Populer. Satu kata yang jadi pengisi ambisi Jaja sejak beberapa tahun lalu, saat ia sudah cukup mengerti banyak sekali hal yang lebih mudah didapatkan kalau seseorang populer. Uang, penggemar, perhatian, dan juga kasih sayang.
Jaja menyadari hal itu saat ia melihat begitu banyak kado-kado yang didapatkan Tata, kakak perempuannya di hari ulangtahun. Bukan hanya dari orangtua dan teman-temannya, tapi juga dari orang tidak dikenal yang mengaku sebagai penggemarnya. Perlu diketahui bahwa Tata adalah artis muda yang sedang naik daun. Ia sudah membintangi beberapa film dan iklan. Sekarang, ia merambah dunia tarik suara dengan menelurkan sebuah single duet dengan seorang penyanyi terkenal.
Tata berada di kutub yang berbeda dengan Jaja. Dia cantik dan tentunya populer. Ia baru lulus SMA tahun lalu dan memilih untuk menunda kuliah untuk fokus pada karir keartisannya. Di usianya yang masih belia, ia sudah bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah. Dengan mudah, ia bisa membeli apa pun yang ia inginkan. Sebuah mobil, telepon genggam keluaran teranyar, tiket nonton konser Coldplay di Singapore dan masih banyak kemewahan lainnya.
Sedangkan Jaja ada di kutub terdingin dan tergelap. Remaja tanggung yang hidupnya biasa saja. Jauh dari riuh dan gemilangnya ibukota. Hidup terpinggirkan dari manusia lainnya, termasuk dari Alya, ibunya sendiri.
Dulu, hidupnya tidak sesepi ini. Ada banyak keramaian yang selalu menghangatkan hatinya. Di sekolah, ia punya banyak teman. Pada dasarnya, Jaja memang anak yang mudah bergaul dengan siapa pun. Tapi entah mengapa, semenjak masuk SMA, semuanya berubah. Orang-orang selalu menganggap Jaja aneh. Mereka bilang, kombinasi rambut keriting dan kacamata adalah hal yang menggelikan. Apa? Yang benar saja! Makanya, sekarang ia cuma punya seorang teman saja, Omar. Si keriting berwajah Arab, namun sama sekali tidak memiliki setetes pun darah Arab dalam tubuhnya.
Di rumah pun, Jaja tidak lagi menemukan kehangatan yang sejak kecil menumbuhkannya. Terhitung semenjak Firman, ayahnya kecelakaan, dan kondisi keuangan keluarganya menjadi terseok-seok. Alasan itu yang akhirnya membuat Tata 'mengorbankan' dirinya untuk menjadi tulang punggung keluarga. Tata artisnya, dan Alya manajernya. Mereka menghabiskan seluruh waktunya di Jakarta. Meninggalkan Jaja bertiga dengan Firman yang sudah tidak pernah ia dengar lagi suaranya sejak kecelakaan tempo hari, dan Bi Ijah, pembantu rumah tangga yang sudah mengalami penurunan kemampuan mendengar, sehingga kalau mengobrol dengannya, itu sama saja dengan orasi di depan gedung dewan.
Populer adalah hal yang Jaja anggap bisa mengembalikan hidupnya yang ramai. Mungkin dengan populer, Jaja bisa kembali mendapatkan perhatian Alya. Oh tahukah bahwa Jaja juga masih butuh diurusi dan diperhatikan oleh ibunya? Jaja bukan anak burung yang kalau sudah bisa terbang artinya bisa mencari makan dan bertahan hidup sendiri. Mungkin dengan populer Firman mau kembali berbicara. Mengatakan bahwa dia bangga memiliki anak seperti Jaja. Mungkin dengan populer, teman-temannya di sekolah tidak akan lagi menganggapnya aneh. Ya, Jaja harus populer.
"Ngapain sih artis-artis ini pada jualan kue? Ngikutin nyokap gue aja!" rutuk Omar seraya mengusap-usap layar ponselnya.
Jaja mengerutkan kening sejenak. Lalu tiba-tiba kedua matanya berbinar. Ia mengguncang bahu Omar. "Kita jualan kue yuk di sekolah!"
Omar mendelik lalu menggeleng cepat. "Apaan sih? Kok tiba-tiba jualan kue? Enggak, ah! Malu tahu!"
"Alaaaahhh, ngapain sih harus malu? Lagian kan, kita sering dipermaluin!" cibir Jaja. Kembali mengingatkan Omar pada kejadian di mana mereka diolok-olok karena video mereka sedang meng-cover lagu di youtube diketahui oleh seantero sekolah. Suara mereka berdua tidak merdu sih, tapi tidak juga sampai bikin telinga sakit. Yang bikin mereka diolok-olok adalah kostum warna-warni mencolok mata yang mereka kenakan. Katanya, mereka seperti badut ulang tahun yang iklannya ditempel di tiang listrik, berdampingan dengan iklan sedot WC. Mereka juga pernah ditertawakan banyak orang saat mengikuti lomba unjuk bakat di mana mereka melakukan breakdance yang berujung dengan kepala mereka benjol karena saling bertabrakan. Serta banyak kebodohan lainnya yang menyedihkan dan kadang terasa lucu jika harus diingat kembali.
"Iya sih. Tapi kita buat apa jualan kue?" tanya Omar.
"Ya biar kita populer lah. Artis aja jualan kue, kali aja kita kalau jualan kue, bisa jadi artis!"
Meskipun logika yang dipaparkan Jaja terdengar aneh, tapi tidak ada manusia yang bisa menerima keanehan itu selain manusia yang lebih aneh, Omar. Tanpa berpikir lagi, ia mengiyakan ide Jaja untuk berjualan kue.
Mulai besok, Jaja dan Omar akan membawa dua kotak kue buatan ibunya Omar ke sekolah. Menjajakannya ke teman-teman, satpam, cleaning service atau siapa pun yang bisa ditawari. Setelah itu, mereka akan populer. Tentunya populer sebagai tukang kue.