KAY P.O.V
Dia mengangkat bahu, "Karena aku tahu tatapan mata itu."
"Tatapan siapa?" Tanyaku.
"Tatapan Pan," jawabnya, "Jika dia sudah seperti itu. Semua orang akan takut dengannya bahkan aku, Tim, John, dan Peter."
Aku memiringkan wajahku untuk memberi tahunya kalau aku bingung.
Dia malah tersenyum, "Kau itu teman lamanya. Tapi kau tidak tahu apa- apa tentangnya?"
"Dia teman kecilku," jawabku, "Aku mengenalnya saat aku masih kecil. Pasti dia berubahkan? Aku bahkan sudah melupakannya hampir 9 tahun. Bagaimana aku bisa tahu dia yang sekarang."
Dia mengangguk, "Benar juga. Baiklah mari kuceritakan sedikit tentang Pan yang sekarang. Dia anak yang baik. Dia sangat sayang dengan ibunya karena itu tidak pernah memainkan perasaan perempuan. Aku bisa bilang kata- kata ini dengan mudah tapi tolong jangan pikir- pikir macam- macam tentang aku. Pan itu mimpi semua perempuan. Tapi sayang tidak ada perempuan yang bisa membuat dia mengerti ’cinta’ ataupun hanya ’suka’. Kau mau tahu kenapa?"
Menurutku itu pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban jadi aku hanya diam menunggu jawabannya. Tapi dia sepertinya menungguku untuk menjawab. Jadi aku menghela nafas dan mengangguk.
"Kau," jawabnya singkat.
"Aku?" Tanyaku, terlalu bingung dengan jawabannya itu sangat membuatku bingung.
Dia mengangguk, "Kau alasannya Ashelyn."
"Kenapa?"
"Kau itu cinta pertamanya Ash," jawabnya, "Mungkin dia belum bisa move on. Kau terlalu special untuknya."
"Kau tahu dari mana?" Tanyaku.
Dia mengangkat bahu, "Penilaianku sendiri. Dan juga tatapan itu? Aku hanya pernah melihatnya sekali. Selama hampir 5 tahun mengenalnya. Mau kuceritakan?"
Aku mengangguk.
"Jadi waktu itu," katanya mulai bercerita, "Kita sedang mengobrol di mall. Lalu Pan dapat telepon dari adik sepupunya. Yang aku tahu mereka sangat dekat. Sepupunya menelpon dan bilang kalau dia sedang dalam masalah besar. Kau tahu keluarga Pan. Banyak saingan, dan musuh mereka tidak bisa dibilang sedikit. Dia meminta tolong padanya, karena dia merasa sedang diikuti dengan 2 orang preman. Kita langsung menyusulnya dan benar kita sampai di sana tepat waktu. Kami melihat adik Pan diseret pergi dengan 2 orang itu dan Pan langsung menyerang 2 orang itu. Tatapan yang dia beri padamu tadi sama seperti tatapan dia menyelamati adiknya. Tatapan hanya untuk melindungi apa yang menjadi miliknya."
"Apa?" Tanyaku bingung lagi. "Aku benar- benar tidak mengerti."
Dia tertawa kecil, "Pastilah, karena kau tidak ada di situ untuk melihat kejadiannya. Kau tahu dari mana aku tahu tatapan itu. Sebelum menyerang preman itu Pan bicara seperti ini ’Kalian lepaskan dia. Sekarang juga!’ seperti itu. Mereka tentunya tidak mau dan menantang Pan, sungguh keputusan yang salah. Karena Pan dengan gampang mengalahkan mereka. Apalagi mereka akan menyakiti adik Pan. Selesai mengurus mereka Pan bilang seperti ini ’Aku tidak pernah suka ada yang menyentuh hak milikku. Apalagi orang yang aku pedulikkan.’ Seperti itulah."
Aku masih melihatnya, "Sungguh. Aku benar- benar tidak mengerti semua yang kau katakan."
Dia menghela nafas, "Intinya. Pan sudah peduli denganmu. Dia ingin melindungimu, hal yang dia lakukan tadi. Itu untuk menghalangimu agar kau tidak melakukan hal yang akan kau sesali nantinya. Aku tahu dia terlalu cepat menilai tapi maksud dia baik. Dia hanya ingin melindungimu jadi kau harus mengerti."
"Tapi dia sudah ikut campur urusanku," balasku, "Dan aku tidak suka itu."
"Ashelyn," katanya, "Peter sudah bercerita sedikit tentangmu dan Pan juga. Mereka bercerita sedikit tentang orang seperti apa dirimu itu. Kau itu orang yang selalu ingin membantu bukan? Tidak peduli tentang urusanmu atau bukan. Jika menurutmu kau bisa membantu, kau pasti langsung membantunya kan? Sama seperti Pan."
Aku melihat ke bawah, dia benar. Aku dan Pan memang sama. Tapi aku masih saja kesal. Aku menghela nafas dan melihatnya.
"Jadi menurutmu apa yang harus aku lakukan?"
Dia melipat tangannya, "Tidak tahu juga ya. Jangan marah lagi dengan Pan. Hanya itu yang bisa aku pikirkan."
Aku mengangguk.
~~~
Aku sedang membaca buku, dan hpku berbunyi. Pesan dari Pan. Dari mana dia dapat kontakku?
P: Hei, maaf soal yang tadi. Aku benar- benar tidak bermaksud.
Jadi pesan itu dari Pan. Aku sebenarnya masih sedikit kesal dengannya. Tapi kau harus memaafkan orang bukan?
A: Tak apa.
A: Tapi tolong lain kali jangan terlalu cepat beranggap seperti tadi.
P: Siap
A: Tunggu, dari mana kau dapat kontakku?
P: Peter
A: Oh...
Peterrrrr anak itu benar- benar. Seakan sudah diberi syarat. Peter menelponku. Ini pertama kalinya dia menelponku setelah sekian lama. Mau apa dia? Aku mengangkat telponnya dan dia langsung berteriak dengan senang.
"KAYYYYYYYY," jeritnya dan aku langsung menjauhkan hpku dari kupingku. "KAAAAAAAAAAY!"
"Kau selesai?" Tanyaku bosan.
"KAAAYYYY," jeritnya lagi, "Okeh aku selesai. "Jadi bagaimana kabarmu?"
"Begitu saja," jawabku.
"Benarkah?" Tanyanya, "Dari yang kudengar dari anak- anak kau sepertinya membaik."
"Membaik? Kau kira aku sakit? Aku baik- baik saja! Aku sudah bilang berkali- kali."
"Iya. Iya," katanya, "Astagah... santai saja, bung..."
"Oh iya! Hei!," kataku, "Kau memberi kontakku ke Pan?!"
"Umm..." hanya itu responnya.
"Hei!" Kataku meninggikan nadaku sedikit, "Jawab!"
"Itu karena dia memintanyaaa," jawabnya, "Dia terus menerorku meminta kontakmu. Aku tidak kuat mendengarnya rengekannya."
"Kau... benar- benar," kataku.
"Ayolahhh," katanya, "Nanti kau akan berterima kasih padaku."
"Ya yaaa."
"Aku sepertinya harus berterima kasih pada mereka."
"Dan itu karena?"
"Kau sudah berubah sayangku," katanya, "Dengan cerita yang mereka beritahu aku. Sepertinya kau sedikit kembali jadi dulu."
"Benarkah?" Tanyaku dengan sarkastik.
"Lihat lihat," katanya, "Kau sudah mulai menjadi sarkastik lagi."
"Aku selalu sarkastik Pet," kataku, "Kau tak pernah menyadarinya?"
"Hmmm. I wonder why," katanya dan aku memutar bola mataku, "Mungkin karena kau tidak pernah bicara denganku?"
Kita diam untuk sebentar, sampai akhirnya aku bicara lagi.
"Sayang sekali aku tidak ada di situ ya," katanya tiba- tiba, "Aku benar- benar merindukanmu kau tahu? Kita sudah berpisah selama bertahun- tahun. Saat kita bertemu lagi, kita harus berpisah lagi."
"Yayaya. Kau terlalu berlebihan. Kau tahu sesuatu Pet? Atau Pan sudah memberi tahumu?"
"Apa?" Tanyanya.
Jujur aku terkejut. Pan belum memberi tahunya? Kukira dia akan memberi tahu Peter semuanya yang sudah terjadi.
"Dunia ini sangat sempit Pettt," kataku, "Benar- benar sempit kau tahu?"
"Dan itu karena?"
"Pan itu teman lamaku."
"Apa?" Tanyanya, "Sepertinya aku tidak mengingat kita pernah berteman dengan Pan."
"Bukan, bukan. Sebelum aku mengenalmu. Aku sudah mengenal Pan."
"Apa? Kenapa kau tidak memberi tahuku sebelumnya?"
"Nahh, itu dia masalahnya," jelasku, "Aku juga baru tahu Peter. Dan baru- baru ini aku juga baru tahu kalau aku pernah kecelakaan parah. Aku pernah hilang ingatan Pet."
"APA!?" Dia menjerit, "Kau tidak memberi tahuku?"
"Sudah kubilanggg. Aku baru tahu,"
"Jadi biar kuperjelas kau pernah kecelakaan? Kapan?"
"Saat berumur 7 tahun," jawabku, "Kata tante aku baru memulai sekolah lagi, setelah aku pindah. Jadi aku tidak tertinggal apa- apa. Mungkin itu kenapa kau tidak tahu. Karena saat kecelakaan itu terjadi, aku belum mengenalmu."
"Betul juga," katanya. "Jadi benar kata mereka kalau kau itu teman lama Pan."
"Apa?"
"Jadi, kemarin Pan bercerita kalau dia memimpikan teman lamanya dan teman- temanku menebak teman lama Pan itu kau. Kukira hanya kebetulan kalau kalian punya nama yang sama."
"Sepertinya tidak," kataku, "Lucu bukan?"
"Ya... sangat..."
Sepertinya hanya aku tapi tidak tahu kenapa. Aku mendengar sedikit kesedihan di suaranya itu. Sepertinya aku hanya salah dengarkan?