KAY P.O.V
"Tapi diantara mereka aku orang pertama yang mengenalmu. Mengenal dirimu yang sebenarnya."
Aku tidak tahu mau meresponnya bagaimana. Dia memang benar, dia memang yang pertama mengenalku. Tapi apa hubungan itu dengan semua yang terjadi.
"Yahh..." katanya, "Untuk sekarang mari ganti topiknya dulu. Masih banyak yang harus kita bicarakan. Pertama aku akan memberi tahu tentang kabar teman- teman kita. Sebenarnya tidak banyak yang berubah. Sasha sudah punya pacar dan juga Kos."
Aku mengangguk, "Bagaimana dengan Peach?"
"Peach? Masih sama. Masih tegas tapi baik. Mereka masih tinggal di Jakarta hanya di sekolah yang berbeda. Kami masih berkomunikasi meskipun tidak sesering dulu. Kau tahu mereka merindukanmu kan? Saat mendengar rumor kau sudah tidak ada mereka benar- benar sedih Kay. Dan kau pasti sudah tahukan kalau mereka masih tidak percaya kalau rumor itu benar."
Aku hanya melihat pohon. Tidak berminat untuk menjawab.
PETER P.O.V
Dia tidak merespon, dia hanya diam melihat pohon.
Aku merindukannya. Benar- benar merindukannya. Dia yang selalu ada hampir seumur hidupku. Dia orang yang selalu aku ceritakan semuanya, orang yang selalu ada untuk berbagi cerita. Kita sudah kenal hampir 10 tahun. Dan saat aku mendengar berita tentang keluarganya, itu membuat hatiku hancur. Keluarganya sudah seperti keluarga keduaku.
Bel istirahat sudah bunyi dan kami berdua kembali ke kelas. Tidak berbicara sepatah katapun. Aku mengawasinya saat pelajaran dia hanya melihat ke jendela. Yah... dia memang anak pintar jadi aku tidak bingung kalau dia tidak menyimak.
~~~
Setelah selesai sekolah, aku membereskan buku dan menghampiri Kay. "Hei," kataku dan dia melihatku, "Kau mau aku antar pulang?"
Dia langsung menggeleng dan pergi keluar. Aku mengejarnya tapi ditahan dengan gangku.
"Kau mau ke mana?" tanya Gary sambil menahanku.
"Jadi kau seperti itu sekarang?" ledek Tim, "Lebih memilih perempuan daripada temanmu sendiri. Aku kecewa Pete. Kecewa."
Aku melepaskan diriku dari genggaman Gary, "Aih... kalian ini apa- apaan sih? Ayolah mengerti sedikit. Dia itu teman lamaku. Aku belum bertemu dengannya selama 2 tahun."
"Kami juga merindukanmu bung." Kata Pan sekarang dia yang merangkulku dan menyeretku ke pintu keluar. "Ayolah. Kita ke rumahmu hari ini. Kau bisa bertemu Ashelyn besok."
Aku hanya bisa mengalah karena sudah terlambat. Aku sudah melihat Kay naik mobil. Sekali lagi aku melepaskan diri dari genggaman Pan.
"Baiklah. Lepas. Kalian bawa motor?"
Mereka menyengir dan menggeleng, "Kami tahu kau akan pulang hari ini. Jadi kami sengaja tidak bawa kendaraan biar bisa nebeng kau."
"Astagah..." kataku menghela nafas tapi tetap senyum, "Untung kalian ini temanku."
PAN P.O.V
Seminggu sudah berlalu. Semenjak Ashelyn pindah ke sekolah kami. Aku masih bingung kenapa Peter memanggilnya dengan Kay. Kemarin saat aku bertanya,
"Peter kau kenal dengannya?" aku bertanya pada Peter saat istirahat. Dia mengangguk. "Bagaimana?"
"Dia teman lamaku." Jawab Peter.
"Meskipun pada teman lama dia tetap tidak mau berbicara huh?"
"Apa?" dia bertanya seperti tidak percaya. "Dia? Kayku? Perempuan yang tadi?"
"Kay?" aku tanya bingung.
"Itu nama panggilannya. Kau tidak tahu?"
"Kami tidak tahu apa- apa tentang dia." kata Tim.
"Bung, dia itu perempuan yang selalu kita bicarakan denganmu." tambah Gary.
"Dia? Jadi... berarti... Pan?" dia melihatku tiba- tiba. "Itu perempuan yang kau sukai untuk pertama kali? Dia cinta pertamamu?"
"Belum cinta... belum suka... hanya menarik perhatianku. Baru itu." jawabku.
"Kay..." kata Peter pelan, "Apa yang terjadi padanya?"
"Apa maksudmu?" tanyaku penasaran.
"Aku... harus mencarinya. Kenapa kalian menarikku tadi. Banyak yang harus kutanyakan padanya. Di mana dia sekarang?"
"PETER!" kita semua berteriak tapi dia tidak peduli. Dia berlari keluar.
~~~
Saat pulang, kami langsung ke rumah Peter. Bukan hanya aku yang penasaran dengan Ashelyn. Semuanya juga seperti itu.
"Okeh..." kataku saat sudah sampai di rumah Peter dan sudah santai di kamarnya. "Mulai."
"Mulai?" tanyanya bingung.
"Mulai ceritamuuuu..." kataku sedikit merengek
"Cerita apa sih?" kata dia Peter.
"Apa yang kau tahu tentang Ashelyn."
"Ohhhh... itu maksudmu." Katanya. Lalu dia duduk mengambil posisi yang nyaman dan mulai bercerita. "Yang aku kenal itu Kay. Jadi saat kalian semua bercerita tentang murid baru yang punya nama Ashelyn. Aku tidak curiga sama sekali dan juga apa yang kalian beri tahu aku dengan Kay yang aku kenal itu sungguh sangat amat berbeda. Seperti langit dan Bumi, siang dan malam, lautan dan daratan, putih..."
"Okeh. Kita mengerti." Kata Tom menghentikannya.
"Ya jadi... seperti itulah. Kayku tidak pernah... bagaimana ya aku menggambarkannya." Lalu dia diam dan berpikir untuk sebentar. "Pokoknya dia itu anak yang selalu ceria. Tidak pernah diam, jika dia diam pasti ada sesuatu yang salah. Apalagi jika dia tidur. Pasti perasaannya sedang hancur. Jadi dia yang tidak berbicara sama sekali. Tidak mungkin itu Kayku."
Aku tidak sadar kalau wajahku berkerut sampai Tim bilang, "Peter berhenti bilang kalau Kay punyamu. Apa kau tidak tahu ada yang cemburu?"
Peter melihatku wajahnya datar. "Kau kenapa?" dia bertanya kenapa wajahnya tiba- tiba serius. "Kau mau tahu sesuatu bung..." kata dia. dia menghela nafas dan memijat keningnya, "Hah... bung..."
"Ada apa?" tanyaku bingung. Dia tetap diam dan aku makin penasaran, "Beri tahu aku Peter."
"Aih... bung..."
"PETER!" aku berteriak.
"Dia juga cinta pertamaku!"
Aku sedang berjalan menuju lapangan lalu aku melihat 2 orang sedang duduk di bawah pohon. Mereka mirip Ashelyn dan Peter. Tunggu itu memang mereka. Peter sedang tertawa dan Ashelyn, dia membuka mulutnya. TUNGGU!? dia berbicara!? Jadi dia mau berbicara dengan Peter dan tidak dengan yang lain? Dan juga apa?! Dia tersenyum? Hmm... dan juga apa ini alasan Peter menghilang setiap istirahat. Untuk bersamanya?
Iya... aku cemburu. Bisa saja Peter mendapatkan Ashelyn... jujur saja aku tidak rela. Tapi bagaimana bisa aku mendapatkannya saat dia saja tidak mau berbicara padaku.
Aku tidak tahu aku kenapa tapi tiba- tiba aku sudah berjalan ke arah mereka. "Peter!" Panggilku. Apa yang aku lakukan?
"Pan? Kenapa?" Dia bertanya balik saat aku sudah di depannya dan Ashelyn.
"Uhmm..." sekarang aku kehabisan kata- kata, "Kami ingin main futsal. Kau harus ikut."
Dia berpikir sebentar dan melihat Ashelyn yang sedang membaca bukunya lagi. "Sepertinya aku tidak ikut dulu ya. Lain kali saja."
"Ayolahhh." Kataku mebujuknya, "Sudah lama kan kau tidak main. Tidak akan seru jika tidak ada kau."
"Kay? Tidak apa aku meninggalkanmu?"
Kay melihatnya dengan tatapan bingung. Aku bisa membacanya pasti maksudnya itu 'apa aku melarangmu?' Lalu dia mengisyaratkan Peter untuk pergi.
Peter menepuk kepalanya dan itu hampir membuat darahku mendidih. "Baiklah aku pergi dulu ya."
"Mungkin kau ingin ikut Ashelyn?" Tanyaku dan dia tidak merespon. Aku menyenggol Peter dan mengisyaratkannya untuk menanyakan Ashelyn.
"Kay?" Tanyanya mengerti isyaratku, "Kau sudah lama tidak melihatku main. Ayolah."
Dia menggelengkan kepala. LAGI!? pikirku. Dia tidak meresponku tapi malah merespon Peter. Perempuan ini benar- benar. Aku baru ingin memaksanya lagi tapi peter sudah menarikku pergi.
"Dia tidak suka melihat pertandingan bung." Katanya, "Dia tidak terlalu suka dengan olahraga."
Aku mengangguk, "Pete aku lupa bertanya."
"Apa?"
"Kenapa kau memanggilnya Kay?"
"Oohh Kay itu nama tengahnya. Dari dulu memang dia dipanggil Kay. Well... yang dekat dengannya. Sejak SD aku memanggilnya Kay. Itu nama tengahnya. Dia selalu menyuruh kami untuk memanggilnya Kay."
Aku hanya mengangguk.