“Hidup ini nggak adil, kenapa disaat yang lain menikmati hidup mereka dengan bersenang-senang, aku harus menderita seperti ini, orang tua maupun orang lain selalu meremehkan dan menghinaku,dan kenapa setiap mereka menghina aku tidak bisa mengelak?dan kenapa setiap hinaan mereka benar?kenapa aku tidak bisa membuktikan bahwa aku bisa?jika kehidupan ini tak adil, apakah kematian akan adil?” gumam seorang gadis sambil menaiki tangga dan sampai di atap gedung tinggi. Dia berjalan perlahan ke pinggir gedung. “aku akan mencari keadilan.” ucap gadis itu perlahan sambil melangkahkan kakinya dan terjun bebas, rambutnya yang panjang berterbangan mengelilingi wajahnya, keluar tetesan air mata dari ujung matanya tatapan mata yang kosong, lalu gadis itu memejamkan matanya seakan pasrah, tapi dia merasa seperti ada yang memeluknya, dia juga bingung kenapa dia tidak-sampai-sampai ke tanah, gadis itu pun membuka matanya, matanya terbelalak melihat bahwa ada seseorang yang memeluknya dan mereka ada diangkasa, seorang pemuda yang begitu tampan, wajahnya begitu bersinar bagai bintang, mata yang indah, hidung dan bibir yang proporsional. Lalu wajah itu mendekati wajah gadis itu dan....gadis itu bangun diatas tempat tidurnya dan langsung duduk, dengan nafas yang terengah-engah. “Cuma mimpi? Kenapa aku nggak beneran terjun?” gumamnya. “Oila...” panggil seorang wanita paruh baya. “Ya ma, Oila mandi dulu.” sahut gadis yang bernama Oila. Oila pergi ke kamar mandi, sambil mandi dia memikirkan mimpinya itu.“Kenapa?Siapa dia? Kenapa bisa masuk ke mimpiku?” gumam Oila. “Oila!!! sudah jam berapa ini? Lelet banget si?” teriak mama dari bawah. “Iya ma.” Oila langsung menyudahi mandinya. Begitulah pagi Oila biasanya, kata-kata kasar seolah sudah jadi makanan pagi untuk Oila. Setelah sarapan, Oila pamit untuk menuju sekolahnya.
Dia sampai di sekolahnya dan memasuki kelasnya yang sudah ramai. “Oila, ini surat dispen yang dikeluarin sekolah, mulai hari ini kamu fokus ngerjain karya ilmiah itu aja.” ucap seorang guru yang ada disana. “iya bu.” sahut Oila. Guru itu pergi, lalu Oila mempersiapkan barang-barang yang akan dibawanya meneliti. “Oila.” panggil salah satu temannya yang bernama Reya. “ya?”sahut Oila. Lalu Reya duduk disampingnya, “katanya bakal ada murid baru lo.” kata Reya. “pindahan dari mana?” tanya Oila. “Nggak tau. Katanya dari luar negri.”jawab Reya. “Ya udah, aku kayanya nggak bisa lama-lama. Aku harus berangkat ke perpus, buat nyiapin keberangkatan besok. Aku nggak bisa ikut nyambut siswa baru. Dadah.” Oila bergegas pergi.
Waktu berlalu begitu cepat, Oila berjalan ke depan gerbang sekolahnya untuk pulang, tapi dia merasa risih karena seseorang terus mengikutinya di belakang. Oila berbalik, dilihatnya seorang laki-laki tinggi wajahnya seperti keturunan arab, dan itu kaka kelas Oila. “kaka dari tadi nguntit aku ya?” celetuk Oila. “GR, emang kamu siapa? Kenal aja nggak.”sahut kaka itu sambil melewati Oila. “terus ngapain dari tadi jalan dibelakang aku?” tanya Oila. “Bukan jalanan kamu juga kan?”ucap kaka itu tanpa menoleh. “nyebelin.” gumam Oila. Tanpa disadari Oila,dia sedang diperhatikan beberapa gadis berpakaian kekurangan kain,mereka berbisik-bisik sambil mencibir dan tertawa. “tapi kaka tadi siapa ya?”gumam Oila sambil berjalan. Para gadis yang tadi memperhatikan Oila masuk mobil dan melajukan mobil mereka dan mengelakson Oila dan membuat Oila terkejut, dan dengan sengaja para gadis itu menyerempet Oila hingga Oila terjatuh, lengan Oila langsung memar. Lalu mereka menghentikan mobil mereka dan membuka jendela,salah satu diantara mereka mengeluarkan kepala “makanya kalo jalan jangan di tengah.” mereka semua tertawa dan melajukan mobil lagi dengan kecepatan tinggi. Beberapa orang menghampiri Oila, beberapa orang membantunya berdiri. Tanpa ada yang menyadari, ada seorang laki-laki seumuran Oila, dengan tubuh yang atletis, wajah tampan yang berkulit segar menggerakan tangannya sedikit,dan terlihat seperti ada kilauan bintang keluar dari tangannya dan menuju mobil para gadis yang menyerempet Oila. Cahaya itu menyenggol sedikit ban mereka dan mobil mereka tergelincir menabrak gerbang yang akan dilewati mereka. Semua orang tertegun melihat kejadian itu dan berlari untuk menonton apa yang terjadi dengan para gadis yang ada di dalam mobil itu,setelah mengambil beberapa foto mereka menolong dan ada sebagian yang langsung pergi. Sedangkan Oila, dia masih berusaha menyeimbangkan tubuhnya. Dan kaka kelasnya yang keturunan arab tadi tiba-tiba memeganginya “makasih kak.”ucap Oila sungguh-sungguh. “iya,sama-sama. Kenalin gue Hamish.”ujar kaka itu. “kaka bisa manggil aku Oila.”ucap Oila tersenyum manis. “kenapa cewek semanis ini punya musuh?”batin Hamish. “mau pulang?”tanyanya. “iya.”jawab Oila. “bareng aja.” ajak Hamish. “emang kaka arah mana?”tanya Oila. “nggak papa,ayo.”paksa Hamish, Oila pun ikut saja. Mereka berjalan bersama, dan tetap tak ada yang menyadari kehadiran laki-laki yang seumuran Oila tadi.
Keesokan harinya, Oila berangkat ke sekolahnya untuk berkumpul sebelum berangkat untuk penelitian. “Oila, semuanya udah siap kan?”tanya guru yang akan membimbing Oila. “Siap Bu, alat-alat sudah saya cek, buku materi, sama alat-alat tulis dan laptop sudah siap.”jawab Oila. “ya udah tinggal berangkat.”ucap ibu Malya.
Saat mereka sudah sampai ditempat tujuan, Oila dan ibu guru membangun tenda dulu, “Bu,saya kan mau meneliti pengaruh ledakan bintang terhadap bumi, berarti saya kerjanya malamkan bu?” tanya Oila. “Iya, tapi ibu temenin kok, nggak usah takut.” ucap ibu guru dengan percaya diri.
Malampun tiba, Oila mulai melakukan penelitian. Dia memerhatikan bintang, mencari-cari sesuatu dibuku materi, lalu sesekali menatap langit. “Semangat, baru juga mulai.”ucap Oila pada dirinya sendiri. “udah dapet apa la?”tanya ibu guru. “Baru membedakan bintang muda sama tua bu, buat sampel.” jawab Oila. “Ini makanan yang kita makan malam ini.”kata ibu guru memberi sepiring nasi dengan telur ceplok dan sayur mi. “makasih Bu.” ucap Oila. “Bu saya mau masuk hutan sebentar bu.” ucap Oila. “Iya, ibu ikut.” kata ibu guru.Oila dan ibu guru masuk hutan, mereka meneliti pohon-pohon dan tanaman yang ada disana. Lalu Oila memandang langit malam yang begitu indah penuh bintang, lalu satu bintang yang paling terang mengalihkan perhatiannya, dan bintang itu berkedip dengan jelas. “indahnya.”gumam Oila sambil tersenyum. Lalu dia melihat jalanan yang dilaluinya,namun tanpa disadarinya dia sudah terpisah dari ibu Malya. “Eh,aku dimana? Ibu Malya mana?.”ucap Oila. Oila bingung harus menuju mana, karena dia melihat semua jalan sama. “Ngilang, jalanannya mana, aku tersesat.”gumam Oila. Lalu dia memilih jalanan yang harus dilaluinya, tapi Oila malah menuju jalan buntu yang diputus jurang. “Ini dimana?”ucap Oila takut. Oila berbalik ingin kembali ke jalan semuala, namun dia tergelincir dan jatuh, terguling ke dalam jurang, tapi Oila terhenti karena menabrak sebuah batang pohon yang cukup kuat untuk menopangnya. Oila berusaha untuk bangun dengan bersusah payah, namun tak bisa, dia merasa semua tulangnya seperti lepas, badannya penuh gores, dan luka, kepala berdarah karena terhantup pohon yang menopangnya. ”Tolong.” Oila berusaha mengeluarkan suaranya. memanggil dengan suara lemah. Oila tanpa sadar melihat cahaya yang menuju arahnya, lalu muncul seseorang, yang wajahnya tidak terlihat jelas karena membelakangi cahaya bulan. “Siapa?” Oila berusaha mengeluarkan suaranya. Lalu orang tadi perlahan mendekatinya. Semakin dekat orang itu semakin jelas wajahnya. “Wajahnya familiar.” batin Oila. Oila melihat orang itu mengeluarkan suatu botol kaca yang bersinar, Raoyel mendekatkan botol itu kewajah Oila, dan itu membuat Oila kesilauan, matanya merapat. Dia merasakan badannya menjadi semakin membaik, luka-luka yang seharusnya perihpun tak terasa lagi. Dan Oila membuka mata, matahari menyilaukan matanya, dia mengerak-gerakan jari-jari,lalu tangan,lalu kakinya secara bergantian dan perlahan. Dia melihat sikutnya, dan aneh, lukanya bersih, kering, tinggal pemulihan. “syukurlah, kamu udah bangun nak.” ujar ibu Malaya, Oila duduk “Bu gimana caranya saya bisa sampai sini?”tanya Oila. “Para petani yang mau keladang nemuin kamu. Mereka tau kalau ada kita bangun tenda disini.”jawab ibu Malya. “Selain para petani itu ada nggak Bu?” tanya Oila. “Ibu nggak ada liat kecuali orang yang bawa cangkul.”jawab ibu. “emang kenapa?”tanya ibu Malya balik. “Nggak, cuma mau mastiin aja.” jawab Oila. “Tapi kamu bisa nggak luka sedikitpun?” ucap ibu Malya heran. “Aku juga bingung bu, padahal aku ingat kalau aku terguling sampai nabrak pohon. Tapi aku nggak papa pas bangun disini.” Oila sama heranya dengan ibu Malya. “Ya udah, itu sekarang nggak terlalu penting, yang penting sekarang kamu selamat, baik-baik aja, bisa ngelanjutin penelitian.” kata ibu Malya. “iya.” sahut Oila masih merasa bingung.
Beberapa hari kemudian, Oila dan Ibu Malya sudah selesai mengambil beberapa sample. “Akhirnya bu kita selesai ngambil sample sama beberapa teori.” ujar Oila. “Iya, kita bisa pulang. Usaha kamu sangat patut diacungi jempol.” puji ibu Malya. “Makasih bu.” ucap Oila. Setelah membereskan barang-barang, mereka menuju sekolah, karena mereka pulang pagi.
Tak seberapa lama mereka sampai, “Bu, saya kekelas dulu, mau ketemu temen-temen.” ucap Oila. “Iya, tapi habis itu langsung ke lab.” kata ibu Malya. “Iya bu.” sahut Oila sambil pergi.
Oila masuk kelas dan langsung menghampiri Reya, “Rey?”panggil Oila tergesa, “Oi? Udah dateng, kamu nggak apa kan? Kamu beneran habis jatuh ke jurang?” tanya Reya khawatir. “Menurut yang aku ingat itu, tapi, anehnya aku baik-baik aja, cuma lecet-lecet ringan.” jawab Oila heran. “Udah lecet, ringan pula, bikin curiga nggak sih?” ucap Reya penuh keseriusan. “iya, malam itu habis aku jatuh, besoknya tiba-tiba udah bagun di tenda, katanya karena para petani yang lewat nemuin aku, dan malamnya itu aku ketemu...” belum sempat meneruskan kata-katanya, Oila tersentak karena menyadari kemunculan seseorang dengan tiba-tiba, laki-laki tampan, tubuh atletis, kulit segar, dan wajah yang sempurna. “Dia siapa?” tanya Oila spontan. “Si murid baru.” jawab Reya ketus sambil memandang orang itu. “Aku Raoyel.” kata Orang itu memperkenalkan diri dan langsung menggait tangan Oila untuk bersalaman, Oila hanya diam dan memandang wajah Raoyel, “Wajah yang familiar, aku pernah liat.” batin Oila, “oh? Nggak mungkin, nggak mungkin dia.” batinya lagi. Oila menarik tangannya, “Ya udah, aku ke lab ya? Bu Malya pasti udah nunggu, daah.” ujar Oila, lalu bergegas pergi. Wajahnya menunjukan orang kebingungan, “dia siapa? Wajahnya fam...” *BRUK!* Oila menabrak seorang wanita dan membuat wanita itu terjatuh. “eh, oh maaf.” kata Oila berusaha membantu tapi malah ditolak dan di dorong balik sampai terjatuh juga, wanita tadi berdiri dan memasang wajah marah “KALO JALAN LIAT-LIAT, MASA GUE DI TABRAK, MATA LO DIMANA?!” hardik wanita itu, sampai semua orang yang disana menatap Oila yang masih terduduk. “Maaf, aku nggak sengaja.” pinta Oila dengan posisi masih duduk di lantai. Lalu ada uluran tangan dihadapan Oila, dia mendongak dan melihat orang itu “Raoyel?” ucapnya. Raoyel menunduk dan menarik dengan lembut tangan Oila untuk membantunya berdiri. “Makasih.” Ucap Oila. “Apaan sih? Nggak usah drama.” ucap wanita tadi, “Lo minggir, nggak usah ikut-ikutan.” ucap wanita tadi sambil membelalakan matanya. Tapi Raoyel tidak peduli dan menggait tangan Oila, “heh! Dasar B*******” teriak wanita tadi. Langkah Raoyel terhenti, melepaskan tangan Oila dan berbalik hendak menghampiri wanita tadi tapi langsung ditahan oleh Oila. Dan anehnya Raoyel menurut. “apa kehidupan memang seperti ini? Saat orang sudah terbiasa di perlakukan tidak baik, dan dia berusaha baik-baik saja menerima semua itu, tiba-tiba ada yang datang dan tidak terima bahkan merasa tidak baik-baik saja melihat orang yang berusaha baik-baik saja tadi di perlakukan tidak baik. Apakah ini kehidupan?” batin Oila sambil terus menatap Raoyel yang berjalan didepannya dengan badan tegap dan tangan yang menggenggam tangannya.
-chapter one is end-