Waktu berjalan begitu cepat. Rahma pun kembali setelah ia menghilang satu bulan lamanya. Deni bersyukur bisa melihat Rahma lagi hari ini. Ia bilang bahwa selama satu bulan ini ia menjalani pengobatan di singapore. Ia tidak ingin membuat orang lain khawatir, namun kali ini ia membiarkan Deni tahu. Sebenarnya bukan hanya itu alasan Rahma. selama satu bulan ini pula ia menjalani terapi untuk hatinya. Hati kecilnya yang selama ini ia tutupi. ‘Memaafkan’ adalah satu kata yang begitu ia hembus-hembuskan pada Deni namun selama satu bulan ini sulit sekali dirinya untuk memaafkan hatinya sendiri. Hatinya yang lemah lagi sakit.
“Kamu baik-baik saja kan Ma?” tanya Deni. mereka berdua duduk di taman dekat komplek. Rahma harus memberi penjelasan panjang lebar setelah ia menjalani perawatan selama satu bulan.
“Aku baik-baik saja. Kamu sudah mendengar semua ceritanya dari Ika kan?” tanya Rahma. Suaranya lemah. Entah rasa sakit bagian mana yang Rahma tahan.
“Iya. Tapi aku butuh penjelasan langsung dari kamu Ma”
“Sama saja Den. Penjelasannya tidak akan berbeda dengan penjelasan Ika” ucap Rahma meyakinkan Deni. “Bagaimana kabar Ika? Bagaimana hubungan kalian?” tanya Rahma. Deni terkejut dengan pertanyaan Rahma.
“Hubungan? Hubungan apa maksud kamu?”
“Apakah kamu sudah bisa menerima Ika? Berteman dengan Ika dengan cara yang tulus?” selidik Rahma. terakhir ia bersamanya, Deni masih dingin terhadap Ika. Ika memang tidak pernah salah membaca sikap Deni, hanya saja kali ini Rahma tidak bisa untuk berkata jujur.
“Ya sama seperti hari-hari biasanya”
“Itu artinya apa yang aku sampaikan tidak kau dengar Den” Rahma kecewa mendengar jawaban Deni.
“Terus aku harus bagaimana?” suara Deni sedikit meninggi. Rahma terkejut dan menatap Deni sedikit tajam. “Maafkan aku. Aku salah” Deni menyadari Rahma terganggu dengan ucapannya barusan.
“Kalau kamu sudah memaafkan Ika dengan tulus, kamu akan melindungi Ika sama seperti caramu melindungiku, Den” Rahma menatap mata Deni dengan sangat dekat. “Aku mohon dengarkan aku Den, jaga Ika seperti caramu menjaga aku. Maafkan dia seperti apa yang selalu ibumu katakan. Maafkan kesalahan orang lain. Maafkan kesalahan Ika. Dengarkan kata-kataku, ikuti kata-kataku”
Deni melihat mata Rahma yang berkaca-kaca. Deni kemudian mengalihkan pandangannya. Ia menundukkan matanya. Merenungi kembali kata-kata Rahma. Memang benar ia belum sepenuhnya memaafkan Ika. Memang benar masih ada yang menyekat hatinya untuk Ika. Memang benar apa yang dikatakan Rahma.
“Kalau sudah hilang sekat dalam hatimu untuk Ika, aku yakin hati kalian bisa menyatu” sambung Rahma. Rahma tidak percaya Deni menolak Ika jika bukan karena dendam kesumat yang masih mengganjal di hatinya. Rahma tahu Deni menyukai Ika, namun karena alasan dendam, hati Deni tidak pernah bisa terbuka. Sedangkan dirinya hanya bayang-bayang dari ibu dan kakaknya yang harus ia lindungi, tak lebih. Rasa itu tertambat dalam untaian jaring-jaring kebencian. Kalau saja Deni mau mendengarkan Rahma, Deni pasti akan menemukannya.
Deni mencoba mengerti apa yang dimaksud Rahma. Ini pasti berhubungan dengan hal yang disampaikan Dido tempo hari. Ika menyukaiku? Dan aku menyukainya?, batin Deni. tiba-tiba ia terngat kalimat ‘Raymon mulai mengerti bahasa cinta Laura meskipun Laura tidak pernah mengungkapkannya’.
^^^
“Ibu, apa yang harus aku lakukan?” Deni terduduk dan meletakkan kepala di pangkuan ibunya. Ia benar-benar kalut dengan perasaannya. Tangan halus ibunya mengelus-elus kepala Deni dengan penuh kelembutan.
“Ikutilah hati yang bercahaya Nak. Kelak kau akan menemukan jawaban yang sebenarnya” ucap ibunya dengan lembut.
Deni mendengar kata-kata ibunya dengan seksama. Ikutilah hati yang bercahaya.