Read More >>"> Dark Fantasia ([Skyrius 02] Someone in The Name of Justice) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Dark Fantasia
MENU
About Us  

Di dalam kota Erteri, para prajurit kekaisaran Vandal yang baru saja menguasai kota kerajaan Armenia tersebut sekarang disibukkan oleh masalah baru. Mereka mencari ke pelosok-pelosok kota dengan bangunan setengah terbakar dan hancur karena pertempuran dua hari lalu. Yang dicari para prajurit kekaisaran cari tidak lain adalah seorang pria baru saja menghancurkan gerbang utama kota beberapa saat yang lalu.

"Cari monster itu! Kalau dia mengamuk lagi, kita semua bisa tamat!" Teriak seseorang prajurit.

"Cari dia! Cari dia!" Teriak salah seorang prajurit.

Para prajurit kekaisaran Vandal itu mencari dalam beberapa kelompok kecil, dan mulai menyusuri jalan-jalan kota Erteri yang telah setengah hancur.

Pada suatu gang yang terletak di antara dua bangunan pinggir jalan, Robert meringkuk di samping tong kayu dengan panik mendengar tarikan orang-orang yang mencarinya. Gang itu cukup teduh, tapi memiliki bau busuk yang menyengat. Dinding-dinding gang terlihat hitam seperti bekas kebakaran dan abu dari kayu yang menjadi arang masih beterbangan di udara.

Sebenarnya Robert ingin mencari tempat persembunyian lebih layak, tetapi mengingat apa yang telah dilakukannya di gerbang masuk, dirinya sama sekali tidak bisa bergerak dengan bebas di kota ini karena ia menjadi seorang buronan para prajurit kekaisaran dan berakhir di gang kumuh berbau busuk tersebut.

"Gawat ..., gawat banget! Padahal belum sehari aku direinkarnasikan ke dunia ini, tapi masa langsung jadi buronan?!"

Robert terus melihat sekeliling karena takut ditemukan oleh para prajurit. Pria itu berusaha berpikir untuk mencari cara keluar dari kondisi tidak menguntungkan tersebut.

Saat Robert mengulurkan kedua tangannya ke depan dan mengamatinya, kedua tangan dan tubuhnya sekarang sudah tidak mengeluarkan aura hitam yang mengerikan seperti sebelumnya.

"Sebenarnya ... aura hitam yang keluar dari tubuhku tadi itu apa ...?" Gumam Robert.

"Siapa di sana?! Keluar!!" Teriak salah satu prajurit sambil melihat ke dalam gang tempat Robert bersembunyi.

Mendengar itu, Robert malah kembali meringkuk dan terdiam tanpa menjawab. Keringatnya mulai bercucuran, detak jantung berdetak kencan, dan wajahnya sedikit memucat.

"Gawat ... ketahuan?"

Mendengar langkah kaki yang mulai mendekat, Robert tetap terdiam dengan ekspresi wajah sedikit pasrah. Saat prajurit melongok ke dalam tong kayu yang berada di samping Robert yang meringkuk, prajurit itu melihat mayat seorang wanita yang sudah terbakar hangus di dalam sana tanpa menyadari keberadaan Robert.

"Tch! Mayat ya ...." Prajurit itu berbalik dan berjalan meninggalkan gang. Mengetahui prajurit tidak menyadari keberadaannya, Robert mengendap-endap ke belakang prajurit yang mengenakan ziarah besi lengkap itu dan memukul punggung lehernya sampai pingsan.

Bug!

Robert menangkapnya sebelum jatuh, lalu menyeret tubuh prajurit tersebut ke dalam gang untuk menyembunyikannya. Melihat zirah dan helm besi yang dikenakan prajurit tersebut, Robert memikirkan sebuah ide cemerlang.

"Oh, mungkin cara ini berhasil nih ...."

Robert melepaskan seluruh zirah dan besi yang dikenakan oleh prajurit yang tidak sadarkan diri itu, kemudian dipakai olehnya sendiri. Butuh waktu cukup lama untuk memakai zirah yang terlihat cukup mewah itu karena Robert kesulitan untuk melepaskannya dari prajurit yang memakainya.

Setelah beberapa menit, akhirnya sekarang Robert sudah selesai mengenakkan baju zirah berwarna merah gelap yang dipenuhi ukiran serta hiasan, dan pada bagian kepala wajahnya tertutup oleh helm besi yang memiliki sela-sela untuk melihat.

"Hem, aku rasa ini akan berhasil."

Dengan sedikit ragu, Robert melangkah keluar dari gang. Saat dirinya berada di jalan utama yang terbuat dari batu bata dan keramik, Robert mengamati sekitar tempat itu dengan sedikit cemas. Di sekitar tempat itu terlihat beberapa bangunan yang sebagian besar sudah hangus terbakar dan ada juga beberapa bangunan yang sudah roboh.

"Memang ini benar-benar bekas pertarungan besar. Huh, jadi teringat hal itu. Apa di dunia mana pun pertempuran seperti itu memang wajar?"

Saat Robert terpaku dengan bekas-bekas pertarungan besar yang belum lama terjadi itu, tiba-tiba seseorang memanggilnya dari belakang.

"Kamu ...! Apa yang kamu lakukan di sini?"

Robert berbalik, melihat ke arah orang yang memanggilnya. Untuk sesaat dirinya terdiam melihat sosok gadis berambut perak yang memanggilnya. Dia terlihat begitu cantik dan berwibawa, gaun megah berlapis zirah perak yang dikenakannya menandakannya bahwa gadis itu bukanlah sekedar prajurit biasa.

"S-Saya ... mencari orang yang menurut informasi membuat keributan tadi ...."

Dari balik helm zirah yang dikenakan Robert mulai sedikit panik, Ia khawatir kalau identitasnya terbongkar oleh gadis berambut perak di depannya.

"Huh, walaupun kamu anak dari bangsawan yang telah berkontribusi besar pada kekaisaran, aku sebagai komandan tidak akan memberikan keringanan bagimu kalau melanggar perintah. Ingat itu baik-baik."

Gadis komandan itu menatap tajam ke arah Robert. Mata yang berwarna abu-abu pudar itu seakan membawa rasa mistis saat Robert melihatnya. Untuk sesaat Robert sedikit merasa lega karena hanya dengan mengenakan baju zirah yang ia curi dari salah satu prajurit, dirinya langsung bisa berbaur dengan mereka dengan cepat.

"Ma-Maaf ...." Robert menundukkan kepalanya.

Melihat apa yang dilakukannya, gadis itu sedikit bingung karena orang di balik baju zirah itu seharusnya adalah seorang bangsawan utusan kaisar yang sombong dan merepotkan.

"Tidak ..., saya juga minta maaf. Saya juga yang terlalu kasar padamu. Aku seharusnya tidak mengatakan sesuatu seperti itu kepada bangsawan seperti Anda."

Gadis komandan itu mengubah gaya bahasanya saat bicara setelah mempertimbangkan beberapa hal. Entah mengapa sorot mata tajam yang ada pada gadis berambut perak itu mulai sedikit terasa lembut.

"Bangsawan? Begitu, ya ... jadi orang yang mengenakan zirah ini tadi itu ...."

Robert sedikit tersenyum dari balik helm besi. Pria itu menyadari kalau posisinya saat ini bisa dimanfaatkan untuk keluar dari situasi tidak menguntungkan.

Gadis berambut perak itu tiba-tiba menukuk di hadapan Robert seperti halnya menghadap pada atasan. Rasa hormat dan loyalitas mulai terasa sangat jelas darinya.

"Saya, Alice Schneewittchen, terlalu besar kepala atas ini. Walaupun Anda adalah orang utusan langsung dari kaisar, tetapi Saya meragukan Anda. Maaf atas ketidaksopananku."

"Eh ...?! Kenapa ini? Orang tadi berpangkat sangat tinggi, ya?" Pikir Robert dengan sedikit panik.

"U-Uhm, tidak apa." Robert mulai berkeringat di dalam baju zirah yang ia kenakan.

"Kalau begitu, ayo kita segera pergi ke balai kota, mungkin mereka sudah memulainya," ucap Alice dengan ekspresi wajah sangat tenang.

"Ke balai kota? Untuk apa memangnya?" Tanya Robert.

"Hem ... tentu saja untuk menghukum pendosa sebelum membawanya untuk dieksekusi di kekaisaran. Bukannya Anda datang untuk membawa Putri penuh dosa itu?" Tanya Alice.

"Y-Ya ... benar juga. Ayo kita ke balai kota."

Robert berbalik dan berjalan, dirinya sama sekali tidak tahu apa yang dimaksud Alice tadi.

"Arahnya bukan ke sana," ucap Alice.

Mendengar hal itu, Robert merasa sedikit malu. Dirinya berbalik kembali dan mengambil arah satunya. Melihat kelakuan aneh tersebut, Alice mulai sedikit curiga pada Robert. Gadis berambut perak itu mulai melihat ke arah Robert yang berjalan di depannya dengan tatapan gelap. Merasakan tatapan tidak bersahabat tersebut, Robert menengok ke belakang.

"Oh, iya ... ngomong-ngomong, bisakah kamu menceritakan kronologi penyerangan kota ini?" Tanya Robert.

"Kronologi? Bukan strategi yang digunakan?" Tanya balik Alice.

"Hem ... kalau strategi, meskipun kamu memberitahukan suatu taktik padaku, aku pasti tidak Akan paham. Oleh karena itu aku bertanya kronologi saja untuk di sampaikan pada kaisar."

"Baiklah ... sekalian kita pergi ke balai kota ... saya rasa tidak masalah."

Mendapat jawaban itu, dari balik helm besinya Robert tersenyum.

"Hu hu, akting yang sempurna...."

««»»

Sesampainya di balai kota, para prajurit terlihat ramai di depan sebuah panggung kayu yang dibuat seadanya. Tempat ini pun tidak luput dari pertarungan besar yang melanda kota ini, beberapa bangunan di sekitar tempat itu terlihat porak-poranda dan ada beberapa yang sudah rata dengan tanah.

Para prajurit yang berkumpul dalam kerumunan itu berteriak-teriak ramai, mereka meminta untuk segera melaksanakan hukuman bagi pendosa yang dibicarakan.

"Mulai hukumannya!!"

"Hukum Putri jalang itu!!"

Di belakang barisan prajurit yang berteriak-teriak, Robert dan Alice berdiri dengan wajah yang sangat terganggu.

"Dasar orang-orang tidak beradab," ucap Alice.

Gadis berambut perak itu memasang wajah kesal sambil melihat ke arah kerumunan. Berbeda dengan para prajurit, gadis komandan itu tidak suka hal-hal seperti ini. Tetapi karena hal ini penting untuk memompa semangat para prajurit, hal-hal seperti ini memang tidak bisa dihilangkan dan tidak bisa dicegah walaupun olehnya yang seorang komandan. Mendengar perkataan gadis berambut perak tersebut, Robert tidak bereaksi karena apa yang dikatakan oleh Alice juga dirasakan olehnya.

"Menurut cerita yang dikatakan gadis ini tadi ... dan beberapa informasi yang ada, mungkin situasi saat ini cukup gawat, yah ... kalau perkiraanku memang benar, kota ini merupakan kota penting dari suatu negeri dan para prajurit ini adalah orang yang datang untuk menaklukkan ... tidak, lebih tepatnya mereka sudah menaklukkan tempat ini ... dan juga katanya Putri ... apa yang akan dihukum adalah Tuan Putri negeri ini? Terus kenapa harus dihukum kalau mau dibawa dan dieksekusi di kekaisaran?" Robert sedikit menengok ke arah Alice yang berdiri di sebelah kirinya.

"Hem ..., ada apa ...?" Tanya Alice.

"Tidak, aku sedikit heran saja. Kenapa harus ada hukuman padahal kita akan mengeksekusinya?" Tanya Robert.

Seketika wajah Alice terlihat sangat kelam mendengar pertanyaannya. Ia menatap Robert dengan sorot mata penuh kegelapan.

"Kenapa ...? Kenapa katamu ...? Tentu saja ini untuk menegakkan keadilan," ucap Alice dengan raut wajah dan suara yang sangat gelap. Melihat ekspresinya, Robert memutuskan untuk tidak bertanya lebih lanjut.

Beberapa menit kemudian, tiga orang menaiki panggung kayu. Pada saat bersamaan, para prajurit yang telah menunggu lama langsung bersorak-sorak ramai.

Tiga orang yang naik ke atas panggung adalah dua prajurit yang tidak mengenakan baju zirah, dan satunya lagi adalah seorang gadis kecil yang mengenakan kain putih untuk menutupi seluruh tubuhnya. Gadis kecil itu tidak lain adalah Tuan Putri Fiola, seorang gadis yang secara fiksi mungkin umurnya masih sekitar 16 tahun.

Salah satu prajurit menendang ke depan tubuh kecil Putri Fiola sampai terjatuh. Dengan tubuh kecil yang duduk lemas di atas panggung, wajah seakan ingin menangis Putri Fiola menengok ke arah orang yang menendangnya. Tanpa memedulikan tatapan memelas sang Putri, salah prajurit menarik paksa kain putih yang menutupi tubuhnya. Tubuh mungil Putri Fiola langsung telanjang bulat di depan umum.

"Kyaa!! Tidak ... jangan lihat ...!"

Gadis itu menjerit sambil berusaha menutupi bagian di antara selangkangan dan bagian dadanya. Saat diamati kembali, ada sesuatu yang aneh pada tubuhnya. Sebagian besar tubuh Tuan Putri Fiola adalah sebuah tubuh boneka mekanis yang bagian luarnya terbuat dari keramik dan kayu. Kedua tangannya terlihat seperti sebuah tangan mekanik sambungan dan kedua kaki sampai paha bukanlah bagian tubuh manusia, tapi melainkan sebuah bagian tubuh sintetis sama dengan tangannya.

Putri Fiola berjongkok. Wajahnya memerah dan menangis karena dipermalukan di depan umum.

Tidak memedulikan semua itu, salah satu prajurit menjambak rambut gadis bertubuh kecil itu dan menjauhkan ke atas lantai panggung. Kedua tangan gadis itu ditahan ke atas, dan dalam satu orang lagi dengan paksa melebarkan kedua kakinya.

Melihat hal itu, para prajurit bersorak-sorak dan bersiul. Mereka terlihat seperti binatang yang tak beradab, daripada manusia mereka lebih pantas disebut binatang.

"Tegakkan keadilan!! Tegakkan keadilan!! Tegakkan keadilan!! Tegakkan keadilan!!"

Sorak-sorak ramai para prajurit. Mereka mulai bertambah semangat dan semakin tidak terkendali.

Berbeda dengan mereka, Alice malah memasang wajah kesal akan tingkah para prajurit yang dipimpinnya itu. Dalam hatinya ia malu kalau semua orang ini adalah bawahannya.

Saat Robert melihat semua hal itu, tanpa dirinya sadari Ia meloncat tinggi melewati barisan prajurit yang bersorak-sorak dan mendarat di atas panggung.

Brak!

Panggung kayu sedikit berguncang. Alice terkejut melihat ada orang yang bisa meloncat setinggi itu. Selain rasa terkejut yang ada, dalam hatinya Ia bertanya-tanya untuk apa utusan kaisar itu meloncat ke atas panggung.

Dua orang prajurit yang memegangi Putri Fiola kebingungan melihat orang yang menegangkan baju zirah utusan kaisar tiba-tiba naik ke atas panggung. Salah satu di antara dua orang itu mendekati Robert dan hendak bertanya.

"Apa yang ka--"

Buak!

Sebelum salah satu prajurit menyelesaikan perkataannya, Robert memukul wajahnya sampai tubuhnya terpental beberapa meter ke luar panggung dan menghantam bangunan.

"Si-Sialan!" Salah satu prajurit lainnya melepaskan Putri Fiola dan berusaha memukul Robert, tetapi dengan mudahnya dihentikan dengan satu tangan oleh pria itu.

Buk!

Robert memukul wajah prajurit itu dengan punggung tangan kiri sampai tubuhnya melayang berputar keluar dari panggung, kemudian mendarat di kerumunan prajurit.

Setelah menyingkirkan kedua orang itu, Robert mengambil kain putih yang tergeletak dan memberikannya kepada Putri Fiola. Sambil menutupi tubuhnya dengan kain putih yang diberikan oleh Robert, Putri Fiola menatap bingung sosok yang mengenakan zirah utusan kaisar itu.

Saat Robert melihat wajah Tuan Putri, pria yang baru saja direinkarnasi itu sedikit teringat dengan putrinya di kehidupan sebelumnya. Robert teringat dengan putri semata wayangnya yang ia tinggalkan.

Walaupun sebagian besar tubuhnya merupakan mekanisme mesin dan bukan bagian tubuh manusia, Robert merasa kalau memang Tuan Putri itu benar-benar hanyalah seorang gadis kecil yang tidak berdaya. Wajah yang kacau, rambut putih keperakan yang kusut dan berantakan, dan tubuh penuh goresan luka, semua hal itu membuat Robert sedikit kesal dengan para prajurit yang telah melakukan hal kejam tersebut terhadap gadis bertubuh kecil itu.

"Kenapa ...? Anda menolongku ...?" Tanya Putri Fiola sambil menatap bingung ke arah Robert.

Robert berdiri tegak dan berbalik dari Fiola. Saat pria itu sedikit menoleh ke arah gadis kecil di belakangnya, Robert menjawab, "Jika ada orang yang butuh bantuan, sudah sewajarnya kita tolong bukan?"

Setelah lega melihat wajahnya, Robert kembali menatap ke arah para prajurit yang berada di sana dengan penuh amarah.

"Hah, apanya yang pendosa? Sudah aku duga dia hanya gadis kecil yang tidak berdaya .... Keadilan apanya ...? Semua orang di tempat ini hanya sampah! Mereka sama sekali tidak pantas disebut prajurit, mereka hanya binatang!"

Robert berjalan ke ujung panggung kayu dan berdiri tegak di sana. Ia mengangkat tangan kanan ke atas dan mengepalkannya dengan kencang.

Bezz!

Seketika hembusan angin yang cukup kencang keluar dari kepalan tangan itu. Suasana di tempat itu menjadi senyap.

Para prajurit yang berada di tempat itu terlihat sangat kebingungan. Mereka bertanya-tanya kenapa orang utusan kaisar itu memukul dua orang prajurit sampai terlempar keluar panggung, dan malah melindungi Tuan Putri Fiola.

Untuk sesaat suasana menjadi sangat hening, tetapi keheningan itu langsung hilang setelah seseorang berteriak.

"Apa yang kau lakukan!! Turun! Jangan mengganggu penegakkan keadilan!!"

"Iya, itu benar! Turun!!"

Mendengar teriakan-teriakan tersebut, Robert menurunkan tangan kanannya yang dikepalkan.

"Keadilan? Keadilan?! Keadilan kata kalian...?" Aura hitam keluar dari sela-sela baju zirah yang Robert kenakan.

Semua orang yang melihat aura mengerikan itu merinding. Itu adalah sebuah aura yang membuat hawa dingin dan mengerikan yang serasa merasuk ke dalam setiap tubuh orang yang merasakannya.

"Kalau di dunia ini perlakuan biadab seperti ini adalah keadilan ... akan aku hancurkan semua keadilan itu sampai tak tersisa!!"

Aura hitam yang terlihat seperti kabut hitam itu dengan sangat deras keluar dari sela-sela baju zirah. Seketika semua orang ketakutan dan kebingungan, mereka bertanya-tanya mengapa orang dengan zirah utusan kaisar itu mengeluarkan aura seperti itu dan membantah keadilan kekaisaran Vandal sendiri.

"Dia bukan orang utusan kaisar!! Dia mencuri zirah milikku!!" Teriak seseorang di ujung barisan, orang itu hanya mengenakan kaos dalam dan celana pendek karena baju zirahnya telah dicuri Robert sebelumnya.

Mendengar itu, Alice langsung panik sambil menatap orang dengan baju zirah utusan kaisar yang berdiri di atas panggung kayu.

"Kalau begitu ... yang di atas sana siapa?"

Robert melepas lekas helm besinya, Ia tahu kalau menyembunyikan identitasnya sudah tidak ada gunanya. Sebagian prajurit yang mengetahui wajahnya berteriak.

"Di-Dia monster yang mengacau di gerbang tadi!!"

"Berisik kalian!!" Teriak Robert.

Teriakan itu sentak membuat para prajurit menggigil ketakutan. Tapi Alice berbeda, bukannya merasakan ketakutan, gadis berambut perak itu malah membuat lingkaran sihir dan mengambil sebuah pedang besar dari sana. Tanpa ragu sedikit pun, Alice meloncat ke arah atas kerumunan prajurit dan menggunakannya sebagai pijakan untuk sampai ke tempat Robert berdiri.

"Sialan!! Beraninya kamu melecehkan keadilan kaisar!!"

Alice mengayunkan pedang besar ke arah Robert, tapi hanya dengan pergelangan luar tangan kirinya Robert menahan serangan itu.

Teg!

"Apa!? Dengan tangan kosong?!"

Sebelum kaki Alice menapak ke atas panggung, dengan kencang Robert melemparkan helm besi ke wajah gadis itu.

Bug!

Tubuh Alice terpental keluar panggung dan jatuh ke tengah kerumunan prajurit yang ada. Sesaat setelah terjatuh, Alice langsung berdiri kembali dan melotot ke arah Robert.

"Ku bunuh kau!!"

================================

Nyanbambahan:

Next battle.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
May be Later
13790      2051     1     
Romance
Dalam hidup pasti ada pilihan, apa yang harus aku lakukan bila pilihan hidupku dan pilihan hidupmu berbeda, mungkin kita hanya perlu mundur sedikit mengalahkan ego, merelakan suatu hal demi masa depan yang lebih baik. Mungkin di lain hari kita bisa bersanding dan hidup bersama dengan pilihan hidup yang seharmoni.
Tumpuan Tanpa Tepi
7331      2574     0     
Romance
Ergantha bercita-cita menjadi wanita 'nakal'. Mencicipi segala bentuk jenis alkohol, menghabiskan malam bersama pria asing, serta akan mengobral kehormatannya untuk setiap laki-laki yang datang. Sialnya, seorang lelaki dewasa bermodal tampan, mengusik cita-cita Ergantha, memberikan harapan dan menarik ulur jiwa pubertas anak remaja yang sedang berapi-api. Ia diminta berperilaku layaknya s...
Strawberry Doughnuts
602      403     1     
Romance
[Update tiap tengah malam] [Pending] Nadya gak seksi, tinggi juga kurang. Tapi kalo liat matanya bikin deg-degan. Aku menyukainya tapi ternyata dia udah ada yang punya. Gak lama, aku gak sengaja ketemu cewek lain di sosmed. Ternyata dia teman satu kelas Nadya, namanya Ntik. Kita sering bertukar pesan.Walaupun begitu kita sulit sekali untuk bertemu. Awalnya aku gak terlalu merhatiin dia...
Anak-Anak Dunia Mangkuk
460      264     6     
Fantasy
Dunia ini seperti mangkuk yang biasa kalian pakai untuk makan dan minum. Kalian yang tinggal di lembah hidup di dasarnya, dan pegunungan batu yang mengelilingi lembah adalah dindingnya.
Premium
Titik Kembali
4209      1366     16     
Romance
Demi membantu sebuah keluarga menutupi aib mereka, Bella Sita Hanivia merelakan dirinya menjadi pengantin dari seseorang lelaki yang tidak begitu dikenalnya. Sementara itu, Rama Permana mencoba menerima takdirnya menikahi gadis asing itu. Mereka berjanji akan saling berpisah sampai kekasih dari Rama ditemukan. Akankah mereka berpisah tanpa ada rasa? Apakah sebenarnya alasan Bella rela menghabi...
Rain Murder
1288      534     7     
Mystery
Sebuah pembunuhan yang acak setiap hujan datang. Apakah misteri ini bisa diungkapkan? Apa sebabnya ia melakukannya?
Langit Jingga
2498      841     4     
Romance
"Aku benci senja. Ia menyadarkanku akan kebohongan yang mengakar dalam yakin, rusak semua. Kini bagiku, cinta hanyalah bualan semata." - Nurlyra Annisa -
The Journey is Love
621      427     1     
Romance
Cinta tak selalu berakhir indah, kadang kala tak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Mencintai tak mesti memiliki, begitulah banyak orang mengungkapkan nya. Tapi, tidak bagiku rasa cinta ini terus mengejolak dalam dada. Perasaan ini tak mendukung keadaan ku saat ini, keadaan dimana ku harus melepaskan cincin emas ke dasar lautan biru di ujung laut sana.
Beloved Symphony | Excetra
880      402     0     
Romance
Lautan melintang tiada tuturkan kerasnya karang menghadang.
PEREMPUAN ITU
485      324     0     
Short Story
Beberapa orang dilahirkan untuk membahagiakan bukan dibahagiakan. Dan aku memilih untuk membahagiakan.