Sore itu Deni memberanikan diri melangkahkan kaki menuju suatu tempat yang belum pernah ia datangi sebelumnya. Hari ini jadwalna. Sesuai poster yang ia lihat di pintu masuk toko buku waktu itu. Hari ini waktunya. Kelas umum astronomi. Deni menghadirina seorang diri. Ia sudah meminta agar Dido juga ikut, namun ia harus menghadiri kegiatan ekstra karya ilmiah remaja.
Dengan langkah gontai beserta tas cangklong yang ia kenakan, Deni memasuki gedung yang sering ia lewati namun baru kali ini ia memasukinya. Tertulis besar di atas gedung itu nama himpunan astronomi kotanya. Pertama kali memasuki gedung, Deni dibuat takjub dengan poster-poster berukuran besar yang terpangpang di dinding ruangan. yang pertama adalah poster seorang astronot dengan pakaian lengkapnya yang sedang memegangi bendera rusia. Di sebelahnya, poster evolusi fase bulan, urutan planet dalam tata surya serta beberapa konstelasi rasi bintang. Beberapa diantaranya Deni tahu namun sebagian besar lagi ia tak menghafalnya.
Bangunan itu begitu luas namun lengang. Yang Deni temukan adalah sebuah petunjuk yang tertulis yang menunjukkan arah ruangan kelas umum astronomi. Deni mengikuti petunjuk itu. ruangan yang lengang dan gelap namun Deni masih bisa melihat arah-arah dari petunjut itu. Deni berjalan menaiki tangga, berjalan ke arah kanan, kemudian kiri, kemudian kanan lagi dan ia temui beberapa orang yang belalu lalang. Ia juga melihat sebuah meja resepsionis yang berada di dekat pintu masuk. Itu tempatnya, batin Deni.
Dengan perasaan senang, Deni menghampiri meja resepsionis dan alangkah kaget ketika ia mendapati Rahma duduk menjaga meja tersebut.
“Rahma?” tanya Deni tidak menyangka akan bertemu Rahma di tempat seperti ini. Selalu saja ada kejadian yang mempertemukan mereka apalagi di tempat-tempat yang tidak terduga.
“Ko bisa sampai sini?” tanya Rahma.
“Hm.... takdir” jawab Deni. Ia tak tahu harus berkata apalagi. Memang benar takdirnyalah yang mempertemukan mereka sore ini di sini. “Kemarin aku melihat pengumuman kegiatan ini di pintu masuk toko buku dekat sekolah” jelasnya.
“Kalau begitu selamat datang di kelas astronomi” ucap seseorang yang duduk di samping Rahma menjaga meja registrasi. Mereka meminta ID setiap peserta dan menggantinya dengan ID yang menunjukkan peserta kelas astronomi. ID asli mereka akan dikembalikan ketika mereka mengembalikan ID sebagai peserta.
Deni memilih tempat duduk di bagian tengah. Meskipun pemateri sudah datang, kelas masih belum di buka. Cukup banyak peserta yang hadir pada kelas itu dengan usia yang beragam pula dari mulai bapak-bapak sampai anak SD yang ditemani ibunya, lebih banyak lagi siswa-siswa SMA, kemudian baru disusul kalangan mahasiswa. Ketika waktu menunjukkan pukul 16.30 barulah MC membuka acara. Rahma mengambil tempat duduk tepat di samping Deni.
“Sudah lama ikut kegiatan begini?” kali ini Deni melihat sisi lain dari Rahma.
“Sudah sejak 5 tahun yang lalu” ucapnya sambil tersenyum manis ke arah Deni.
“Berarti sudah jago dong?”
“Tidak juga”
Pemateri mulai membuka slide pertamanya. Seluruh peserta fokus pada penjelasan materi. Tema yang dibawakan hari ini adalah ‘Riwayat Hidup Bintang’ yang disampaikan oleh mahasiswa astronomi yang didatangkan dari kampus ternama di Indonesia. Deni mencatat beberapa poin, dalam penjelasan pemateri ia mendapatkan ilmu baru.
“Sejak ribuan tahun lalu, manusia sudah sadar akan kemapanan konfigurasi benda langit termasuk terciptanya sistem musim, kalender, bahkan prediksi fenomena gerhana. Namun adakalanya kemapanan ini terusik dengan munculnya beragam benda khususnya di kubah langit malam. Misal penampakan bintang berekor (komet) dan bintang jatuh (meteor). Salah satu yang menarik perhatian adalah pemunculan ”bintang baru” (guest star), yang kemudian istilah ini disebut sebagai nova, supernova, dan hipernova”.
“Supernova adalah fenomena ledakan bintang sehingga membuat bintang terlihat sangat terang. Supernova semakin banyak ditemukan dari waktu ke waktu. Hal ini memicu perkembangan teori evolusi bintang untuk menjelaskan beragam fenomena supernova. Teori evolusi bintang sendiri dikembangkan mulai dari tahapan bintang lahir sampai menuju kematiannya. Kemudian dari perjalanannya, teori tentang berakhirnya riwayat bintang pun bermunculan. Salah satunya adalah teori tentang ledakan bintang yang melahirkan ragam teori tentang terbentuknya bintang neutron, pulsar (pulsating radio sources, bintang neutron yang berotasi sangat cepat dan memancarkan gelombang radio), dan lubang hitam (black hole, benda langit yang memiliki gaya gravitasi sedemikian besar sehingga cahaya pun tidak dapat lepas dari permukaannya)” jelas pemateri.
“Jadi bintang itu bisa mati dan terlahir kembali?” tanya Deni memastikan apa yang ditangkapnya.
“Iya” jawab Rahma pendek. Penjelasan panjangnya akan disampaikan oleh pemateri kemudian.
Penjelasan materi berlangsung selama 1 jam. Setelah penjelasan pemateri, selanjutnya adalah sesi tanya jawab selama setengah jam dan kemudian akan di break untuk shalat maghrib dari jam 18.00-19.00.
Pada sesi tanya jawab beberapa orang melontarkan pertanyaan dan dijawab langsung oleh pemateri. Jika pemateri tidak bisa menjawab maka pertanyaan akan dilempar kepada peserta terutama kepada pengurus himpunan astronomi yang lebih mendekati sebagai praktisi.
“Jadi sebenarnya bagaimana evolusi bintang itu terjadi?” tanya seorang peserta. Pemateri langsung menjawab pertanyaan peserta namun menurut Rahma jawaban yang dilontarkan terlalu berbelat-belit dan kurang sistematis. Hingga terjadi penanya masih kurang puas dengan jawaban pemateri.
“Iya, izinkan saya menambahkan. Jadi begini, bintang terbentuk dari nebula yang mengerut dan makin mampat akibat gaya gravitasi. Proses pengerutan akan meningkatkan suhu, sehingga nebula akan memijar dan menjadi protobintang. Bintang dapat terbentuk ketika temperatur pada pusat protobintang berkisar 10 juta K. Pada temperatur ini, fusi hidrogen dapat terjadi melalui rantai proton-proton dan reaksi ini dapat menghentikan pengerutan pada protobintang”
“Bintang terlahir ketika protobintang dapat memancarkan energi dalam seluruh rentang panjang gelombang. Dalam penelusuran jejak evolusinya, bintang-bintang yang baru lahir ini memasuki tahapan deret utama (zero age main sequence atau zams). Waktu yang dibutuhkan protobintang untuk menuju deret utama bergantung pada massanya. Hal ini sangat menentukan karena semakin besar massanya maka semakin cepat temperatur di pusat bintang meningkat. Dengan demikian akan semakin singkat waktunya untuk mencapai deret utama” ucap Rahma. kali ini penanya paham dan puas dengan jawaban Rahma. Ia mengangguk-angguk ke arah Rahma.
Pukul 18.05 kelas ditutup sementara. Rahma bersama Deni keluar gedung untuk menuju masjid terdekat. Selesai melaksanakan shalat, mereka memutuskan untuk makan karena masih banyak waktu yang tersisa.
“Benar ya, kamu jago astronomi. Kenapa tidak ikut olimpiade bidang astronomi saja?” tanya Deni sembari menunggu nasi goreng yang dipesannya.
“Sudah” jawab Rahma pendek. Pesanan mereka akhirnya datang. Sedari tadi perut Deni lapar karena belum makan siang.
“Kapan seleksi?” Deni menyendokkan nasi goreng ke dalam mulut.
“Hm... Jadwalnya sih minggu depan”
“Wah berarti kita bisa bersama. Aku, Dido, dan Kamu kita bisa tes bersama-sama di kota”
“Iya, ide yang bagus” ucap Rahma dengan mulut yang masih penuh nasi. Rahma menghentikan makannya ketika ia akan membicarakan topik lain. awalnya ia ragu namun seiring berjalannya waktu selama ini yang mereka jalani, Rahma berharap ada perubahan pada diri Deni.
“Oh iya Den, besok Ika akan mengikuti seleksi anggota paskibra kota. Kamu bisa datang buat dukung dia kan sama Dido juga” Rahma mencoba dengan sangat berhati-hati menyampaikan ini. Namun betatapun ia berusaha, Deni tetap marah. Ia meletakkan sendok nya dengan keras di atas piring nasi gorengnya.
“Kenapa sih kalian itu suka sekali sama Ika?”
“Den, kamu yang harus membuka mata. Semua yang terjadi pada takdir mu bukan salah Ika. Apakah Ika yang harus bertanggung jawab untuk semua ini? Bahkan kalau kamu bertanya pada Ika, dia tidak akan tahu menahu kejadian itu. Bukan salah Ika, Den”
“Aku tidak peduli Rahma. Satu keluarga itu tidak ada bedanya. Aku sudah mengamati ayahnya, ibunya. Mereka menutup kasus pembunuhan itu”
“Tapi Ika, waktu itu Ika tidak mengerti Den”
“Cobalah untuk mengerti keadaanku, Rahma”
“Den, sudahkan kamu memahami hati kecilmu sendiri? Aku yakin ibumu tidak pernah mengajari untuk berlaku dendam pada orang lain? Aku yakin ibumu adalah orang yang baik Den”
“Rahma, kalau kita ke sini hanya untuk membicarakan Ika, mungkin lebih baik aku pergi”
“Oke. Kita ganti topik” ucap Rahma sambil membuang pandangan. Namun setelah itu, tidak ada lagi pembicaraan diantara mereka. Hingga mereka kembali ke kelas dan hingga kegiatan berakhir mereka hanya terdiam tanpa bicara sepatah kata pun. Deni tahu Rahma marah padanya, namun dirinya pun belum siap menerima kehadiran Ika. Kalau bukan karena Ika teman baik Rahma, mungkin Deni akan menunjukkan sikap yang lebih sinis lagi. Hanya saja Deni sangat menghormati Rahma.
Rahma meminta supirnya untuk menjemput, sedangkan Deni pulang dengan motor maticnya. Ia berharap besok akan menjadi lebih baik. berharap esok hari bisa berbaikan kembali. Hidup Deni sudah cukup sepi apalagi tanpa kehadiran teman-temannya.