Matahari kini mulai menampakkan sinarnya.Waktu pun menunjukkan pukul 06.30 WIB.Bulan berlari menuju sekolahnya yang sudah tak jauh lagi.Sebentar lagi pagar sekolah akan ditutup dan terpaksa dia dihukum “lagi”.
zrrrrtttttttt.
“Ih,Pak!Jangan ditutup dulu pagarnya,” larang Bulan.
“Lah emang kenapa?ini kan udah jam 06.35,” kata satpam itu sambil mengunci gerbang.
“Tolong,Pak.Saya capek,” ujar Bulan,Napasnya tak karuan lagi, karena ia berlari menuju sekolah.
“Nggak,Ini kan udah kesepakatan pihak sekolah,yang harus ditaati!Ya, sudah sekian,Wassalam!” Pak satpam segera meninggalkan Bulan yang masih berdiri di depan pintu gerbang.
“Duh,jadi satpam kok tega banget sih?Jadi gue harus lewat mana nih?” Bulan berkacak pinggang.Ia bingung harus lewat mana..karena Ia sudah bosan dihukum.
Tiba-tiba lewatlah sekumpulan anak laki-laki yang akan melompat pagar belakang.Bulan yang melihat mereka melompat pagar segera mengikuti jejak mereka setelah berhasil melompati pagar.
Langsung saja Bulan mencoba memanjat pagar tersebut,namun itu tak semudah apa yang seperti ia lihat tadi.
“Ih, susah banget, duh.”Bulan mencoba untuk memanjat pagar tersebut
1 kali….
2 kali….
3 kali….
HAP!!!
“Gila susah banget.mana turunnya gitu lagi.Duh, gimana nih.” Bulan melihat ke bawah.Ia ketakutan saat melihat view terjun yang suram.
Bulan berpikir untuk sesaat,namun…
“Eh, eh.”
BRUKKK.
“Aww.” Rintih Bulan saat melihat lututnya yang berdarah.
Seorang laki-laki menghampiri Bulan yang terjatuh dari pagar tadi.
“Lu pasti lompat pagar,ya? Dasar cewek gila! Nekat banget sampe lompat pagar,” sembur laki-laki itu.
“Eh, lu tuh ya bantuin gue kek, apa kek.Ini malah fitnah nggak bener! Jaga ya omongan lo!” sela Bulan.
“Hahahaha, udah ngaku aja lah.Dasar cewek gila lu!” ledek laki-laki itu.
“Mendingan lu pergi dari sini! Pergi, nggak?” Usir Bulan.
“Ya ampun pemarah banget sih, hahahaha.” tawa Laki-laki itu.
“Ih! ”Bulan melemparkan batu ke arah kaki laki-laki itu.
“Ya udah, gue pergi ya. Bye-bye, cewek gila.” Laki-laki itu meninggalkan Bulan yang masih merintih kesakitan karena luka di lututnya.
“Resek banget sih jadi cowok.” Bulan menggerutu sambil mencoba berdiri dan berjalan menuju kelasnya dengan kaki yang pincang.
KELAS XI.IPA.2
“Bulan? Kenapa kamu baru datang? Kenapa lutut kamu berdarah?” tanya Bu Mihar.
“Duh, itu, Bu…tadi saya tuh jatuh dijalan pas mau ke sekolah. Makanya saya terlambat, Bu,” dalih Bulan.
“Ya sudah kalau begitu. Lain kali kamu harus berhati-hati. Silahkan duduk sana.”
Bulan pun duduk dikursinya, di samping Erna.
“Seriusan lu abis jatuh di jalan?” tanya Erna.
“Ya enggalah. Gue abis lompat pagar,” bisik Bulan.
“Lompat pagar? Seriusan lu? Gila lu udah kek anak tomboy aja. Lu tau kan kalo bawah pagar itu apa?”
“Gue tau kok. Batu kerikil kan?Gue tadi jatuh di sana, makanya lutut gue berdarah.”
“Abis lu sih nekat banget.”
“Gue bosen dapet hukuman mulu, Na.”
“Makanya, bangun pagi!”
Bulan cemberut,ia lalu mengeluarkan buku pelajaran.
Semua murid mulai fokus pada pelajaran Bu Mihar hingga tiba saatnya untuk istirahat.
KRIIIIIIIIIINNGGGGGG!!!!!!!!
Semua murid keluar dari kelasnya menuju tujuan mereka masing-masing. Sedangkan Bulan dan Erna memilih untuk ke UKS mengobati lutut Bulan yang berdarah.
“Lu sih, nekat banget. Dasar Miss telat!” celetuk Erna melihat lutut Bulan yang sedang diperban oleh petugas PMR yang berjaga di UKS.
“Heboh banget lu kek ga biasa liat temennya telat,” jawab Bulan sambil mencubit lengan Erna.
“Diem! Lu nyusahin orang aja,” ujar Erna mengelus tangannya yang dicubit sementara anak perempuan bernama Elis itu hanya fokus mengobati luka Bulan.
“Maaf, ya. Elis.”
Elis hanya mengangguk. Ia telah selesai mengobati luka di lutut Bulan.
“Kiamat kali ya kalo lu ga telat.”
“Terakhir gue dateng pagi aja pas MOS, hahaha.” tawa Bulan.
“Gila,sih. Untung gue kaga se grup sama lu pas MOS. Kalo ga, bosen gue liat lu terus.”
“Serah, dah. Thanks ya, Ellis.” Bulan beranjak dari ranjang Uks dan pergi meninggalkan Uks bersama Erna
Ernalwa Cecilia Putri. Seorang gadis yang terlahir dengan selera fashion tinggi, sangat berbeda dengan bulan yang tidak begitu tertarik pada dunia fashion. Rambut gelombang bawah hitam dan perpaduan style-nya menjadikan ia tampak begitu cantik dan terawat..Fabulous!
Sebelum masuk kekelas mereka keperpus terlebih dahulu,karena ingin membaca buku sejenak.Bulan segera mencari buku yang ingin ia baca,ia tampak tertarik pada sebuah buku dan segera duduk untuk membacanya.
Lima menit kemudian, Erna datang dan duduk di samping Bulan.
“Ih, sebel gue! Masa buku di sini ga ada yang tentang fashion gitu,” omel Erna.
Bulan tak mempedulikan Erna, Ia tetap fokus pada bacaannya.
“Astaga,gue dikacangin. Udah gue balik aja ke kelas.”Erna beranjak dari bangkunya dan segera meninggalkan Bulan.
HAP.
“Tunggu, Gue mau pinjem nih buku bentar.” Bulan beranjak dari kursinya dan segera menuju administrasi perpus. Tak lama ia kembali dan mereka segera menuju kelas.
***
Bel pulang sekolah berbunyi. Semua murid berhamburan keluar dari kelas,tak terkecuali Bulan yang sudah siap dengan tasnya.
“Bye, Lan, Hati-hati di jalan, ya,” ujar Erna menuju arah yang berbeda dengan Bulan.
Bulan segera menuju ke arah luar, namun pandangannya terhenti pada satu anak yang sedang bermain bola kaki bersama temannya.
“Itu kan anak yang ngeledek gue tadi pagi? Dia anak futsal? Atau sekadar main? Ih, ngapain lagi gue ngurusin tuh anak. Ga jelas banget.” Bulan melanjutkan perjalanannya menuju gerbang sekolah.
Bulan sudah sedari tadi menunggu di depan pagar sekolah,namun tak ada tanda-tanda Papanya akan menjemputnya.
“Kebiasaan deh Papa kalo kerja suka lupa kalo anaknya nungguin dia pulang.”
Bulan melihat arlojinya yang menunjukkan pukul 16.45.
“Mana udah sore lagi. Naik angkot aja lah dari pada kemaleman.”
Bulan segera mendekat ke bahu jalan, namun…
“Eh, Neng geulis. Nungguin siapa, Neng?” tanya lelaki itu berdiri di samping Bulan dengan nada mengejek.
“Yang pasti bukan nungguin lu!!!” jawab Bulan kesal.
“Lu nungguin siapa yang jemput? Bokap? Kakak?”
“Haduh, lo tuh berisik banget,ya. Sewot lagi. Mau gue pulang sama Papa gue, Kakak gue, atau pun pacar gue itu kan bukan urusan lu!” bentak Bulan.
“Ih, sadis amat.” Lelaki itu bergidik ngeri melihat Bulan yang sangat kesal padanya.
Tanpa pikir panjang Bulan memberhentikan angkot yang sedang ngetem di dekat tempat ia berdiri.
“Udah,ya. Bye!”Bulan langsung masuk ke dalam angkot.
Di tengah perjalanan Bulan sambil membaca buku yang Ia pinjam di perpustakaan untuk menghilangkan rasa bosannya. Sampai ia tak sadar jika di angkot itu hanya ada Bulan dan sopirnya.
“Eh,Neng. Berenti sini aja, ya!” ujar sopir angkot itu meminggirkan mobilnya.
“Loh, Pak. Ini masih jauh dari rumah saya. Ini daerah mana lagi.” ujar Bulan tak mau keluar dari mobil.
“Neng mau berhenti di sini atau ikut saya?” tanyanya dengan nada serius
“Ya udah.” Bulan langsung saja turun dari angkot.
“Bayar woy, dikira angkot Bapak lu!”
“Enak aja! Nyuruh gue bayar nyampe ke rumah juga kaga. Ini daerah mana lagi.”
“Cepetan bayar aja.”
“Kalo mau dibayar anterlah gue ke rumah.”
“Enak aja! Lu kira gue sopir lu?!” Sopir angkot itu pun masuk ke dalam mobilnya dan melaju dengan kecepatan tinggi.
Bulan berjalan mengikuti arah langkah kakinya. Hari semakin sore jam pun sudah menunjukkan pukul 17.45.
“Gila tuh angkot. Ini daerah mana lagi,nih. Kok sepi banget.”
Bulan memerhatikan sekitarnya. Sepi. Tak ada satu pun orang yang berjalan atau melintas.
BRUM….BRUM….BRUM…
Akhirnya, ia mendengar suara kendaraan setelah lama berjalan. Namun, ia kembali dengan muka masamnya setelah ia tahu siapa itu.
Ya, itu adalah anak laki-laki yang mengejeknya tadi.
“Eh, lu bukannya anak tadi pagi,ya?” tanya lelaki itu turun dari motornya.
“Apa? Siapa, ya? Gue ga kenal!” jawab Bulan berlari menjauh dari lelaki itu.
“Ngapain lo ke sini? Bukannya lo tadi naek angkot ya?” Lelaki itu mempercepat langkahnya menyusul Bulan.
“Iya, gue naek angkot. Sopirnya yang berhentiin gue di sini!” jawab Bulan.
“Daerah sini bahaya. Mending lo ikut gue aja pulang. Gue anter deh.”
“Ikut sama lo lebih bahaya lagi!” celetuk Bulan.
“Gue serius, disini bahaya. Gue ga ngapain lo kok. Gue anter lo sampe rumah. Seriusan.”
“Bener nih?”
“Iya,bener.Buruan ntar tambah malem lagi.”
Bulan mengangguk lalu mereka menghampiri motor lelaki itu dan menaikinya.
“Lu balik mana?” tanya lelaki itu.
“Di Perum Angkasa Pura. Kalo lu?” tanya Bulan balik.
“Gue mah balik rumah,haha!” jawabnya sambal tertawa
“Ih,lo tuh ya ga pernah serius ditanya!”
“Gue maunya serius sama lu.” ujar Lelaki itu dengan nada bercanda
“Apaan dah ga jelas banget lu.”
“Nama gue Bintang Pratama.” ujar Lelaki itu lagi.
“Nama gue Aminah.” jawab Bulan dengan nada bercanda.
“Aminah ibundanyaaaaaaaaaaa…” teriak lelaki itu.
“Etdah,malah nyanyi.kalo jatuh tadi gimana?nama gue Bulani Asyilla Putri,biasa dipanggil Bulan.” jawab Bulan.
“Hah,serius lu nama lu Bulan?”tanya Bintang.
Lelaki itu mengangguk. Setelah itu tak ada lagi pembicaraan antara mereka.
***
Sekolah sudah nampak ramai. Banyak siswa yang berlarian memasuki sekolah,dan yang terakhir masuk adalah Bulan Si Miss telat.
“Pak,pak.jangan ditutup pintunya.”
“Kebiasaan kamu,tiap hari telat.udah pulang aja sana!”
“Ih,Bapak.buka pak.Paaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkk!!!!”
Bulan yang sudah lelah teriak pun berbalik ke belakang.
“Astaga,bisa ga sih lu ga usah ngagetin gue.” omel Bulan sambil berkacak pinggang.
“Lagian lu teriak-teriak lu kira ini hutan?” tanya Bintang.
“Lu kok ga masuk?” tanya Bulan balik dengan polosnya.
“Gue abis dari belakang,emang kenapa?”
Bulan menggeleng,Bintang melihat ke arah pagar depan yang sudah ditutup.
“Mau masuk, ga?”
“Emang bisa?paling lewat belakang,kan?”
“Iya,itu jalur satu-satunya. mau ikut ga?”
“Ga ah,ngeri gue.”
“Lu ngeri karna batu-batunya?tenang ada triknya kok.yang penting sekarang lo ikut gue.”
Bulan nampak ragu dengan Bintang,pasalnya ia sudah “Jera” lewat pagar belakang.
“Udah,ah.lama lu.” tanpa ragu Bintang menarik tangan Bulan hingga mereka tiba di pagar belakang sekolah
“Lu duluan.”
“Eh,kok gue?” tanya Bulan yang masih takut
“Udah ah,buruan.ntar gue bantu kok.”
Bulan memanjat pagar itu dengan perlahan diikuti oleh Bintang,sesampainya diatas,ia bergidik ngeri dengan batuan-batuan yang menyakitkan itu.
“Gausah takut.ayo ikutin gue.” Bulan memegang tangan Bintang erat,karena ia takut terjatuh.
HAPPPPPP.
Bulan membersihkan pakaiannya yang agak kotor terkena pagar.
“Makasih,ya,Bin….”ia menoleh menghadap Bintang,namun keberadaannya pun sudah tak ada lagi.
“Jelmaan hantu kali ya tuh anak..tiba-tiba ngilang…tiba-tiba muncul” ujar Bulan sambil menggelengkan kepalanya.
Bulan pun berlarian menuju kelasnya. Setibanya dikelas tak ada guru yang sedang mengajar dalam kelasnya.Ia langsung saja duduk di samping Erna.
“Lu lewat mana lagi,nih?” tanya Erna melihat teman satunya ini yang sudah olahraga pagi.
“Ya kali gue lewat depan,orang gue telat.”jawab Bulan sambil mengibaskan tangannya ke wajahnya.
“Kaki lu ga kenapa-napa,kan?” tanya Erna lagi sambil melihat kearah kaki Bulan
“Kagak,” jawab Bulan datar