunan dan ranting menjadi irama yang indah di telinga kami... Dering handpone Bang Alca membuyarkan suasana yang manis ini. Bang Alca meraih handpone-nya dan menerimanya.

Oke Lang, kami kesana...” ucapnya, lalu menutup teleponnya.

“Tadi kami kecarian Kamu dan aku mengajukan diri untuk mencarimu. Karena aku yakin Kamu akan kemari, pasti Kamu seperti aku tidak akan melewatkan taman ini bila ke kampus.” ucapnya sambil senyum, aku senyum.

“Jadi kita pacaran...” ucapnya.

Oke siapa takut...” ucapku lalu kami tertawa. Akhirnya kamu jadi milikku...

 “Yuk, tadi Elang bilang kita ditunggu di rumah Lara.” ucap Bang Alca, aku mengangguk lalu kami bangkit dari duduk kami. Berjalan di jalan setapak taman, bangku-bangku taman sepi mungkin karena ada acara wisuda jadi semua pergi ke auditorium kampus.

 “Bang kata-kata dari senior yang kamu katakan itu, aku juga dapat pesan seperti itu dari seorang senior...” ucapku teringat pesan dari Bang Anggara. Kami berjalan pelan.

“O ya...” ucap Bang Alca sambil melihatku.

"Mungkinkah itu dari orang yang sama...” ucap Bang Alca lagi.

“Bang Anggara...” ucap kami serentak lalu kami tertawa.

“Bang Anggara bisa kasih pesan seperti itu ya..” ucap Bang Alca.

“Iya...” ucapku, angin berhembus lembut. Pohon-pohon pinus di tepi jalan setapak masih melambai di tiup angin, daun dan ranting-rantingnya bergerak lembut. Ada beberapa buah pinus jatuh di jalanan. Aku dan Bang Alca berjalan bersisian, Bang Alca meraih tanganku. Aku melihat tanganku, Bang Alca mengengamnya hangat. Aku menatap Bang Alca, dia juga sedang menatapku. Bang Alca senyum aku pun tersenyum. Lalu kami berjalan sambil bergenggaman tangan... Aku menatap ke atas jauh ke langit dari sela-sela dedaunan pinus... Sang Khalik sudah mendengar harapanku dan mengabulkannya... Apakah engkau yang sampaikan angin.. Atau mungkin perasaanku yang tulus dan dalam saat itu tersampaikan kepada Sang Khalik...

Terima kasih Tuhan buat cinta ini...

 :)

Selesai

 

______________________________________________

* Perkataan dari seseorang yang ku kenal. 

 

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Move On
208      174     0     
Romance
"Buat aku jatuh cinta padamu, dan lupain dia" Ucap Reina menantang yang di balas oleh seringai senang oleh Eza. "Oke, kalau kamu udah terperangkap. Kamu harus jadi milikku" Sebuah awal cerita tentang Reina yang ingin melupakan kisah masa lalu nya serta Eza yang dari dulu berjuang mendapat hati dari pujaannya itu.
Half Moon
987      531     1     
Mystery
Pada saat mata kita terpejam Pada saat cahaya mulai padam Apakah kita masih bisa melihat? Apakah kita masih bisa mengungkapkan misteri-misteri yang terus menghantui? Hantu itu terus mengusikku. Bahkan saat aku tidak mendengar apapun. Aku kambuh dan darah mengucur dari telingaku. Tapi hantu itu tidak mau berhenti menggangguku. Dalam buku paranormal dan film-film horor mereka akan mengatakan ...
November Night
335      234     3     
Fantasy
Aku ingin hidup seperti manusia biasa. Aku sudah berjuang sampai di titik ini. Aku bahkan menjauh darimu, dan semua yang kusayangi, hanya demi mencapai impianku yang sangat tidak mungkin ini. Tapi, mengapa? Sepertinya tuhan tidak mengijinkanku untuk hidup seperti ini.
Hujan Bulan Juni
324      217     1     
Romance
Hujan. Satu untaian kata, satu peristiwa. Yang lagi dan lagi entah kenapa slalu menjadi saksi bisu atas segala kejadian yang menimpa kita. Entah itu suka atau duka, tangis atau tawa yang pasti dia selalu jadi saksi bisunya. Asal dia tau juga sih. Dia itu kaya hujan. Hadir dengan serbuan rintiknya untuk menghilangkan dahaga sang alang-alang tapi saat perginya menyisakan luka karena serbuan rintikn...
Sang Penulis
8496      1930     4     
Mystery
Tak ada yang menyangka bahwa sebuah tulisan dapat menggambarkan sebuah kejadian di masa depan. Tak ada yang menyangka bahwa sebuah tulisan dapat membuat kehidupan seseorang menjadi lebih baik. Dan tak ada juga yang menyangka bahwa sebuah tulisan dapat merusak kehidupan seseorang. Tapi, yang paling tak disangka-sangka adalah penulis tulisan itu sendiri dan alasan mengapa ia menuliskan tulisan i...
Sweet Sound of Love
476      314     2     
Romance
"Itu suaramu?" Budi terbelalak tak percaya. Wia membekap mulutnya tak kalah terkejut. "Kamu mendengarnya? Itu isi hatiku!" "Ya sudah, gak usah lebay." "Hei, siapa yang gak khawatir kalau ada orang yang bisa membaca isi hati?" Wia memanyunkan bibirnya. "Bilang saja kalau kamu juga senang." "Eh kok?" "Barusan aku mendengarnya, ap...
The War Galaxy
11270      2338     4     
Fan Fiction
Kisah sebuah Planet yang dikuasai oleh kerajaan Mozarky dengan penguasa yang bernama Czar Hedeon Karoleky. Penguasa kerajaan ini sungguh kejam, bahkan ia akan merencanakan untuk menguasai seluruh Galaxy tak terkecuali Bumi. Hanya para keturunan raja Lev dan klan Ksatrialah yang mampu menghentikannya, dari 12 Ksatria 3 diantaranya berkhianat dan 9 Ksatria telah mati bersama raja Lev. Siapakah y...
Perfect Love INTROVERT
9216      1723     2     
Fan Fiction
Kenangan Masa Muda
5731      1617     3     
Romance
Semua berawal dari keluh kesal Romi si guru kesenian tentang perilaku anak jaman sekarang kepada kedua rekan sejawatnya. Curhatan itu berakhir candaan membuat mereka terbahak, mengundang perhatian Yuni, guru senior di SMA mereka mengajar yang juga guru mereka saat masih SMA dulu. Yuni mengeluarkan buku kenangan berisi foto muda mereka, memaksa mengenang masa muda mereka untuk membandingkan ti...
THE WAY FOR MY LOVE
412      317     2     
Romance