Read More >>"> That Snow Angel (08) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - That Snow Angel
MENU
About Us  

PAN P.O.V

Aku sedang berbenah di kamarku karena hari ini hari libur dan aku juga sedang tidak ada pekerjaan dari papa. Jadi aku memutuskan untuk santai. Tapi tiba- tiba ada yang mendobrak masuk ke kamarku.

"PAN!!!!!!!!" mereka teriak. Sudah seperti dugaanku. Itu Tim, John dan Gary.

"Apaaaaa?" Kataku menghela nafas.

Gary loncat ke kasurku, "Heii... kenapa kau jadi lesu. Harusnya kau senang kita berkunjung bukan?"

"Hmmm..." jawabku.

"Kau tidak ada kerjaan Pan?" Tanya John. Aku menggeleng. "Bagus," katanya.

"Apa yang bagus?" Tanyaku.

"Ayo kita keluar," kata Tim.

"Tidak mau..." kataku berbaring lagi di tempat tidurku, "Aku ingin istirahat."

"Yasudah," kata Gary, "Kita di sini saja. Aku ingin main PS. Siapa yang mau main Fifa."

"You’re on playboy." Kata Peter.

Mereka berdua berjalan ke TV yang ada di kamarku dan mulai bermain.

"Bagaimana kalau kita main ini?" Tim tanya. Dan saat aku membuka mata dan melihatnya. Dia sedang memegang kartu UNO.

"Hohohoho. Kartu yang bisa merusak pertemanan," kata John, "Ayo aku ikut!"

"Hmm..." aku menutup mataku lagi. Tapi aku merasa ada yang menarik tanganku, "Apa!??"

"Ayo main!" Kata John, "Kalau cuma berdua tidak seru."

Aku menghela nafas dan bangun. Aku ikut mereka bermain. Selama setengah jam kami bermain Peter dan Gary juga ikut bergabung main dengan kami. Memang kartu UNO terbaik. Setelah puas bermain Peter meminta perhatian kami.

"Hey. Aku ingin bicarakan hal penting pada kalian." Kata Peter.

"Aku memberikanmu izin untuk berbicara," kata John. Peter memukul kepalanya dan John dengan dramatis berguling- guling kesakitan. "Ahhhh. Sakit sekali. Astagah. Hey Pete! Jika aku jadi bodoh atau gagar otak atau lebih parah. AKU MENJADI BOLOT!? Kau mau bertanggung jawab!?"

Peter melihat John dengan wajah datar. Lalu tiba- tiba, "Astagah Johnnn," Peter merengek lalu menghampiri John. Dia mengusap kepala John seperti seorang ibu, "Maafkan aku. Aku tidak tahu apa yang sedang aku lakukan tadi. Astagahhh bagaimana jika kau jadi bolot... kasihan Jess harus mengurusmu. Dia sudah cukup menderita pacaran dengan kau yang gila ini lalu kalau kau jadi bolot. Astagah kasian sekali dia."

Saat Peter ingin memeluknya, John langsung berdiri. "Baiklah. Kau menang."

Peter tersenyum menang . Kita semua tertawa dan John merasa jijik. Yah... mereka memalukan tapi merekalah teman- temanku.

"Kau ingin bilang apa Pete?" Tanyaku.

"Aku akan pergi lagi." Jawabnya.

"Apa?" Kita semua sekarang melihatnya.

"Kau kan baru saja kembali." Kata Tim.

Peter mengangkat bahu, "Papa menyuruhku menemaninya ke New York."

"Kapan kau akan kembali?" Tanya John yang sudah duduk kembali di kasurku.

Peter menggeleng, "Aku juga tidak tahu. Tapi tidak akan dalam waktu dekat. Tapi aku butuh bantuan dari kalian." Dia melihat kami dan kami memberi tatapan ’apa?’ Padanya dan dia melanjutkan perkataannya, "Tolong temani Kay."

Kami semua jadi bingung dengan perkataannya.

"Tolong jangan biarkan dia sendiri." Kata Peter.

Bagaimana kita bisa menemaninya di saat dia sendiri tidak mau. "Bagaimana kita bisa melakukan itu? Saat dia hanya ingin bicara denganmu? Kau kira aku tak mau menemaninya?" Kataku sedikit emosi dan Tim memegang pundakku. Saat aku melihat Tim, dia menggeleng padaku. Aku langsung merasa bersalah karena memarahi Peter saat itu bukan salahnya. "Ah... ma... maaf aku tidak tahu kenapa aku marah. Maaf bung."

Peter mengangguk dan tertawa kecil, "Tak apa. Aku mengerti. Nanti akan aku bilang pada Kay. Semoga saja akan didengar."

"Tapi serius bung" kata Tim, "Kenapa dia hanya mau bicara denganmu?"

Peter mengangkat bahu, "Mungkin karena aku teman lamanya. Tenang saja, dia pasti akan dekat dengan kalian. Pecaya padaku."

"Yang jadi pertanyaannya," kataku, "Itu akan memakan waktu berapa lama?"

PETER P.O.V

“Jadi Kay...” kataku.

Selama seminggu ini aku sudah bersamanya. Menemaninya setiap istirahat kedua, tapi ini hari terakhirku. Besok aku harus terbang ke New York untuk mengurus bisnis papa. Ada meeting dengan orang penting itu katanya.

“Kenapa kau tidak mau bicara pada yang lain? Ada alasan khusus?” tanyaku.

“Tidak ada,” jawabnya.

“Lalu kenapa?”

“Sebenarnya hanya tidak mau.”

“Kau tahu,” kataku sambil merenggangkan badan, “Mereka benar- benar ingin bicara padamu. Pan merengek terus agar bisa bicara padamu. Mereka bahkan menyuruhku untuk merekammu saat berbicara hanya untuk mendengar suaramu.”

“Jangan coba- coba.” Katanya dengan nada dingin.

“Makanya aku tidak mau. Tapi serius, mereka benar- benar ingin mengenalmu. Dan juga besok aku akan pergi. Aku tidak tahu sampai kapan tapi aku tahu tidak akan cepat.”

“Kau mau ke mana?”

“Papa memintaku menemaninya ke New York. Aku tidak akan kembali dalam waktu dekat. Kay aku tidak mau kau sendiri selama aku tidak ada.”

“Hm...” responnya. Lalu dia menutup mata.

“Mereka itu orang- orang baik Kay." Kataku. Aku diam untuk sebentar sebelum aku melanjutkan, "Aku tahu sudah banyak orang yang membicarakanmu dan aku tahu kau juga tahu tentang itu. Sudah banyak perempuan- perempuan yang menggosipkanmu, menjelek- jelekkanmu.”

“Lalu?” tanyanya, “Aku tidak peduli.”             

“Aku tahu itu,” kataku, “Tapi kau tahu. Teman- temanku tidak terima. Apa lagi Pan.”

Dia membuka matanya dan melihatku, “Maksudmu?”

“Waktu itu kita sedang berjalan di kantin dan beberapa anak mulai membicarakanmu. Pan tidak terima dan langsung mendatangi mereka. Kau harus mendengarnya. Pan yang seperti itu yang membuat semua perempuan terpana. Bahkan aku pun terpana. Untung saja aku tidak bengkok.” Dia lalu menyeringai, “Lalu, saat ada di kantin. Pacar Gary datang. Dia bilang kalau kau punya panggilan. ‘That Snow Angel’. Menurutku itu panggilan bagus dan pacar Gary mengubahnya menjadi... yah tidak enak lah ya. Lalu Gary yang membelamu. Sudah kubilangkan. Mereka itu baik.”

Dia mengangguk, “Sampaikan terima kasihku pada mereka. Tapi aku bisa mengurus diriku sendiri. Aku tidak mau, karena membelaku kalian malah dapat masalah.”

Aku terkekeh, “Kau itu masih belum berubah ya. Selalu mementingkan orang lain daripada diri sendiri. Kapan kau akan berubah?”

“Berubah maksudmu?”

“Kapan kau akan mulai memikirkan dirimu sendiri? Pikirkan kehidupanmu sendiri.”

Dia mengangkat bahu, “Kehidupan? Tidak merasa punya lagi. Kehidupanku sudah hangus terbakar pada hari itu.” Lalu dia berdiri dan pergi. Lalu dia tiba- tiba  menengok ke belakang lagi melihatku, “Pergi saja. Aku akan baik- baik saja. Jangan jadikan aku bebanmu. Kau tahukan aku benar- benar tidak suka itu.”

Dia tersenyum. Benar- benar senyuman yang tulus kali ini. Lalu dia melanjutkan jalannya lagi. Ini pertama kali aku melihatnya senyum setelah sekian lama. Aku merindukan senyumannya.

Aku ikut tersenyum melihatnya tersenyum. Kay benar- benar tidak berubah sama sekali. Sama saja keras kepala, tapi masih bisa memikirkan orang lain.

Tapi permintaannya. Bagaimana bisa aku memenuhinya. Bagaimana bisa aku tidak memikirkanmu... 2 tahun kau menghilang tanpa kabar dan sekarang kau kembali tapi seperti orang yang tidak aku kenal sama sekali tapi juga sangat tidak asing secara bersamaan. Kay yang aku kenal hampir saja hilang bagaimana bisa aku tidak memikirkannya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Breakeven
16553      2064     4     
Romance
Poin 6 Pihak kedua dilarang memiliki perasaan lebih pada pihak pertama, atau dalam bahasa jelasnya menyukai bahkan mencintai pihak pertama. Apabila hal ini terjadi, maka perjanjian ini selesai dan semua perjanjian tidak lagi berlaku. "Cih! Lo kira gue mau jatuh cinta sama cowok kayak lo?" "Who knows?" jawab Galaksi, mengedikkan bahunya. "Gimana kalo malah lo duluan ...
Nirhana : A Nirrathmure Princess
13416      2002     7     
Fantasy
Depresi selama lebih dari dua belas tahun. Hidup dalam kegelapan, dan berlindung di balik bayangan. Ia hanya memiliki satu harapan, yang terus menguatkan dirinya untuk berdiri dan menghadapi semua masalahnya. Ketika cahaya itu datang. Saat ketika pelangi akhirnya muncul setelah hujan dan awan gelap selama hidupnya, hal yang tak terduga muncul di kehidupannya. Fakta bahwa dirinya, bukanlah m...
Intuisi Revolusi Bumi
920      464     2     
Science Fiction
Kisah petualangan tiga peneliti muda
the Overture Story of Peterpan and Tinkerbell
12947      8576     3     
Romance
Kalian tahu cerita peterpan kan? Kisah tentang seorang anak lelaki tampan yang tidak ingin tumbuh dewasa, lalu seorang peri bernama Tinkerbell membawanya kesebuah pulau,milik para peri, dimana mereka tidak tumbuh dewasa dan hanya hidup dengan kebahagiaan, juga berpetualang melawan seorang bajak laut bernama Hook, seperti yang kalian tahu sang peri Tinkerbell mencintai Peterpan, ia membagi setiap...
A Slice of Love
232      192     2     
Romance
Kanaya.Pelayan cafe yang lihai dalam membuat cake,dengan kesederhanaannya berhasil merebut hati seorang pelanggan kue.Banyu Pradipta,seorang yang entah bagaimana bisa memiliki rasa pada gadis itu.
Rihlah, Para Penakluk Khatulistiwa
13184      2318     8     
Inspirational
Petualangan delapan orang pemuda mengarungi Nusantara dalam 80 hari (sinopsis lengkap bisa dibaca di Prolog).
Why Him?
539      279     2     
Short Story
Is he the answer?
Forestee
422      294     4     
Fantasy
Ini adalah pertemuan tentang kupu-kupu tersesat dan serigala yang mencari ketenangan. Keduanya menemukan kekuatan terpendam yang sama berbahaya bagi kaum mereka.
Dibawah Langit Senja
1270      752     6     
Romance
Senja memang seenaknya pergi meninggalkan langit. Tapi kadang senja lupa, bahwa masih ada malam dengan bintang dan bulannya yang bisa memberi ketenangan dan keindahan pada langit. Begitu pula kau, yang seenaknya pergi seolah bisa merubah segalanya, padahal masih ada orang lain yang bisa melakukannya lebih darimu. Hari ini, kisahku akan dimulai.
102
1864      764     3     
Mystery
DI suatu siang yang mendung, nona Soviet duduk meringkuh di sudut ruangan pasien 102 dengan raga bergetar, dan pikiran berkecamuk hebat. Tangisannya rendah, meninggalkan kesan sedih berlarut di balik awan gelap.. Dia menutup rapat-rapat pandangannya dengan menenggelamkan kepalanya di sela kedua lututnya. Ia membenci melihat pemandangan mengerikan di depan kedua bola matanya. Sebuah belati deng...