Read More >>"> That Snow Angel (17) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - That Snow Angel
MENU
About Us  

KAY P.O.V

"Kalau kalian tahu dan kalian melihat berita," kata perempuan di depanku yang sepertinya bernama Wendy, "Kalian pasti tahu bencana apa yang terjadi di pabrik terkenal itu."

Hmm... sudah terbongkar ya? Jujur saja memakan waktu lebih lama dari pikiranku. Aku sudah siap meskipun mataku berkaca- kaca. Siapa sih yang tidak akan sedih saat tahu keluarga yang  sangat ia sayangi meninggal dengan alasan yang tidak jelas dan saat ada rumor yang bertebaran mengatakan kalau kau adalah dalang dibalik semuanya.

"Jadi," lanjutnya, "Keluarga Reshton mengalami tragedi yang sangat luar biasa miris. Rumah mereka kebakaran sampai tidak ada yang tersisa. Kecuali satu."

Dia mengatakan itu sambil melihat ke arahku. Sedangkan aku dari tadi masih melihatnya. Ekspresiku tetap datar.

"Bukankah itu sangat membingungkan?" Katanya, "Bagaimana bisa kau menjadi satu- satunya yang selamat dan tidak ada kabar apa- apa tentang dirimu?"

Aku sudah tahu bagaimana merespon hal seperti ini. Aku menghela nafas dan duduk kembali. Aku mengistirahatkan kepalaku di tanganku dan melihat ke arah Wendy. Aku memberinya ekspresi menantang, "Beritahu aku. Menurutmu bagaimana itu bisa terjadi?"

Dia sepertinya terkejut dengan pertanyaanku. Dia mencemooh lagi, "Menurutku kau tidak menjadi korban karena kau lah dalangnya."

Aku semakin geram. Jadi aku menantangnya lebih jauh, "Kenapa?"

"Kenapa?" Dia makin terkejut, "Mungkin karena kau tidak suka dengan keluargamu. Itu kenapa."

"Dari mana kau tahu itu?"

"Ayolah kasusmu bukan yang pertama," jawabnya, "Keluarga sukses. Anak tidak pernah melihat orangtua karena terlalu sibuk. Jadi kau membunuh satu keluargamu untuk balas dendam. Sudah biasa terjadi."

Okeh. Aku sudah tidak kuat. Aku berdiri dengan emosi, berjalan ke arahnya. Lalu aku merasa ada yang menahan lenganku.

"Ash," kata Pan masih menahan lenganku, "Kau tidak akan mau melakukannya."

Aku menatapnya tajam, "Lepas. Jangan pernah sekalipun menahanku."

Dia tetap tidak melepaskanku. Aku menarik paksa tanganku, tapi dia menahannya terlalu keras. Aku tidak akan mengalah, tapi dia sudah menarikku keluar. Aku berusaha melepaskan diri dari genggamannya tapi tetap saja tidak bisa. Dia menarikku ke pohon belakang sekolah. Saat sudah sampai dia baru melepaskanku. 

"Beraninya kau," kataku marah.

Aku benar- benar marah sekarang. Beraninya dia menarikku saat aku ingin menjelaskan semuanya ke semua orang. Beraninya dia mempermalukanku seperti itu. Berani sekali dia mencampuri urusanku. Paling parah, berani sekali dia menghalangiku.

"Aku tahu kau sangat marah sekarang," katanya, "Tapi kau harus tahu. Aku melakukan ini untukmu."

Apa? Apa dia serius? Dia berusaha mencari alasan?

"Kau serius?" Darahku mulai mendidih. Aku benar- benar ingin meluap sekarang. "Kau masih bisa bilang itu untukku! Apa kau tahu apa yang kau lakukan?!"

Telapak tangannya naik turun. Mengisyaratkanku untuk tenang. Bagaimana aku bisa tenang?

"Aku tahu. Aku tahu," katanya, "Aku hanya tidak ingin kau melakukan hal yang akan kau sesali nantinya."

"Apa yang kau kira akan aku lakukan?"

"Kau ingin menamparnyakan?"

Astagah, manusia ini benar- benar kehilangan akal pikirnya. Untuk apa aku menamparnya? Aku masih dalam batas waras. Aku bukan binatang yang akan menjadi liar saat marah.

"Kau serius?" Tanyaku masih tidak percaya, "Aku tidak akan menamparnya bodoh! Kau kira aku sudah gila ya! Semarah apapun aku. Aku tidak akan pernah melayangkan tanganku!"

"Jadi apa yang akan kau lakukan?"

"Aku akan menjelaskan kebenarannya ke semua orang!" Jeritku. Aku mengambil nafas panjang, "Tapi sekarang terima kasih padamu, aku tidak akan bisa melakukannya."

Sekarang dia diam, tidak bisa berkata apa- apa. Dia menunduk sekarang.

"A...a...aku," katanya terbata- bata, "Maaf, aku salah kira."

"Ini terakhir kalinya kau ikut campur urusanku mengerti!?" Kataku, "Ini juga akan jadi yang pertama dan terakhir kau menghalangiku!"

Setelah bilang itu aku langsung duduk, merasa semua tenagaku sudah dikuras tiba- tiba. Menutup mataku dengan tangan, aku berusaha menenangkan pikiranku. Aku merasakan kalau Pan juga duduk di sebelahku.

"Ash," katanya pelan dan kesedihan sangat terdengar jelas, "Aku benar- benar minta maaf."

Aku hanya diam, tidak ingin menjawabnya sama sekali.

"Aku bisa membantumu menyelesaikan ini semua. Ayo kita kembali ke kelas. Kita beritahu semua orang. Ayo kita buat semuanya benar," aku tetap tidak menjawabnya dan dia menaruh tangan di bahuku, "Ash..."

"Pergi," kataku lemas, "Pergi saja. Tolong. Aku ingin sendiri."

Dia mengangkat tangannya dari pundakku tapi aku tidak merasa dia bergerak dari tempatnya. Aku tahu sekarang sudah jam istirahat jadi aku tidak terlalu khawatir kalau ada guru yang akan mencari kita.

Lagipula aku tidak peduli dengan itu sekarang. Yang aku pikirkan adalah ’Bagaimana aku bisa mencari waktu sebagus tadi untuk memberi tahu cerita dari sudut pandangku.’ Tadi itu benar- benar waktu yang sangat bagus, sungguh di sayangkan harus ada yang merusaknya.

"Bagaimana jika kau menceritakannya padaku saja?" Tanya Pan. Masih berusaha untuk memperbaiki kesalahannya. "Kau beritahu aku dan aku akan sampaikan ke semua orang."

"Apa kau tidak mendengarku tadi?" Jawabku dingin, "Aku sudah bilang jangan campuri urusanku lagi. Apa kau tuli?"

"Aku kan sudah minta maaf."

Aku mencemooh, "Ya. Hanya dengan maaf cukup untuk memperbaiki semuanya."

Aku langsung berdiri dan meninggalkan dia. Aku benar- benar kesal sekarang. Saat aku berjalan pergi aku menabrak seseorang. Aku baru mau pergi tapi orang itu menghambatku. Saat melihat ke atas, aku melihat Gary. 

"Kau tak apa?" Tanya dia dan aku hanya diam. Dia menghela nafas, "Ayo kita bicara sebentar."

~~~

Dia mengajakku ke atap sekolah, aku tahu ini pasti tidak diperbolehkan. Tapi sudah bisa ditebak kalau dia dan teman- temannya sering melakukan ini. Aku mengamati pemandangan dari atas sini. Pemandangannya benar- benar bagus. Setelah sudah puas melihatnya, meskipun aku pasti tidak akan bosan untuk melihatnya. Aku membalikkan badanku dan bersender ke tembok dan mengambil nafas panjang. Aku menunggu dia bicara, tapi dia hanya diam melihatku.

Aku melihatnya, "Apa yang ingin kau tanyakan?"

"Aku kan bilang ingin bicara," katanya, "Bukan bertanya."

"Langsung saja," kataku, "Apa yang ingin kau tanya? Tidak usah basa basi. Perasaanku sekarang benar- benar sedang tidak bagus."

Dia mengangguk, "Aku mengerti. Tadi apa yang akan kau lakukan jika Pan tidak menarikmu keluar?"

"Apa yang kau kira akan kulakukan? Memukulnya? Mencekiknya?"

Jawabannya sungguh membuatku terkejut karena ia menggeleng, "Tidak," jawabnya, "Aku tidak berpikir kau akan memukulnya. Aku bahkan tidak akan percaya jika ada yang bilang kau memukul seeokor nyamuk."

Aku mendengus, "Apa itu jawaban sarkastik?"

"Tidak," balasnya, "Itu benar- benar jujur. Kau hanya tidak ingin kalah dari wendy kan? Kau masih ingin membalasnya atau malahan kau ingin memberi tahu kebenarannya pada semua orang?"

Aku terkejut. Dia tahu apa yang akan kulakukan. Dia mengerti.

"Kau sudah tahu apa yang akan kulakukan," kataku, "Kenapa kau tidak menghentikan Pan saat dia menghentikanku?"

Dia mengangkat bahu, "Karena aku tahu tatapan mata itu."

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Breakeven
16553      2064     4     
Romance
Poin 6 Pihak kedua dilarang memiliki perasaan lebih pada pihak pertama, atau dalam bahasa jelasnya menyukai bahkan mencintai pihak pertama. Apabila hal ini terjadi, maka perjanjian ini selesai dan semua perjanjian tidak lagi berlaku. "Cih! Lo kira gue mau jatuh cinta sama cowok kayak lo?" "Who knows?" jawab Galaksi, mengedikkan bahunya. "Gimana kalo malah lo duluan ...
Nirhana : A Nirrathmure Princess
13416      2002     7     
Fantasy
Depresi selama lebih dari dua belas tahun. Hidup dalam kegelapan, dan berlindung di balik bayangan. Ia hanya memiliki satu harapan, yang terus menguatkan dirinya untuk berdiri dan menghadapi semua masalahnya. Ketika cahaya itu datang. Saat ketika pelangi akhirnya muncul setelah hujan dan awan gelap selama hidupnya, hal yang tak terduga muncul di kehidupannya. Fakta bahwa dirinya, bukanlah m...
Intuisi Revolusi Bumi
920      464     2     
Science Fiction
Kisah petualangan tiga peneliti muda
the Overture Story of Peterpan and Tinkerbell
12947      8576     3     
Romance
Kalian tahu cerita peterpan kan? Kisah tentang seorang anak lelaki tampan yang tidak ingin tumbuh dewasa, lalu seorang peri bernama Tinkerbell membawanya kesebuah pulau,milik para peri, dimana mereka tidak tumbuh dewasa dan hanya hidup dengan kebahagiaan, juga berpetualang melawan seorang bajak laut bernama Hook, seperti yang kalian tahu sang peri Tinkerbell mencintai Peterpan, ia membagi setiap...
A Slice of Love
232      192     2     
Romance
Kanaya.Pelayan cafe yang lihai dalam membuat cake,dengan kesederhanaannya berhasil merebut hati seorang pelanggan kue.Banyu Pradipta,seorang yang entah bagaimana bisa memiliki rasa pada gadis itu.
Rihlah, Para Penakluk Khatulistiwa
13184      2318     8     
Inspirational
Petualangan delapan orang pemuda mengarungi Nusantara dalam 80 hari (sinopsis lengkap bisa dibaca di Prolog).
Why Him?
539      279     2     
Short Story
Is he the answer?
Forestee
422      294     4     
Fantasy
Ini adalah pertemuan tentang kupu-kupu tersesat dan serigala yang mencari ketenangan. Keduanya menemukan kekuatan terpendam yang sama berbahaya bagi kaum mereka.
Dibawah Langit Senja
1270      752     6     
Romance
Senja memang seenaknya pergi meninggalkan langit. Tapi kadang senja lupa, bahwa masih ada malam dengan bintang dan bulannya yang bisa memberi ketenangan dan keindahan pada langit. Begitu pula kau, yang seenaknya pergi seolah bisa merubah segalanya, padahal masih ada orang lain yang bisa melakukannya lebih darimu. Hari ini, kisahku akan dimulai.
102
1865      765     3     
Mystery
DI suatu siang yang mendung, nona Soviet duduk meringkuh di sudut ruangan pasien 102 dengan raga bergetar, dan pikiran berkecamuk hebat. Tangisannya rendah, meninggalkan kesan sedih berlarut di balik awan gelap.. Dia menutup rapat-rapat pandangannya dengan menenggelamkan kepalanya di sela kedua lututnya. Ia membenci melihat pemandangan mengerikan di depan kedua bola matanya. Sebuah belati deng...