Read More >>"> Mencintaimu di Ujung Penantianku (Kehilangan Meski Bersama) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Mencintaimu di Ujung Penantianku
MENU
About Us  

       Hari- hari rasanya berlalu dengan cepat, akhir semester genap pun tiba. Bang Alca sedang penelitian dan sesekali aku mengunjunginya di kebun belakang kampus bersama Bang Elang yang juga akan memulai penelitiannya. Lumayan jauh dari kampus sebenarnya. Lahan untuk berkebun mahasiswa pertanian sebenarnya sangat luas, namun mahasiswa selalu berusaha dapat kebun yang lebih dekat kampus alasannya biar mudah di kunjungi. Hari-hari di kampus mulai sepi tanpa mereka, mereka sedang sibuk sih. Perasaanku pada Bang Alca semakin berkembang, aku sering merindukannya. Aku pikir aku harus bertindak, ya...bertindak. Aku harus bisa mengatasi perasaan ini. Aku nggak mau jatuh saat dia pergi dari kota ini. Aku nggak mau kejadian yang ku alami saat SMU terulang kembali. Cukup Dewa yang menghancurkan hatiku. Dan aku nggak ingin kenangan indah bersama Bang Alca dinodai dengan rasa sakit dan kecewa. Aku ingin mengenangnya dengan indah. Aku mulai tidak mau diajak Bang Elang untuk mengunjungi Bang Alca ke tempat penelitiannya. Berusaha menghindar saat mereka sedang berkumpul. Ini jalan yang tepat aku pikir supaya perasaan ini tak berkembang. Akhirnya penelitian Bang Alca selesai. Dan Bang Alca kembali sering  muncul di kampus. Baik untuk menyusun laporan skripsinya maupun sekedar bermain dengan yang lain. Sekarang Bang Elang yang sulit ditemui karena masih penelitian. Yah...kalau mau ketemu dia ya ke kebun belakang ke tempat penelitiannya.

       Awal semester ganjil, aku dan Lara sedang mengerjakan makalah yang di tugaskan dosen. Dari semalam aku sudah lelah mencari buku yang bisa aku pakai sebagai bahan makalah. Aku bersandar di bangku ruangan perkuliahan. Ruang kuliah sedang kosong aku dan Lara berdiskusi di ruangan ini. Kepalaku sedikit pusing, akhir-akhir ini aku merasa sangat lelah. Baik pikiran maupun hatiku. Aku menutup mataku sejenak mengistirahatkan mata dan pikiranku. Rasanya mataku perih dari tadi membaca. Aku mendengar suara langkah kaki masuk ke dalam ruangan. Lara diam aja itu berarti yang masuk bukan dosen atau orang yang berniat mengganggu. Aku meneruskan tidurku, ruangan tetap hening. Dan nggak terasa aku tertidur sejenak dan terbangun saat mendengar suara-suara. Tapi aku tetap menutup mataku.

“Kenapa dengan Cherise...” sebuah suara bertanya dan aku mengenal suara itu. Bang Alca...

“Kelelahan tuh bang.” jawab Lara.

“Lelah kenapa?” tanya Bang Alca.

“Nih banyak tugas dan akhir-akhir ini dia juga suka murung.” jawab Lara lagi. Ihh...Lara kenapa lagi ngomongin itu.

“O ya..., kenapa ada masalah dia...?” tanya Bang Alca lagi.

“Aku juga nggak tahu Bang, Cherise nggak mau cerita...” jawab Lara.

“O begitu, emang sih akhir-akhir ini abang jarang jumpa Cherise. Mungkin dia ada masalah ya... tapi dia sehat kan?” tanya Bang Alca.

“Mmm...dikatakan sehat...nggak sehat, dikatakan sakit...nggak sakit. Galau gitu deh Bang...” jawab Lara lagi. Wah...ini anak jawabannya aneh saja dari tadi.

“O ya... itu artinya dia lagi nggak benar-benar sehat.” ucap Bang Alca, aku mendengar suara derit kursi bergeser. Lalu suara langkah kaki mendekat ke arahku. Lalu aku merasa sebuah tangan yang hangat menyentuh keningku. Itu tangan Bang Alca...?

“Keningnya sedikit hangat...” ucap Bang Alca. Aduh ini cowok bisa nggak sih nggak perhatian begini, membuatku semakin sulit melepaskannya dari hatiku.

“Cher...Cherise...” ucap Bang Alca sambil memegang pipiku lembut. Oh Tuhan...bagaimana aku bisa melepaskannya kalau dia terus bersikap begini, begitu peduli padaku. Aku membuka mataku dan langsung melihat wajahnya. Dia tersenyum, sejenak aku terpana dengan pemandangan di depanku.

 “Hei Cher..., belum sadar juga...” ucap Bang Alca sambil melambai-lambaikan tangannya di depanku. Huh... aku mengangkat kepalaku dan memperbaiki posisi dudukku.

 “Kalau lelah kamu istirahat aja, biar abang antar pulang...” ucapnya ada pancaran kekhawatir di wajahnya, aku mengalihkan mataku darinya.

“Nggak Bang masih ada tugas...” ucapku sambil meraih bukuku yang terletak di bangku sebelahku.

“Ntar kamu benar-benar sakit lo...” ucapnya lagi, stop bang... stop segala perhatianmu...

“Mmm...ngak kok Bang...” ucapku.

“Oke kalau begitu abang bantuin ya...” ucapnya lalu menarik bangku ke depanku dan duduk di depanku. Ya ampun ini bukan membantu tapi justru membuatku jadi nggak konsentrasi huaahh... Lalu dia meminta bahan ke Lara, aku dan Lara satu kelompok. Kami memang dibagi kelompok dan satu kelompok terdiri dari dua orang. Bang Alca membaca bahan kami dengan serius... Kenapa aku nggak bisa lepas darimu...

Tahu kah kamu, terkadang aku pura-pura tidak melihat reaksimu... Pura-pura tidak melihat perhatianmu... Pura-pura tidak melihat kebaikanmu... Sehingga aku...tidak jatuh terlalu dalam...

                                                    ***

       Aku menatap langit-langit kamarku, aku sedang bebaring di atas pembaringan. Suara Daniel Sahuleka mengalun lembut dari tape recorder. Aku terhanyut dengar nyanyiannya...

Don't sleep away this night my baby
Please stay with me at least 'till dawn
It hurts to know another hour has gone by
And every minute is worthwhile
Oh, I love you...

Huh...tadi aku di ajak Bang Elang ke Caffe Gold tapi aku menolak. Aku tahu pasti Bang Alca ada di sana. Aku nggak ingin terus melihatnya. Karena hatiku akan sulit melepasnya. Bang Alca... sebentar lagi dia akan pergi. Dia baru selesai seminar hasil kemaren. Tinggal satu langkah lagi dia akan selesai. Dan aku akan tinggal di sini dalam kesepian hatiku. Apa yang harus aku lakukan Tuhan supaya aku bisa mengatasi perasaan ini. Air mataku menetes jatuh ke bantal. Aku menghapus pelan air mataku, hanya memikirkanmu sejenak saja sudah membuatku menangis. Apakah kamu bisa rasakan hatiku tanpa ku katakan asa ini? Mungkinkah kamu tahu hati ini bila tidak ku katakan... Aku menutup malamku dalam kesenduan di dalam kamarku bersama Don’t sleep away this night-nya Daniel Sahuleka..

       Hari ini ulang tahun Bang Elang dan aku nggak bisa menghindar lagi dari pertemuan dengan Bang Alca. Bang Elang merayakannya malam hari di rumahnya dan mengundang beberapa teman. Eh... ada Bang Anggara yang sudah lama nggak kelihatan, katanya dia penelitian di daerah. Dia masih seperti dulu, keren dan berkharisma. Aku melihat sekelilingku nggak ada Bang Alca hmmm... tumben dia ngak muncul. Kami berkumpul di taman belakang rumah Bang Elang, aku duduk di sisi Bang Elang. Di depanku Bang Anggara sedang ngobrol dengan Bang Denta temannya. Lara duduk tak jauh dari kami sedang ngobrol dengan Bang Beno sambil sesekali tertawa. Bang Aron juga asyik ngobrol dengan teman mereka yang lain. Aku tak ingin bertemu dengan Bang Alca, tetapi kenapa saat Bang Alca nggak mucul di rumah Bang Elang seperti ini. Aku kok menjadi nggak semangat begini. Kemana ya Bang Alca???

Aku menyandarkan tubuhku di sandaran kursi, ku tatap Bang Anggara. Mmm...masih sama seperti dulu tapi kenapa aku tidak merasakan pesonanya yang dulu. Aku menatap langit yang penuh bintang, berkelap kelip begitu ceria. Aku mengalihkan pandanganku dari bintang-bintang di langit malam. Aku melihat ke depanku dan Bang Anggara sedang menatapku. Bang Denta tidak ada lagi di sampingnya. Aku senyum dia hanya diam ih...tengsin. Kenapa dia menatapku seperti itu.

“Apa kabarmu?” tanyanya mmm... nggak salah nih Bang Anggara menanyakan kabarku?

“Baik bang...” jawabku sambil senyum dan dia masih tanpa senyum.

“Abang gimana kabarnya? Penelitiannya sudah selesai? ucapku lagi sambil senyum.

“Baik, sudah karena itu bisa kemari.” jawabnya, Bang Anggara bangkit dan berdiri lalu duduk di bangku kosong di sisiku. Bang Anggara...

“Kamu suka melihat bintang?” ucapnya.

“Ya...” jawabku.

“Sama...” ucapnya lagi lalu melihat ke langit malam.

“Kenapa kamu suka bintang?” tanya Bang Anggara. Aku menatap ke langit dan memperhatikan bintang-bintang yang bertabur.

“Karena di tengah kegelapan malam dia bersinar. Memberi keindahan di sekelilingnya.” ucapku sambil senyum.

“Ya...seperti matamu yang indah.” ucap Bang Anggara, aku mengalihkan pandanganku padanya. Bang Anggara sedang memujiku? Bang Anggara masih menatap langit.

“Matamu seperti bintang yang berpendar indah, memberi keindahan di sekelilingmu...” ucapnya lagi sambil mengalihkan pandangannya dari bintang-bintang itu kepadaku sejenak kami saling tatap. Mmm... Bang Anggara memujiku tapi aku kok biasa saja. Nggak ada jantung yang berdetak lebih kencang atau pipi yang menghangat karena tersanjung. Aku memegang dadaku, benar-benar tidak ada goncangan dahsyat di hatiku. Bukannya kemarin setiap nggak sengaja saling tatap aku suka grogi dan detak jantung yang berdetak keras suka mengganguku. Kenapa semua menjadi biasa, ada apa denganku??? Ada yang salah denganku??? Bang Anggara mengalihkan pandangannya kembali ke langit. Aku masih menatap Bang Anggara yang sudah kembali menatap bintang-bintang itu. Aku pasti sudah sakit nih... Apa aku sudah mati rasa???

“Hei...” suara Bang Elang berteriak, aku menoleh dan memajukan badanku. Bang Elang menyambut seseorang aku menyipitkan mataku mencoba melihat siapa yang datang. Bang Alca... jantungku berdetak kencang loh... aku memegang dadaku. Aku nggak mati rasa, buktinya jantungku berdetak keras saat melihat Bang Alca... Bang Alca terlihat keren malam ini... Tapi ada seorang cewek di sisinya. Siapa ya cewek yang di sampingnya? Mereka semakin mendekat, dan menjabat tangan Bang Elang. Di sisi Bang Alca ada seorang cewek cantik dan anggun.

“Wah lama banget datangnya bro...” ucap Bang Elang.

“Iya, tadi menemani Marisa...” ucap Bang Alca, Marisa mmm... sepertinya aku pernah dengar nama itu. Marisa? Marisa mantan Bang Alca? Jadi Marisa datang kemari, aku menyandarkan tubuhku kembali ke sandaran kursi. Aku tertunduk mengatasi perasaanku yang bercampur aduk.  Jadi mereka sudah baikan. Aku memegang dadaku yang terasa perih. Jadi seperti ini akhirnya...

“Ada apa?” tanya Bang Anggara, aku menoleh pada Bang Anggara.

“Nggak ada apa-apa...” ucapku.

“Kamu sakit? Wajahmu pucat...” ucap Bang Anggara, aku menggeleng tak mampu bicara.

“Cherise...” suara Bang Alca... Aku menenangkan diriku lalu menoleh pada Bang Alca.

“Hai bang...” ucapku berusaha bersikap biasa, Bang Alca senyum. Biasanya senyum itu begitu menyejukkan hati tapi kali ini rasanya hatiku terasa perih.

“Apa kabar? Lama nggak kelihatan...” ucapnya, aku senyum. Dia semakin mendekat padaku wajahnya terlihat ceria.

“Baik Bang, mmm... Abang apa kabar?” tanyaku kembali.

“Baik...” ucapnya, dia menatapku sambil mengerutkan keningnya.

“Kamu sakit?” tanyanya, aku menggeleng.

“Kenapa wajahmu kelihatan pucat.” ucapnya.

“Nggak ah...mungkin karena malam nih...” ucapku sambil senyum. Lalu Bang Alca menoleh ke Bang Anggara.

“Bang Anggara..., sudah selesai penelitiannya?” tanyanya.

“Sudah Alc...” jawab Bang Anggara.

“Alcan...” Marisa muncul di dekat kami. Bang Alca menoleh padanya.

“O ya Marisa, kenalkan ini Cherise...” ucap Bang Alca, aku bangkit berdiri.

“O...Cherise adiknya Elang...” ucap Marisa, Bang Alca mengangguk. Lalu kami berjabat tangan dan saling menyebutkan nama masing-masing. O... jadi Bang Alca menceritakan aku pada Marisa sebagai adik Bang Elang. Rasanya dadaku semakin sakit. Ahh...jelaslah dia menjelaskan aku adiknya Bang Elang, memangnya dia mau kenalkan aku sebagai apa? Tapi kenapa rasanya sakit ya...

“Cherise...” ucapku.

“Marisa...” ucapnya, lalu bang Alca juga mengenalkannya dengan Bang Anggara. Handpone-ku berbunyi aku melihat layar handpone-ku. Aldora... Aku menerimanya dan menjauh dari mereka.

“Aldora....” ucapku bergetar.

“Hai... Eh kenapa kamu...?” tanyanya suaranya yang ceria berubah khawatir. Mungkin merasakan nada suaraku yang berbeda.

“Mmm.. kamu ada penting?” tanyaku, nggak juga sih cuma mau ucapin selamat ke Bang Elang, aku coba menghubungi handpone-nya nggak bisa.” ucap Aldora, aku menoleh ke Bang Elang. Dia rupanya sedang menerima telepon.

“Bang Elang lagi menerima telepon. Ntar lagi aja ya...” ucapku, lalu berjalan masuk ke rumah Bang Elang.

“Oke, tapi kamu kenapa?” tanya Aldora.

“Aku sedang sedih, mmm...trima kasih sudah menghubungi aku. Aku akhirnya bisa pergi.” ucapku.

“Ada apa sih Cher...?” tanya Aldora.

“Nanti aja aku telepon ya..., sekarang aku nggak bisa jelasin.” ucapku

“Oke Cher...” ucap Aldora.

Bye...” ucapku lalu menutup telpon. Aku berjalan ke dapur rumah Bang Elang, di dapur sepi. Aku duduk di depan meja makan. Bang Alca sudah kembali menemukan cintanya, semoga kamu bahagia bang... Aku melipat tanganku di atas meja lalu menelungkupkan wajahku ke meja dengan beralaskan kedua tanganku. Aku merasa kehilangan Bang Alca meski dia masih di sini. Aku merindukan saat awal bertemu dia. Saat dia selalu ada di sisiku, memperhatikanku menjagaku...

“Cherise kenapa?” sebuah suara mengagetkanku. Aku mengangkat kepalaku lalu menoleh ke arah suara itu. Bang Anggara sudah ada di dekatku.

“Eh...Bang Anggara, nggak ada apa-apa bang.” jawabku.

“Ada kabar buruk?” tanyanya, kabar buruk?

“Tadi selesai menelepon kamu langsung pergi, apa terjadi sesuatau yang buruk?” tanyanya, yah...terjadi sesuatu yang buruk dengan hatiku...

“Nggak kok bang...” jawabku.

“Aku cuma lelah aja...” jawabku.

“Oh... ya udah kamu pulang aja, istirahat di rumah...” ucapnya aku senyum, kenapa dia jadi perhatian. Bang Anggara yang super cool...

“Hei disini rupanya...” Bang Elang muncul di dapur. Aku dan Bang Anggara menoleh ke Bang Elang.

“Eh...aku mengganggu...” ucap Bang Elang sambil melihat kami bergantian.

“Nggak kok Bang...” jawabku cepat, nggak mau Bang Elang salah paham.

“Cherise katanya lelah...” Bang Anggara berkata pada Bang Elang.

“O ya..., kalau gitu kamu mau pulang? Ayo abang antar...” ucap Bang Elang, aku mengangguk.

“Biar aku aja yang mengantar Cherise, kamu kan masih banyak tamu...” ucap Bang Anggara, loh Bang Anggara mau mengantarku... Aku melihat ke arah Bang anggara, lalu melihat ke Bang Elang yang sepertinya sama kagetnya denganku.

“Oh...ya...o..oke...” ucap Bang Elang masih kaget dengan reaksi Bang Anggara. Lalu Bang Elang melihatku kami saling pandang. Seakan kami bisa baca pikiran satu dengan yang lain, ada raut heran di wajah kami.

“Ayo...” suara Bang Anggara mengalihkan mataku dari Bang Elang lalu aku bangkit berdiri.

“Hati-hati ya...” ucap Bang Elang

“Ya Bang...” ucapku

“Kami pulang dulu ya Lang...” ucap Bang Anggara, Bang Elang mengangguk lalu aku dan Bang Anggara pulang. Bang Anggara mengantarku sampai depan rumah.

“Terima kasih Bang...” ucapku sambil senyum, saat aku sudah turun dari boncengannya. Bang Anggara senyum... hah.. Bang Anggara senyum... Senyum pertama yang kulihat...

“Ya udah kamu istirahat ya...” ucapnya lalu permisi pergi, motor Bang Anggara melaju meninggalkanku yang masih nggak percaya Bang Anggara tersenyum padaku... Hari ini banyak hal yang tak terduga terjadi... termasuk kedatangan Bang Alca dengan Marisa. Aku mendesah pelan lalu masuk ke dalam rumah.

   Hari berlalu...membawa begitu banyak cerita. Bang Alca akhirnya ujian sarjana, dan memperoleh Nilai A sedang Bang Elang masih revisi skripsi. Bang Aron dan Bang Beno sibuk dengan penelitian mereka. Ternyata waktu mereka di kampus ini akan segera berakhir... Begitu banyak cerita yang sudah terjadi di hari-hariku saat di kampus. Dan tak akan pernah ku lupa kisah kebersamaan ini. Salah satu yang akan ku rindukan saat selesai dari perkuliahan ini, selain merindukan suasana taman kampus. Teringat tentang Marisa mantan Bang Alca, dia sudah kembali ke London. Tapi dia akan stay di Indonesia katanya. Mungkin karena ingin memperbaiki hubungannya dengan Bang Alca. Selesai wisuda Bang Alca juga akan pulang ke kampungnya dan itu tinggal beberapa minggu lagi. O ya... Bang Anggara juga sudah ujian sarjana dan dia akan wisuda bareng Bang Alca. Setelah peristiwa ajaib senyum pertamanya waktu itu. Bang Anggara terlihat lebih ramah padaku tentu saja Kak Keisya sangat tidak senang dan pernah mengancamku. Tapi aku masih punya empat pelindung di sini Bang Elang, Bang Alca, Bang Aron dan Bang Beno yang siap menjagaku sehinga Kak Keisya tidak berani lagi mengancamku. Apalagi Bang Anggara juga sudah peringati dia. Hmm... siapa yang bisa duga Bang Anggara yang dulunya terlihat jauh kini sering bergabung dengan kami. Tapi...aku nggak tertarik lagi dengan pesonanya. Aku lebih suka ngelihatin Bang Alca meski dengan cara curi-curi pandang. Menikmati masa-masa akhir mereka bersamaku. O ya lupa cerita tentang Lara... Lara juga akhirnya tidak tertarik lagi dengan pesona Bang Anggara sekarang dia lebih tertarik bicara dan bercanda dengan Bang Beno yang gokil. Yah...akhirnya ketika hati menentukan jalannya dia tidak akan melihat lagi apa yang dilihat oleh mata. Hati akan berjalan ke arah belahan jiwanya bukan dengan cara seperti mata melihat tapi dengan cara hati yang merasakan. Seperti aku yang tidak menyangka akan mencintai Bang Alca seorang yang sederhana, apa adanya dan rendah hati. Seorang yang tidak banyak bicara dan dapat dipercaya, tidak suka mengombal atau cari perhatian. Seorang pria baik yang telah mengusik hatiku...

Hari wisuda tiba, wajah-wajah gembira terlihat di seantereo kampus. Yah... satu perjuangan sudah lewat. Nah saatnya sekarang berjuang di dunia nyata. Dunia yang sebenarnya dan ini butuh perjuangan yang panjang yang menuntut lebih keras berusaha. Selamat mengaplikasikan ilmu di dunia nyata ya senior-seniorku... Semoga kalian semua sukses dan memberi perubahan  yang lebih baik untuk negeri kita ini.. Aku akan menyusul kalian... 

                                                                                             ***

       Hari ini aku begitu kaget saat Aldora muncul di rumahku. Aku baru bangun dari tidur siangku.

“Aldora...” teriakku riang Aldora tak kalah riang.

“Cherise...” ucapnya sambil memelukku.

“Aduh kangen banget sudah dua tahun lebih nggak ketemu...” ucapku.

“Iya...aku juga kangen berat...” ucap Aldora

“Aku juga kangen...” aku melihat ke belakang Aldora, Meckha...dan Adonia. Lalu mereka ikutan memelukku. Aku senang sekali teman-temanku datang. Lalu kami melepaskan pelukan kami dan saling berpegangan tangan.

“Hei... ini belum liburan... kok muncul...” ucapku.

“Karena ada yang urgent kata Aldora.” ucap Meckha, aku menoleh ke Aldora sambil menyipitkan mataku ku lirik dia. Aldora pura-pura tidak melihat.

“Apa yang kamu ceritakan ke mereka...” ucapku, Aldora cuma senyum-senyum.

“Jadi gimana?” ucap Adonia. Saat pulang dari ultah Bang Elang waktu itu aku menelpon Aldora dan menceritakan semua pada Aldora, tentang perasanku pada Bang Alca, tentang Marisa dan juga kepergian Bang Alca beberapa hari lagi.

“Jadi gimana?” ulang Meckha nggak sabar.

“Yah gitu nggak ada kelanjutannya...” ucapku.

“Yah...” ucap Meckha kecewa.

“Gimana kalau kita ngobrolnya di Caffe Music seperti dulu...” ucap Adonia, Caffe Music dekat SMU kami.

Oke...” ucap Aldora dan Meckha kompak. Aku senyum.

“Sekarang kamu mandi dulu...” ucap mereka kompak sambil menunjuk ke aku, aku tertawa.

“Iya...” ucapku, lalu aku mandi dan siap-siap ini waktu yang yang sudah lama ku nanti. Aku dan teman-teman ngobrol sampai malam di Caffe Music. Mereka sabar mendengarkanku, huhu... kalian memang sahabat-sahabat terbaikku... Setelah cerita ke sahabat-sahabatku rasanya beban di hati ini sedikit berkurang. Setelah puas cerita mereka mengajakku karokean, dan di dalam ruang karokean kami bernyanyi sambil bercanda. Adonia bernyanyi dengan suara yang dibuat anehlah, Meckha nyanyi sambil teriak... kami tertawa sepuasnya melepaskan rindu yang begitu berat selama ini. Mereka juga bernyanyi untukku, menghiburku. Melakukan hal-hal aneh membuatku tertawa terpingkal-pingkal sambil memegangi perutku karena capek tertawa. Ah... sahabat-sahabatku I love you girls..

       Aku, Aldora, Adonia dan Meckha berlibur ke desa nenek Adonia. Tempat yang indah, desa yang dikelilingi perbukitan yang hijau... dan sebuah danau yang biru. Dalam perjalanan menuju desa nenek Adonia, kami menikmati perjalanan yang menyenangkan. Melewati bukit-bukit yang ditumbuhi pepohonan pinus... Aku teringat Bang Alca terbersit kata di hatiku...

“ku letakkan asaku diantara bukit-bukit yang menjulang tinggi...
Asa yang tak ku tahu kan berakhir seperti apa...
Mencoba melepaskannya...meski hati meringis...
Biarlah bukit-bukit hijau ini yang menyimpannya menjadi kenangan hati yang indah...
Seindah asa kala melihat senyummu...
Meski merindu tapi meninggalkannya di antara bukit-bukit yang menghijau...”

Hmmm... setitik air mata menetes di pipiku, segera ku hapus tak ingin sahabat-sahabatku melihatnya. Kami menikmati liburan yang menyenangkan bersama teman-teman, membuat lembaran-lembaran memori yang indah. Hatiku sedikit terobati. Tapi kami hanya tiga hari di desa nenek Adonia, karena liburan mereka sebentar lagi selesai. Sebenarnya mereka tidak liburan tapi sedang minggu tenang sebelum ujian jadi mereka memanfaatkan moment ini untuk pulang. Ditambah lagi cerita Aldora tentang aku ke mereka. Kisah ini akan ku simpan dalam hati selamanya. Dan sebaris kata ini untuk kalian sahabat...

“Sebuah perjalanan yang menyenangkan...
Merasakan hati yang bebas bersama teman-teman sehati...
Mengekspresikan rasa di hati...
Lupa sejenak dengan kepenatan pikiran dalam menjalani hari
Menjadi pengobat hati di kala sepi bila hanya menatap jejak perjalanan
Yang tersimpan dalam selembar kenangan...
Melihat wajah-wajah ceria dan bebas...
Dan aku ingin kembali kesana...”

                                                                                                          *****

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Petrichor
4109      1380     2     
Inspirational
Masa remaja merupakan masa yang tak terlupa bagi sebagian besar populasi manusia. Pun bagi seorang Aina Farzana. Masa remajanya harus ia penuhi dengan berbagai dinamika. Berjuang bersama sang ibu untuk mencapai cita-citanya, namun harus terhenti saat sang ibu akhirnya dipanggil kembali pada Ilahi. Dapatkah ia meraih apa yang dia impikan? Karena yang ia yakini, badai hanya menyisakan pohon-pohon y...
Sebuah Musim Panas di Istanbul
320      219     1     
Romance
Meski tak ingin dan tak pernah mau, Rin harus berangkat ke Istanbul. Demi bertemu Reo dan menjemputnya pulang. Tapi, siapa sangka gadis itu harus berakhir dengan tinggal di sana dan diperistri oleh seorang pria pewaris kerajaan bisnis di Turki?
Perjalanan Kita: Langit Pertama
1328      651     0     
Fantasy
Selama 5 tahun ini, Lemmy terus mencari saudari kembar dari gadis yang dicintainya. Tetapi ia tidak menduga, perjalanan panjang dan berbahaya menantang mereka untuk mengetahui setiap rahasia yang mengikat takdir mereka. Dan itu semua diawali ketika mereka, Lemmy dan Retia, bertemu dan melakukan perjalanan untuk menyusuri langit.
Ręver
5500      1642     1     
Fan Fiction
You're invited to: Maison de rve Maison de rve Rumah mimpi. Semua orang punya impian, tetapi tidak semua orang berusaha untuk menggapainya. Di sini, adalah tempat yang berisi orang-orang yang punya banyak mimpi. Yang tidak hanya berangan tanpa bergerak. Di sini, kamu boleh menangis, kamu boleh terjatuh, tapi kamu tidak boleh diam. Karena diam berarti kalah. Kalah karena sudah melepas mi...
THE WAY FOR MY LOVE
406      311     2     
Romance
Story Of Me
3097      1115     6     
Humor
Sebut saja saya mawar .... Tidaak! yang terpenting dalam hidup adalah hidup itu sendiri, dan yang terpenting dari "Story Of me" adalah saya tentunya. akankah saya mampu menemukan sebuah hal yang saya sukai? atau mendapat pekerjaan baru? atau malah tidak? saksikan secara langsung di channel saya and jangan lupa subscribe, Loh!!! kenapa jadi berbau Youtube-an. yang terpenting satu "t...
Sanguine
4424      1448     2     
Romance
Karala Wijaya merupakan siswi populer di sekolahnya. Ia memiliki semua hal yang diinginkan oleh setiap gadis di dunia. Terlahir dari keluarga kaya, menjadi vokalis band sekolah, memiliki banyak teman, serta pacar tampan incaran para gadis-gadis di sekolah. Ada satu hal yang sangat disukainya, she love being a popular. Bagi Lala, tidak ada yang lebih penting daripada menjadi pusat perhatian. Namun...
ALVINO
4140      1839     3     
Fan Fiction
"Karena gue itu hangat, lo itu dingin. Makanya gue nemenin lo, karena pasti lo butuh kehangatan'kan?" ucap Aretta sambil menaik turunkan alisnya. Cowo dingin yang menatap matanya masih memasang muka datar, hingga satu detik kemudian. Dia tersenyum.
in Silence
392      268     1     
Romance
Mika memang bukanlah murid SMA biasa pada umumnya. Dulu dia termasuk dalam jajaran murid terpopuler di sekolahnya dan mempunyai geng yang cukup dipandang. Tapi, sekarang keadaan berputar balik, dia menjadi acuh tak acuh. Dirinya pun dijauhi oleh teman seangkatannya karena dia dicap sebagai 'anak aneh'. Satu per satu teman dekatnya menarik diri menjauh. Hingga suatu hari, ada harapan dimana dia bi...
Mamihlapinatapai
5453      1516     6     
Romance
Aku sudah pernah patah karna tulus mencintai, aku pernah hancur karna jujur tentang perasaanku sendiri. Jadi kali ini biarkan lah aku tetap memendam perasaan ini, walaupun ku tahu nantinya aku akan tersakiti, tapi setidaknya aku merasakan setitik kebahagian bersama mu walau hanya menjabat sebagai 'teman'.