Jaja menatapi papan mading di hadapannya dengan lekat. Rutinitas yang selalu cewek berambut keriting itu lakukan setiap selasa pagi adalah mengecek mading. Membaca cerita bersambung, puisi, artikel, pengumuman, dan rubrik bertajuk "Student of The Week".
Jaja menghembuskan napas berat saat mendapati kolom Student of The Week minggu ini masih diisi oleh Anthony Gunawan, cowok yang terkenal karena segudang prestasinya di bidang bulu tangkis. Minggu lalu, ia baru saja memenangi turnamen Malaysia International Challenge.
Bagi Jaja, Anthony adalah mitos. Semua orang membicarakannya, berkali-kali ia menjadi Student Of The Week, tapi tak pernah sekali pun Jaja menemukan penampakannya di sekolah. Kadang, Jaja berpikir bahwa Anthony sebenarnya bukan salah satu siswa di SMA Pancasila. Sosoknya dipinjam sekolah untuk mengisi rubrik Student of The Week supaya para siswa di sana termotivasi.
"Eh maaf maaf, permisi!"
Jaja tersentak dan otomatis mundur saat seorang gadis tiba-tiba datang dengan napas tersengal. Dengan gerakan cepat, ia mencopot kertas-kertas yang menempel di mading, untuk kemudian menggantinya dengan kertas yang lain. Cewek itu nampak kewalahan karena melakukan semuanya sendirian. Mau tak mau akhirnya Jaja turut membantu memegangi bahan mading yang lama, sementara cewek itu menempelkan bahan mading terbaru.
"Makasih ya!" ujar cewek itu, Gita namanya, anak mading yang bertugas meng-update mading tiap selasa pagi.
"Ya sama-sama," ucap Jaja seraya mengembalikan bahan mading lama pada Gita.
"Gue duluan ya!" ujar Gita kemudian melipir pergi.
Jaja masih di sana. Kembali memandangi papan mading di hadapannya. Fokusnya langsung tertuju pada rubrik Student Of The Week yang telah diganti, bukan lagi Anthony.
Jaja berdecak pelan. Mencibir apa yang dilihatnya. Potret seorang cewek yang mengenakan gaun Snow White. Namanya Serena. Siswi paling cantik sekaligus populer se-SMA Pancasila. Sabtu lalu, ia baru saja tampil sebagai peran utama dalam sebuah pertunjukan drama. Cewek itu jadi Snow White. Tanpa harus audisi, ia begitu saja dipilih untuk memerankan seorang putri.
Jaja meringis. Mengingat dirinya yang juga ikut terlibat dalam pertunjukan itu. Alih-alih mengikuti audisi sebagai ibu tirinya Snow White (karena menyadari dirinya tidak memiliki wajah yang cantik), ia malah mendapatkan peran sebagai pohon. Wow. Peran yang sangat krusial untuk sebuah pertunjukan drama.
Jaja mendesah berat. Mungkin memang belum saatnya ia menjadi Student Of The Week. Yang benar saja. Masak pemeran pohon yang menghiasi papan mading? Kan tidak lucu!
Cewek berkaca mata itu mengedikkan bahu, lalu melangkahkan kakinya, saat tak sengaja ia menginjak sesuatu. Jaja membungkuk, mengambil kertas yang menempel di sepatunya. Rubrik Student Of The Week minggu lalu. Potret si mitos. Ia mengusapnya pelan. Menyingkirkan debu yang menempel di sana. Ia lalu melipat kertas itu dan memasukannya ke dalam saku kemeja, entah untuk apa. Mungkin untuk jadi motivasi agar suatu saat fotonya bisa dipampang pula di mading.
***
Jaja sampai di kelasnya dengan wajah lesu. Ia melemparkan tubuhnya ke atas kursi. Membuat Omar, teman sebangkunya terperanjat.
"Kenapa sih pagi-pagi udah jelek aja itu muka?" tanya Omar.
"Lo tahu ga siapa yang jadi Student Of The Week minggu ini?" Jaja balik bertanya.
"Siapa emangnya?" Omar kembali membalikkan pertanyaan.
"Serena. Gila ya! Kenapa dia coba? Padahal aktingnya biasa aja. Kalau cuma keracunan apel doang sih, gue juga bisa!" rutuk Jaja seraya mengerucutkan bibirnya. "Lagian nih ya, dia belum tentu bisa jadi pohon kayak gue!" lanjutnya.
Omar menepuk bahu Jaja. "Ya karena dia cantik dan populer lah, Ja."
Jaja mendelik ke arah Omar. Kalau itu jawabannya, ia sudah tahu. Memang susah ya bersaing dengan siswa populer macam Serena dan kawan-kawannya itu. Sedangkan bagi mereka, semuanya serba mudah.
"Kita kapan sih bisa populer?" tanya Jaja retoris yang dijawab dengan bahu terangkat oleh Omar. Tidak tahu. Tanya saja Tuhan.
***