Read More >>"> Mencintaimu di Ujung Penantianku (Bang Anggara, Seniorku yang Keren) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Mencintaimu di Ujung Penantianku
MENU
About Us  

       Aku berjalan di sisi lapangan kampus, ku lihat ada beberapa mahasiswa yang bermain basket sore ini. Aku baru keluar dari ruang praktikum jadi ingin menghirup udara segar dulu. Aku berhenti di sisi lapangan dan memperhatikan mereka bermain. Ada Bang Anggara di antara mahasiswa itu. Mereka asyik bermain tapi nggak sengaja bola terlempar agak jauh dari mereka dan mengelinding ke arahku. Aku menunduk dan mengambil bola yang sudah berhenti di dekat kakiku. Seseorang mendekat, ku melihat ujung sepatunya aku menaikkan tubuhku. Bang Anggara berdiri di depanku, dia menatapku matanya yang tajam itu mebuatku bergetar. Aku menyodorkan bola di tanganku padanya, dia menerimanya lalu berbalik tapi dia nggak langsung pergi dia menoleh padaku.

“Terima kasih.” ucapnya sambil melirikku dari sudut matanya. Lalu berlari kembali ke lapangan bergabung dengan teman-temannya. Wah...cowok itu, pantes cewek-cewek tetap suka dia meski sikapnya dingin. Dia keren dan mampu membuat hati cewek bergetar dengan tatapannya. Hmmm... Aku tersenyum lalu memutuskan untuk segera pulang, kalau aku berlama-lama di sini takutnya aku akan menjadi salah satu dari cewek-cewek itu.

       Aku dan Lara sedang di kantin, kami berjalan sambil membawa minuman dan mencari tempat duduk. Tiba-tiba seseorang menyenggol lenganku membuat minuman di tanganku tumpah ke bajuku. Aduh...ini orang jalan nggak hati-hati aku menoleh dan cuma bisa diam, Kak Keisya...

“Upsss... sorry girl...” ucapnya sambil menutup mulutnya, pura-pura kaget kelihatan dari wajahnya.

“Kamu nggak apa-apa kan???” ucapnya pura-pura perhatian. Kedua temannya yang berdiri di sisinya cuma tersenyum.

“Oh...ngak apa-apa Kak...” ucapku sambil membersihkan bajuku dari tumpahan minumanku. Lara di sisiku pun diam aja, sudah tahu Kak Keisya ribet kalau berurusan dengan dia. Lalu aku berjalan ke arah meja yang nggak jauh dari kami lalu duduk di kursi. Kak Keisya pergi sambil tertawa bareng temannya. Heran kenapa dia mengganggu aku, aku nggak pernah menganggu dia selama ini. Ya sudahlah mungkin dia sedang iseng aja. Aku dan Lara akhirnya memilih keluar dari kantin. Kami berjalan ke arah toilet untuk membersihkan bajuku. Saat menuju toilet dari jauh aku melihat Bang Camilo yang berjalan sambil membaca buku. Dia berjalan menuju ke arah kami, bisa-bisa dia menabrak kami soalnya dia asyik baca buku. Eh...tapi itu ada yang lewat di depannya dia bisa langsung berhenti menghindari tabrakan, mungkin ada mata di ubun-ubunnya kali ya jadi bisa melihat meski menunduk hehehe... Saat kami sudah dekat Bang Camilo kembali berhenti dan kali ini dia menaikkan wajahnya. Bang Camilo melihatku lalu tersenyum, aku membalas senyumannya.

“Kenapa baju kamu?” tanyanya sambil melihat bajuku, aku menunduk melihat bajuku.

“Tadi ketumpahan minuman Bang...” jawabku, sambil menghentikan langkahku.

“Oh...” ucapnya lalu kembali  membaca bukunya, dan berjalan pergi.

“Dia cuek tapi masih bisa menanyakan bajumu kenapa, lalu main pergi aja tanpa ada basa basi...huh...memang aneh tu senior...” ucap Lara, aku senyum lalu mengajak Lara kembali berjalan menuju toilet.

       Suasana siang ini cukup terik membuat orang-orang malas untuk berjalan. Tapi aku baru saja selesai kuliah jadi mau nggak mau harus berjalan di bawah terik matahari. Aku menatap langit yang cerah. Ah...untung tadi nggak kelupaan bawa air minum. Aku memegang botol air minumnya yang isinya tinggal setengah lagi. Aku berjalan menyusuri jalan kampus yang terlihat semakin panjang. Hmmm... tapi untungnya di sepanjang trotoar kampus berjejer pepohonan akasia yang rimbun. Batang-batang pohonnya yang besar-besar menunjukkan usia pohon yang sudah tua. Berdiri kokoh di sepanjang pinggiran jalan seperti raksasa yang merentangkan tangannya untuk melindungi para pejalan kaki. Sesekali daunnya bergoyang lembut di tiup angin. Belum musim bunga, kalau sudah musim bunga warna kuning bunganya akan menghiasi pepohonan dan juga jalanan di sekitarnya memberi warna lain di sekitar jalanan. Aku memantapkan langkahku sambil menikmati berjalan di bawah pohon-pohon raksasa ini, aku tersenyum. Sayang hari ini Lara ngak masuk kuliah karena ada acara keluarga, yang akhirnya membuatku harus berjalan sendiri menyusuri jalanan kampus menuju gerbang kampus. Eh...itu kan Bang Anggara dia sedang mengutak-atik motornya di bawah sebatang pohon, mungkin rusak ya... Aku semakin mendekat padanya. Dia berjongkok di samping motornya. Wajahnya berkeringat dan bajunya juga sedikit basah oleh keringat. Aku sapa atau tidak ya... Ah nggak usah aja. Dia juga nggak peduli disapa atau tidak. Aku berjalan melewatinya tapi...

“Hei kamu...” suara Bang Anggara bicara aku menoleh. Dia sudah berdiri dan menatap ke arah aku sambil membersihkan tangannya dengan sapu tangan. Dia bicara dengan aku??? Ku lihat di kiri kananku nggak ada orang, aku berhenti berjalan.

“Kamu anak Agronomi kan...” ucapnya aku mengangguk.

“Sini...” ucapnya, aku berbalik dan mendekat padanya. Lalu dia meraih botol air minum di tanganku dan langsung meminumnya. Aku heran...kenapa Bang Anggara bersikap seperti ini. Dia menghabiskan air di dalam botol minumku. Lalu menyerahkan botol minum itu kembali padaku.

Thanks...” ucapnya tanpa senyum lalu menghidupkan motornya, aku masih bengong di depannya. Lalu dia menaiki motornya dan melaju pergi tanpa berkata apa-apa. Meninggalkanku yang masih bengong dengan sikapnya. Aku menatap kepergiannya, aneh banget cowok itu... Aku menatap botol minuman kosong di tanganku. Habis deh... Ya sudahlah kan mau pulang juga... Lalu aku kembali melanjutkan perjalananku menuju gerbang kampus. Aku masih nggak habis pikir dengan tingkah Bang Anggara. Aneh banget...

       Aku melihat jadwal ujian semester di tanganku. Minggu depan ujian semester saatnya belajar ekstra. Lara sudah sibuk dengan fotocopiannya, aku meninggalkannya di ruang fotocopi. Aku berjalan di koridor kampus, eh itu Bang Elang bareng Bang Alca dan beberapa temannya. Aku mendekati mereka yang sedang duduk di sisi koridor...

“Hai...” sapaku, Bang Elang menoleh.

“Hai Cher...” balas Bang Elang, aku ngelirik Bang Alca dia masih asyik ngobrol dengan temannya.

“Jadwal ujian ya...” ucap Bang Elang sambil meraih kertas di tanganku, aku mengangguk.

“Kantin yuk...” ajak teman Bang Elang.

“Yuk...” ucap Bang Elang

“Iya sudah lapar ne...” ucap temannya yang lain.

“Kalau kamu nggak usah heran Beno, tiap detik juga lapar...” ucap Bang Alca, o..ini yang namanya Beno.

“Haha...tiap detik ya...” ucap Bang elang sambil tertawa. Bang Beno menggaruk-garuk kepalanya dan berdiri.

“Yok lah...” ucapnya nggak sabar.

“Iya..” ucap Bang Elang, lalu berdiri dan yang lain ikutan berdiri.

“Aku pulang dulu Bang...” ucapku.

“Cepat banget, yuk kantin dulu Beno mau mentraktir kita...” ucap Bang Elang, Bang Beno kaget. Aku senyum... Bang Elang lalu menarik tanganku. Aku terpaksa ikut mereka, kami ke kantin. Suasana kantin cukup ramai siang ini. Kami duduk di tenggah kantin lalu memesan makanan dan minuman. Berada di antara mereka sangat menyenangkan, mereka lucu-lucu. Aku duduk di antara Bang Elang dan Bang Alca. Di depan kami duduk Bang Beno dan seorang temannya bernama Aron. Mereka makan sambil bercerita. Aku melihat kak Keisya masuk ke dalam kantin, aku melihat dia berjalan menuju meja sudut. Aku melihat ke meja sudut, rupanya ada Bang Anggara di sana dengan seorang temannya. Kak Keisya dan kedua temannya lalu duduk di depan Bang Anggara. Kak Keisya itu cantik dan populer di kampus. Tapi kok sikapnya sedikit menjengkelkan ya...

“Hei lagi liati apa?” Bang Elang menegurku, aku langsung mengalihkan perhatianku dari Bang Anggara dan Kak Keisya. Ntar Bang Elang bilang lagi aku naksir Bang Anggara. Malas dengar ledekannya...

“Nggak ada cuma lagi memperhatikan kantin aja.” ucapku asal.

“Kenapa? Mau buka kantin baru...” ucap Bang Elang, aku mencibir.

“Bagus juga itu Cher, ntar kami nongkrong di situ terus.” ucap Bang Beno

“Iya lo buat rugi, ntar lo makan terus dan nggak bayar alias ngutang...” ucap Bang Aron. Kami senyum.

“Wah Ron... fitnah banget lo ya...” ucap Bang Beno sambil menatap Bang Aron lalu..

“Aku bakalan menguntungkan kantinmu Cher.” ucapnya lagi sambil menatapku.

“Kalau aku nongkrong ntar cewek-cewek pada nongkrong juga di kantin Cher. Mengagumi ketampanan Bang Beno...” ucap Bang Beno serius, Bang Aron terbatuk sedang Bang Elang dan Bang Alca tertawa ngakak.

“Pe-de banget lo Ben, yang ada cewek-cewek itu pada ngehindar darimu takut makanannya dicuri olehmu.” ucap Bang Alca, aku teringat roti Bang Alca yang di tukar Bang Beno dengan spon. Bang Beno senyam senyum tak jelas dasar gokil ini cowok. Lalu handpone Bang Elang berbunyi. Bang Elang menjawabnya.

“Ya Fin...” ucapnya.

“Oh...oke, aku kesana...” ucapnya, lalu menutup pembicaraan dengan orang yang menelponnya.

“Eh guys.. aku pergi dulu ya ada urusan dengan Alfin.” ucap Bang Elang lalu meletakkan uang di meja.

“Ye.. urusan anak pencinta alam kayaknya neh...” ucap Bang Beno.

“Ben nih bayar makanan kita...” ucap Bang Elang menyerahkan uang, tanpa mengubris perkataan Bang Beno.

“Asyik ditraktir...” ucap Bang Beno girang.

“Alc...ntar tolong antar Cherise ya...” ucap Bang Elang.

“Nggak usah aku bisa pulang sendiri kan masih siang...” ucapku.

“Nggak, kamu diantar Alca aja. Sudah ya aku pergi dulu...” ucap Bang Elang sambil mengacak rambutku lembut. Lalu Bang Elang berdiri dan berjalan keluar dari kantin.

“Kalau kamu nggak mau diantar Alca, aku aja yang antar kamu Cher...” ucap Bang Beno, aku senyum.

“Sudah Beno bayar dulu makanan kita sana.” ucap Bang Alca.

“Ya...aku tahu aku nggak masuk rekomendasi mengantar si Makhluk cantik...” ucap Bang Beno sambil berdiri lalu berjalan ke kasir membayar makanan kami. Aku senyum melihat tingkah Bang Beno.

“Yuk Cher...” ucap Bang Alca sambil berdiri. Aku mengangguk dan berdiri Bang Aron ikut berdiri. Setelah Bang Beno kembali bergabung dengan kami, kami keluar kantin ku melirik ke sudut kantin. Tepat pada saat Bang Anggara melihat ke arah kami. Aku langsung memalingkan wajahku. Semoga dia nggak perhatikan tadi aku melihat ke arahnya... Kami pisah di parkiran dengan Bang Aron dan Bang Beno yang masih bertahan di parkiran karena ada temannya yang mengajak mengobrol. Bang Alca mengantarku pulang.

                                                                                                            *****

       Hari terasa berlalu dengan cepat dan tidak terasa sekarang aku sudah ada di semester tiga, masih dengan sahabatku Lara dan kedua abang terbaikku. Rasanya hari-hariku di kampus begitu menyenangkan meski janji ketemu dengan sahabatku masa SMU belum kesampaian mereka pada sibuk, heran masih semester baru kok sudah sibuk. Yah..mungkin di kampus mereka, mereka banyak kegiatan mereka memang dari SMU selalu aktif dalam organisasi apalagi Aldora. Semoga kan segera ketemu dengan mereka...

“Cher, temani ke jurusan yuk...” ucap Lara, kami sedang berjalan keluar dari ruang perkuliahan.

“Ngapain ke jurusan...” tanyaku, semester ganjil sudah berjalan mid test juga sudah berlalu.

“Aku mau lihat pengumuman beasiswa...” ucap Lara.

“Emang kita sudah boleh mengajukan ya?” tanyaku.

“Boleh dong, asal nilai kita cukup aja.” ucap Lara.

“O...gitu...” ucapku lalu kami berjalan ke arah jurusan. Tak jauh dari kami Kak Keisya dan teman-temanya berjalan ke arah yang berbeda dengan kami. Mereka berjalan sambil bercanda dan membawa minuman di cup. Aku dan Lara cuek aja, tapi saat sudah berdekatan dengan kami. Minuman di tangan Kak Yana temannya Kak Keisya ditumpahkan ke Lara... Loh... kami kaget...

“Upss...sorry ngak sengaja...” ucapnya.

“Ihh... jadi kotor ya...” ucap Kak Meisy teman Kak Keisya satu lagi. Lalu membersihkan baju Lara yang terkena minuman Kak Yana. Tapi bukannya jadi bersih malah makin kotor.

“Sudah kak nggak apa-apa, biar aku aja yang bersihin.” ucap Lara, aku membantu Lara membersihkan bajunya.

“Hei...kamu menolak bantuan kami.... Sok cantik dan kecentilan kamu ya...” ucap Kak Keisya terlihat jengkel. Yang centil siapa? Bukannya dia...

“Bukan kak...hanya...” Lara tak melanjutkan perkataannya.

“Kami nggak mau merepotkan kakak...” ucapku melanjutkan perkataan Lara.

“Emang aku ada ngajak ngomong kamu...” ucapnya ketus sambil menunjuk ke aku. Aku terdiam... Menjengkelkan sekali senior satu ini buat kesal aja. Aku menahan diriku untuk tidak emosi.

“Jangan menghalangi jalan.” Sebuah suara menghentikan aksi Kak Keisya dan teman-temannya. Aku menoleh, Bang Anggara...

“Eh...Anggara...” ucap Kak Keisya berubah manis. Isss...dasar rubah betina... Kak Keisya lalu mendekati Bang Anggara, aku menatap Lara yang kelihatan takut.

“Ayo kita pergi...” ucapku pada Lara sambil menarik tangannya.

“Hei mau kemana?” tanya Kak Yana.

“Sudah biar aja mereka pergi, menggangu orang untuk jalan kalau masih berdiri di sini terus.” ucap Bang Anggara. Kak Yana senyum pada Bang Anggara.

“Ya sudah sana pergi...” ucap Kak Yana, lalu aku menarik lengan Lara dan berjalan menjauh dari mereka. Uh..untung tadi ada Bang Anggara... Ku lihat wajah Lara sedih dan tangannya masih membersihkan bajunya yang basah.

“Sudah besok aja kita ke jurusan, sekarang pulang aja yuk...” ajakku Lara mengangguk lalu kami pulang hmmm...mereka sangat menjengkelkan... Apa sirik ya karena Lara cantik, toh mereka juga cantik. Mungkin takut saingan takut kehilangan pamor sebagai cewek tercantik di fakultas kami huh.. ada-ada saja... Akhirnya aku dan Lara pulang.

       Aku keluar dari sebuah toko di dalam mall, semua titipan mama sudah ku beli. Hari ini aku belanja lumayan banyak. Aku berjalan melewati toko-toko yang memamerkan produk-produk andalannya. Sebenarnya belanja sendiri itu enggak seru, kalau ada teman kan lebih menyenangkan. Aku teringat saat masih bareng teman-teman kalau belanja bareng mereka seru. Terkadang kami hanya jalan keluar masuk toko tanpa membeli apa pun. Kami suka mencoba sepatu, baju dan bermain di area boneka. Aku tersenyum mengingat semua itu, aku memperhatikan toko-toko yang ramai pengunjung. Aku berjalan lambat hanya untuk mengenang kebersamaanku dengan sahabat-sahabatku. Huh.. jadi kangen dengan sahabat-sahabatku...

“Hei...” seseorang menyapaku, aku menoleh Bang Alca...

“Eh...Bang...” ucapku kaget, Bang Alca senyum.

“Kok jalan sambil melamun?” ucapnya aku senyum.

“Hehe..nggak apa-apa...” ucapku sambil senyum.

“Banyak banget belanjaannya...” ucapnya sambil melihat barang belanjaan di tanganku.

“Iya tadi mama banyak pesan barang...” ucapku.

“Sini biar aku bantu bawa, kamu masih mau belanja lagi?” tanya Bang Alca, aku menggeleng. Bang Alca meraih plastik-plastik berisi barang belanjaanku.

“T’rima kasih Bang...” ucapku.

“Jadi kamu mau pulang?” tanyanya

“Iya...” jawabku.

“Ya sudah kamu bareng aku aja, aku juga mau pulang.” ucap Bang Alca.

“Nggak usah Bang jadi merepotkan.” ucapku.

“Merepotkan apa kamu ini kayak baru kenal aku aja...” ucap Bang Alca, aku senyum.

“Kamu kok belanja sendiri?” tanya Bang Alca.

“Iya mama nggak sempat, adikku juga sibuk...” jawabku, kami berjalan menuju pintu keluar mall.

“Kamu berapa bersaudara?” tanya Bang Alca.

“Empat dan kami cewek semua, aku punya seorang kakak dan dua orang adik...” ucapku menjelaskan hal yang sebenarnya belum di pertanyakan Bang Alca.

“Abang berapa bersaudara?” tanyaku balik.

“Sama 4 juga...” ucapnya.

“Aku anak paling kecil, aku punya dua kakak dan seorang abang...” ucapnya lagi.

“Wah asyik ya punya abang dan kakak jadi komplit...” ucapku.

“Kurang komplit kan nggak punya adik...” ucapnya lagi.

“Loh...aku kan adik Abang...” ucapku sambil menoleh padanya. Bang Alca tertawa...

“Ya beda dong, maksudnya adik kandung.” ucap Bang Alca.

“Ah...sama aja...” ucapku cuek.

“Ya terserah deh...” ucapnya, aku tersenyum dalam hati. Selalu saja mengalah nggak pernah ada perlawanan dari Bang Alca. Kami sudah tiba di pelataran parkir. Bang Alca menyerahkan barang belanjaanku kepadaku dan kemudian menghidupkan mesin motornya. Lalu menyuruhku naik ke boncengannya. Hari ini kembali pulang diantar Bang Alca...

        Aku duduk di bangku di bawah pohon akasia yang rindang depan ruangan perkuliahan, suasana siang ini sudah sepi. Aku ada jam kuliah lagi siang ini jadi aku menunggu di dekat ruang perkuliahan sambil membaca buku. Cuaca lumayan bersahabat tidak terlalu terik membuatku betah duduk di bawah pohon sambil membaca. Angin bertiup lembut, ada beberapa daun yang terjatuh di hembus angin. Jatuh di tanah, rerumputan dan bangku tempat aku duduk. Angin mempermainkan rambutku perlahan, sedikit mengusikku. Aku merapikan rambut yang menutup sedikit mataku, aku menaikkan wajahku. Aku kaget ternyata ada orang di depanku. Bang Anggara... dia berdiri di depanku sambil menatapku. Aku mencoba senyum meski aku tahu dia tidak akan membalas senyumanku.

“Kenapa masih di kampus?” tanyanya, Bang Anggara mengajakku bicara?

“Nanti ada jadwal kuliah Bang...” jawabku sambil senyum. Dan benar tebakanku dia tidak membalas senyumanku. Lalu dia mendekat dan duduk di sisiku, ini adalah pertama kali aku duduk begitu dekat dengan Bang Anggara. Aku pura-pura melanjutkan bacaanku padahal sumpah aku nggak konsentrasi lagi karena kehadirannya. Aku membaca bukuku tapi aku hanya mengulang membaca satu baris kalimat karena otakku tidak bisa mencerna kalimat itu dengan benar. Aduh...kok jadi grogi gini ya.

“Baca apa kok sepertinya serius amat...” suara Bang Anggara membuatku semakin gelisah.

“Mmm...diktat Bang...” jawabku sambil tetap menatap ke bukuku.

“Ada kuis ntar?” tanyanya lagi.

“Nggak sih Bang, cuma mau baca aja...” jawabku, berusaha mengatur suaraku supaya jangan terlihat gugup.

“O...” ucapnya, aku mengatur nafasku yang sedikit terganggu akibat kehadirannya di dekatku. Oh my God, kok jadi gini ya...

“Gimana kuliah di kampus ini?” tanyanya, aku menoleh padanya dan dia sedang melihat ke arahku. Hufff...

“Mmm...menyenangkan...” ucapku berusaha bersikap biasa. Lalu dia menatap ke depannya.

“Baguslah berarti kamu nggak salah ambil jurusan sepertiku...” ucapnya, Bang Anggara salah jurusan? Angin mempermainkan rambutnya tapi itu tidak mengubrisnya. Dia tetap memandang ke depan. Sejenak aku terpana dengan pemandangan di sampingku. Dia terlihat santai dengan baju kaos oblong putih dan celana jeans birunya. Dia duduk bersandar di sandaran bangku, tangannya dilipat di dada, kakinya yang panjang terjulur ke depan, di bahunya tersandang tas ransel hitam. Bang Anggara benar-benar keren, beberapa daun jatuh di pangkuannya. Dia tidak tergubris dengan hal itu lalu dia menutup matanya.

“Kamu membaca aja, aku nggak akan mengganggumu...” ucapnya membuatku kaget dan tersadar kalau aku dari tadi terus memperhatikannya. Aku lalu memalingkan wajahku dari pandangan akannya. Aku kembali melihat ke bukuku, apa dia tahu kalau aku tadi memperhatikannya. Huh dasar diriku... Meski tidak terlalu konsentrasi tapi aku tetap berusaha membaca bukuku. Aku melirik Bang Anggara, apa abang itu tidur? Dia masih menutup matanya. Benar kata Bang Elang dia terlihat bersahabat saat tidur hehehe... Aku kembali mencoba konsentrasi dengan bacaanku. Dan akhirnya bisa tenggelam dalam bacaanku. Aku memegang tengkukku yang pegal, aku mengerak-gerakkan kepalaku dan memijat tengkukku yang pegal. Aku menaikkan wajahku lalu menoleh ke samping. Upss... Bang Anggara sedang menatapku, bukannya dia tadi tidur ya...

“Serius banget...” ucapnya aku hanya tersenyum. Lalu Bang Anggara menatap ke depannya.

Thanks, sudah menjagaku selama aku tertidur tadi. Huaaammm...” ucapnya sambil mengerakkan tangan dan badannya lalu bangkit berdiri. Aku menatapnya aneh, aneh dengan sikapnya yang sulit ditebak. Aku menatapnya dari belakang. Lalu dia pergi begitu saja tanpa menoleh lagi. Aku mendesah pelan, aku selalu tidak bisa menduga sikapnya. Cuma satu yang bisa ku duga darinya...selalu tanpa ekspresi dan tidak pernah membalas senyuman.

                                                                                                            *****

       Hujan turun di sore ini, aku menatap air hujan yang jatuh dari atap. Aku masih berada di kampus sore ini dan baru saja selesai kuliah. Aku berdiri di depan ruangan perkuliahan beberapa teman menembus hujan dengan payung atau yang naik mobil sih nggak masalah dengan hujan ini. Dan beberapa teman yang lain sejak kuliah dinyatakan selesai langsung aja berjalan cepat ke kantin. Di kantin banyak inspirasi kata mereka karena itu mereka suka nongkrong di kantin. Inspirasi atau emang suka ngerumpi  ;)

Aku memandang hujan dengan galau...sampai jam berapa nih hujan. Aku melihat arlojiku, sudah jam 5 sore. Hujan please.. berhenti supaya aku bisa pulang. Aku melihat ke sekelilingku cuma beberapa mahasiswa aja lagi yang bertahan di sini. Eh...itu Bang Anggara, dia berlari dan berteduh di depan ruang perkuliahan. Dia menyisir rambutnya dengan tangannya, bajunya sedikit basah. Dia mengusap wajahnya dengan tangannya. Dan melipat tangannya di dada lalu menatap hujan. Sepertinya dia kedinginan karena terkena hujan. Bang Anggara ternyata belum pulang juga. Angin sedikit kencang, udara semakin dingin. Aku mengusap-usap lenganku tiba-tiba ada yang menyelimutkan jaket di bahuku. Aku menoleh Bang Alca, dia senyum. Lalu berdiri di sisiku.

 “Baru selesai kuliah..” ucapnya sambil menatap ke depan.

“Iya Bang..” jawabku, Bang Alca masih di kampus juga.

“Bang Elang mana?” tanyaku.

“Elang tadi pergi dengan Aron katanya sih ada urusan...” ucap Bang Alca.

“O...” ucapku lalu kembali melirik ke arah Bang Anggara yang masih setia diposisinya. Lalu kami diam, suara air hujan mengisi keheningan diantara kami. Tiba-tiba suara petir mengagetkanku, aku memegang dadaku. Aduh ada petir lagi, aku sedikit mundur dari posisi berdiriku semula. Bang Alca melihatku lalu ikutan mundur.

“Wah...hujannya makin deras dan ada petir lagi...” ucapku dan suara petir terdengar lagi aku kaget lagi, kali ini suaranya lebih keras. Spontan aku memegang lengan Bang Alca, sambil menunduk ngeri. Cahaya petir berkelebat dari langit menerangi bumi. Bang Alca menarikku untuk duduk di bangku depan ruangan. Sedikit tenang karena ditemani Bang Alca. Karena bunyi petir yang membuat kaget aku sampai lupa dengan Bang Anggara. Aku menoleh kearah posisi Bang Anggara tadi. Dia sudah nggak ada di sana lagi. Aku melihat ke kiri dan kanan.

“Cari siapa?” tanya Bang Alca, aku menggeleng.

“Nggak ada Bang...” ucapku, hmm... mungkin Bang Anggara sudah pulang menembus hujan yang masih lebat ini. Aku dan Bang Alca menunggu hujan berhenti dan syukurnya hujan akhirnya berhenti beberapa saat kemudian. Air hujan masih menetes dari atas atap, aku dan Bang Alca berjalan ke parkiran. Saatnya pulang...

                                                                                                   *****

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Move On
208      174     0     
Romance
"Buat aku jatuh cinta padamu, dan lupain dia" Ucap Reina menantang yang di balas oleh seringai senang oleh Eza. "Oke, kalau kamu udah terperangkap. Kamu harus jadi milikku" Sebuah awal cerita tentang Reina yang ingin melupakan kisah masa lalu nya serta Eza yang dari dulu berjuang mendapat hati dari pujaannya itu.
Half Moon
987      531     1     
Mystery
Pada saat mata kita terpejam Pada saat cahaya mulai padam Apakah kita masih bisa melihat? Apakah kita masih bisa mengungkapkan misteri-misteri yang terus menghantui? Hantu itu terus mengusikku. Bahkan saat aku tidak mendengar apapun. Aku kambuh dan darah mengucur dari telingaku. Tapi hantu itu tidak mau berhenti menggangguku. Dalam buku paranormal dan film-film horor mereka akan mengatakan ...
November Night
335      234     3     
Fantasy
Aku ingin hidup seperti manusia biasa. Aku sudah berjuang sampai di titik ini. Aku bahkan menjauh darimu, dan semua yang kusayangi, hanya demi mencapai impianku yang sangat tidak mungkin ini. Tapi, mengapa? Sepertinya tuhan tidak mengijinkanku untuk hidup seperti ini.
Hujan Bulan Juni
324      217     1     
Romance
Hujan. Satu untaian kata, satu peristiwa. Yang lagi dan lagi entah kenapa slalu menjadi saksi bisu atas segala kejadian yang menimpa kita. Entah itu suka atau duka, tangis atau tawa yang pasti dia selalu jadi saksi bisunya. Asal dia tau juga sih. Dia itu kaya hujan. Hadir dengan serbuan rintiknya untuk menghilangkan dahaga sang alang-alang tapi saat perginya menyisakan luka karena serbuan rintikn...
Sang Penulis
8495      1930     4     
Mystery
Tak ada yang menyangka bahwa sebuah tulisan dapat menggambarkan sebuah kejadian di masa depan. Tak ada yang menyangka bahwa sebuah tulisan dapat membuat kehidupan seseorang menjadi lebih baik. Dan tak ada juga yang menyangka bahwa sebuah tulisan dapat merusak kehidupan seseorang. Tapi, yang paling tak disangka-sangka adalah penulis tulisan itu sendiri dan alasan mengapa ia menuliskan tulisan i...
Sweet Sound of Love
476      314     2     
Romance
"Itu suaramu?" Budi terbelalak tak percaya. Wia membekap mulutnya tak kalah terkejut. "Kamu mendengarnya? Itu isi hatiku!" "Ya sudah, gak usah lebay." "Hei, siapa yang gak khawatir kalau ada orang yang bisa membaca isi hati?" Wia memanyunkan bibirnya. "Bilang saja kalau kamu juga senang." "Eh kok?" "Barusan aku mendengarnya, ap...
The War Galaxy
11262      2334     4     
Fan Fiction
Kisah sebuah Planet yang dikuasai oleh kerajaan Mozarky dengan penguasa yang bernama Czar Hedeon Karoleky. Penguasa kerajaan ini sungguh kejam, bahkan ia akan merencanakan untuk menguasai seluruh Galaxy tak terkecuali Bumi. Hanya para keturunan raja Lev dan klan Ksatrialah yang mampu menghentikannya, dari 12 Ksatria 3 diantaranya berkhianat dan 9 Ksatria telah mati bersama raja Lev. Siapakah y...
Perfect Love INTROVERT
9215      1723     2     
Fan Fiction
Kenangan Masa Muda
5729      1617     3     
Romance
Semua berawal dari keluh kesal Romi si guru kesenian tentang perilaku anak jaman sekarang kepada kedua rekan sejawatnya. Curhatan itu berakhir candaan membuat mereka terbahak, mengundang perhatian Yuni, guru senior di SMA mereka mengajar yang juga guru mereka saat masih SMA dulu. Yuni mengeluarkan buku kenangan berisi foto muda mereka, memaksa mengenang masa muda mereka untuk membandingkan ti...
THE WAY FOR MY LOVE
412      317     2     
Romance