2
Thank you
Bulan meletakkan novel yang ia baca di kursi, lalu ia beranjak berdiri dan melihat ke arah lapangan futsal.
Bintang dan teman-temannya sedang bermain futsal saat jam istirahat sekolah,namun tiba-tiba…
BUGHH
“Aw, gila nih, ya. Siapa yang nendang?” tanya Bulan melihat kearah teman-teman Bintang, termasuk Bintang.
Bintang menghampiri Bulan sambil tertawa.
“Lu lagi satu,ketawa-tawa emang lu kira lucu?”omel Bulan.
“Lu sensi banget deh. PMS, ya?” tanya Bintang.
Bulan mengambil novelnya yang ada di kursi lalu pergi meninggalkan Bintang yang bingung melihat tingkah Bulan.
***
Bulan meletakkan novelnya dan meneguk teh botol milik Erna.
“Nih anak kalo lagi marah serem banget. Lu kenapa lagi,nih?” tanya Erna melihat Bulan dengan muka masamnya.
“Bintang nyebelin!”
“Bintang mana? Anak futsal?”
Bulan mengangguk dan mengeluarkan ponselnya.
“Lu kenal dari mana sama si Bintang?” tanya Erna kaget.
“Gue telat kemaren gue diledek sama dia,” jawab Bulan datar.
“Jangan-jangan lu ngeliat dia manjat pagar belakang jadi lo ikutan, ya?”
“Iya. Emang kenapa?”
Erna tertawa puas ke arah Bulan. Sedangkan Bulan tak mengerti apa yang ditertawakan oleh Erna.
“Eh, lu ngetawain apa sih?”
“Ya kali lu ngikutin mereka.Mereka kan emang udah jago manjat pagar.”
Jago manjat pagar.
Itu emang kalimat yang tepat untuk mereka karna mereka emang rajanya.
***
Bulan izin sebentar untuk ke toilet pada saat jam Pak Andi, guru Matematika. Ia berjalan menuju ke arah toilet, namun ia tak sengaja melihat ke arah Pak Yudi yang sedang memarahi gerombolan lelaki. Mereka adalah Bintang dan gerombolannya.
“Sudah berapa kali Bapak bilang,jangan main bola saat jam istirahat! Kalian lihat dampaknya? Badan kalian keringat dan bau. Itu sangat mengganggu dijam pelajaran saya,” tegas Pak Yudi.
“Yaelah, Pak. Bapak kek cewek aja lebaynya,” celetuk Bintang.
Pak Yudi segera mendekat ke arah Bintang.
“Apa kamu bilang?” tanyanya dengan tatapan tajam.
“Bapak kayak cewek.” jawab Bintang.
Seketika amarah Pak Yudi memuncak. Ia sudah tak tahan melihat Bintang.
“Bersihkan lapangan ini!!!!!!! Kecuali Bintang,ia dapat hukuman special!Bintang ikuti saya!” ujar pak Yudi berjalan meninggalkan lapangan di ikuti Bintang.
Bulan yang penasaran segera mengikuti langkah mereka diam-diam. Hingga sampailah mereka di gudang sekolah.
“BINTANGGGGGGG!!!!! Mau jadi apa kamu disekolah ini? Preman? Kamu mau bikin malu Om?” tanya Pak Yudi tak santai.
OM? Ya. Pak Yudi adalah paman dari Bintang, kakak dari Ibunya.
“Kamu mau Om laporin sama Ibu kamu,kan?” tanya Pak Yudi serius
“Jangan,Om. Bintang janji bakal berubah.” jawab Bintang, nadanya pelan.
“Baiklah. Kalau begitu turuti saja aturan sekolah dan jangan nakal. Oh, iya hukuman kamu ini, bersihkan gudang ini. Saya tau gudang ini bersih jika saya kemari.” ujar Pak Yudi lalu meninggalkan Bintang sendirian.
Bintang mengambil sapu yang ada dibalik pintu lalu mulai membersihkan gudang itu. Sementara Bulan malah pergi meninggalkan Bintang di gudang sendirian.
***
Jam pulang pun tiba. Semua pun berhamburan keluar dari kelas mereka, tak terkecuali Bulan.
“Erna, gue duluan,ya. Bye!”Bulan langsung saja keluar dari kelas meninggalkan Erna menuju gudang.
“Bintang,” panggil Bulan mendekat ke arah Bintang.
“Kenapa? Bukannya lu marah sama gue?” tanya Bintang yang baru saja selesai membersihkan gudang.
“Maaf, gue suka emosi. Nih, tisu sama minum buat lu.” Bulan menyodorkannya ke Bintang.
“Thanks, ya.” Bintang segera membuka botol minum itu dan langsung meneguknya.
“Eh, kalo minum tuh duduk!” tegur Bulan mencubit lengan Bintang.
“Udah habis duluan,gimana?” tanya Bintang yang melempar botol itu ke kotak sampah.
“Lain kali duduk kalo minum.” Ujar Bulan sambil menoleh kearah Bintang, matanya tak berhenti untuk melihat kearah laki-laki itu.
“Ngapain lu liat-liat gue?” celetuk Bintang yang melihat Bulan yang menatapnya sedari tadi.
“Idih,ge-er banget lu,” ujar Bulan menyilangkan tangannya.
“Lu belum mau balik?” tanya Bintang melihat arlojinya yang menunjukkan pukul 14.30.
“Udah mau balik, nungguin Bokap gue yang jemput.” Jawab Bulan
“Gue anter, ya sampe depan.” Bintang menarik tangan Bulan, diperjalanan mereka menjadi pusat perhatian oleh anak-anak ekskul. Namun mereka sama sekali tak menghiraukan anak-anak itu.
30 menit sudah mereka menunggu di depan pagar sekolah, namun lagi-lagii tidak ada tanda jika Papa Bulan akan menjemputnya.
“Coba lu telfon lagi deh bokap lu, mungkin dia ada masalah tapi lupa ngubungin lu,” ujar Bintang memberi saran.
Bulan mengambil ponsel dari dalam tasnya dan membaca pesan dari Papanya.
“Bulan, maaf Papa ga bisa jemput kamu, Papa ada urusan mendadak. Pulang bareng teman aja atau ga naik taksi, ya.”
Bulan meletakkan ponselnya dalam tas dan mendengus sebal, ia menyilangkan kedua tangannya.
“Kenapa? Bokap lu ga jemput lu lagi?” tanya Bintang sekedar basa-basi, padahal ia sudah tahu dari raut wajah Bulan yang nampak kesal.
Bulan mengangguk, ia masih saja dengan muka sedihnya. Mukanya ia tekuk. Ia tak berani menatap Bintang.
“Yaudah, lu tunggu sini bentar, gue mau ke dalam.” Bintang berlarian masuk kearah lapangan sekolah, tak butuh waktu lama Bintang keluar dengan motornya.
Bintang turun dari motornya dan mendekat ke arah Bulan,
“Ayo naik tuan Putri.” Ujar Bintang membungkuk dan mengulurkan tangan.
Uluran tangan itu disambut baik oleh Bulan. Bulan pun tersenyum kembali, lalu mereka naik motor Bintang.
Di perjalanan pulang, tak ada satupun yang berbicara, Hening. Hingga Bintang membuka topik pembicaraan.
“Eh, gimana kalo kita ke taman dulu?” tanya Bintang.
“Mau ngapain?” tanya Bulan balik.
“Ya jalan aja sih, bosen gue dirumah.” Ujar Bintang.
“Yaudah, tapi jangan lama!”
“Siap bosssss!!!!”
Tak butuh waktu lama, mereka sudah sampai di taman kota. Mereka pun duduk di bangku taman dekat air mancur.
“Mau beli es krim ga?” tanya Bintang.
“Gausah,” jawab Bulan
“Nih cewek aneh deh, biasanya kan cewek-cewek pada suka es krim kok dia ga suka, ya.” Ucap Bintang dalam hati.
“Bin, mending kita beli Kripik itu aja yuk.” Bulan menunjuk ke arah kedai yang menjual makanan pedas, memang Bulan berbeda dari cewek umumnya, ia tidak suka yang manis namun ia menyukai yang pedas dan asin.
“Emang lu ga takut kepedesan?” tanya Bintang meragukan kemampuan Bulan.
“Yang ada lu kali yang takut, ayok!” Bulan berlarian menuju kedai itu.
“Bang,Keripiknya 2 ya level 4.”
“Etdah, lu beneran yakin nih mau pesen level 4?” tanya Bintang lagi ragu.
Bulan mengangguk, tanpa ada keraguan sedikitpun. Sedangkan Bintang, ia hanya menelan ludahnya karena tak sanggup membayangkan betapa pedasnya kripik itu.
“Makasih, Bang.” Bulan menyodorkan kripik itu ke Bintang.
“Hah, iya Makasih.” Bintang nyengir tak karuan sedaritadi.
Bulan sudah menghabiskan setengah kripiknya, sedangkan Bintang, ia hanya memakan sedikit kripiknya. Bintang menerapkan prinsip “Sedikit-sedikit yang penting habis.”
“Lu makan apa kagak sih, kok ga abis-abis?” Bulan melihat kearah kripik Bintang yang masih tersisa banyak.
“Anu, gue udah makan tadi,makanya gue dikit banget makan kripiknya.” Elak Bintang, karena ia takut pedas. Memang dua pribadi yang aneh.sebenernya Bintang suka pedas, namun tak sampai seekstrim Bulan.
“Lu sering ya pulang sekolah ke taman dulu?”
“Hmmmm,nggak sih…gue Cuma pengen ngibur lu doang, makanya gue ajak lu jalan ke taman, lu pasti bete nungguin bokap lu tadi,”
“Sok tau banget!”
“Nggak sih, Cuma keliatan dari raut muka lu beda, lu cemberut. Bebek aja kalah ama lo kalo lagi cemberut!”
“Ih, apa sih!” Bulan mencubit lengan Bintang pelan.
“Lu suka banget sih nyubit anak orang.” Bintang mengelus tangannya yang memerah.
“Biarin! Lu resek sih.”
“Eh, balik yuk. Udah sore nih, ntar lu dimarahin bokap lu lagi pulang sore.”
Mereka berjalan menuju parkiran dan Bintang mengantar Bulan pulang ke rumahnya.
***
Pagi hari ini, nampak berbeda dengan pagi kemarin. Bulan yang biasanya terlambat pun datang pagi sekali. Ia duduk dikelas sambil membaca novelnya.
“Eh,Bulan?gue ga salah liat kan? Kamu beneran bulan kan?” tanya Bagas mengucek kedua matanya. Ia masih tak percaya jika yang ia lihat sekarang adalah Bulan. Bagas ini memang murid yang dapet kategori terpagi dikelasnya. Kalo Bulan ya kalian tau sendiri dapet kategori apa.
“Iya, ini gue Bulan. Biasa aja dong liatnya, kayak ngeliat alien aja lu.” Celetuk Bulan sambil tetap fokus pada bacaannya.
“Lu kesambet apaan dateng pagi-pagi? Kesambet nenek duyung?” ledek Bagas.
“Lu pagi-pagi udah berisik banget sih…gue sekolah bukan mau denger suara lu.” Bulan beranjak dari kursinya dan keluar dari kelas.
Bulan berjalan menjauh dari kelas, asal tak bertemu dengan Bagas lagi. Ia pun memilih untuk duduk di taman belakang sekolah. Suasananya pun masih sepi karena anak-anak kebanyakan belum datang.
Baru saja ia ingin duduk,namun pandangannya teralihkan pada seorang lelaki yang sedang bermain skateboard. Itu adalah Bintang.
“CKKKKKKKKK,” Bintang berdecak sebal karena ia terjatuh sedaritadi.
“Lu gapapa?” tanya Bulan menghampiri Bintang.
“Gapapa,Cuma luka dikit doang kok,nanti juga bakal sembuh.” Ujar Bintang yang mencoba berdiri dibantu oleh Bulan.
“Lu ngapain disini?”
“Gue lagi baca Novel, trus gue ngeliat lo jatuh jadi gue samperin deh.”
“Mending lu ke kelas aja, gue bentar lagi mau ke kelas kok.”
“Tapi luka lo?”
“Udah gapapa, Cuma kegores dikit. Buruan ntar masuk.”
Bulan mengangguk, ia pergi meninggalkan Bintang di taman.
***
Bulan berjalan menuju lapangan futsal untuk melihat anak ekskul futsal latihan, namun sedari tadi Bulan tak melihat Bintang disana.
“Eh, tunggu. Bintang mana ya?” tanya Bulan pada anak futsal yang duduk di dekat lapangan.
“Kak Bintang di UKS kak, katanya tadi dia lagi sakit perut.”jawab anak itu.
“Thanks, ya.” Bulan segera menuju ke UKS untuk melihat keadaan Bintang.
***
“Bulan, lu kok kesini? Ga kekantin?” tanya Bintang kaget melihat kedatangan Bulan tiba-tiba.
“Justru gue yang nanya lu, kok bisa lu sakit perut? Lu ga makan ya?” tanya Bulan balik.
“Hmmm, iya gue tadi ga makan soalnya gue buru-buru ke sekolah.” Elak Bintang.
“Ih, bohong banget! Tadi kata Bu Nita si Bintang sakit perut gara-gara makan pedes.” Celetuk Elis.
“Bener itu? Apa lu sakit perut gara-gara gue ajakin makan kripik level 4 kemaren?”
“Ya bisa jadi gitu,” celetuk Elis lagi.
Sial memang,Ellis bermulut ember bocor. Tidak bisa diajak kerja sama dalam hal seperti ini. Bintang menatap Ellis dengan tatapan mengutuk, sedangkan Elis ia hanya masa bodo dengan muka Bintang sebelas dua belas seperti nenek sihir yang siap mengutuknya.
“Sekarang lu udah baikan?” tanya Bulan memastikan keadaan Bintang.
“Iya udah baikan kok, gue kan cowok masa iya kalah sama cewek.” Bintang menampakkan sisi arogannya.
“Dih, gitu doang lu aja udah sakit perut.” Celetuk Bulan.
“Maaf, ya. Gara-gara gue lu sakit perut.” Bulan menundukkan wajahnya, terlihat ia nampak menyesal. Padahal ia sama sekali tak ada niat untuk mengusili Bintang.
“Iya,gapapa kok. Santai aja. Jangan cemberut lagi,inget ga kalo lu cemberut lu kayak apa?” ledek Bintang.
“Kayak Bebek!” jawab Bulan.
“Haha, tuh tau. Makanya jangan cemberut lagi, ya.” Bintang mencubit pipi Bulan.
“Ish ,apa sih. Sakit tau.” Bulan mengelus pipinya.
“Makanya jangan sering nyubit lengan orang dong, hehe.” Bintang nyengir.
***
Hari ini adalah jadwal tambahan bagi anak kelas sepuluh, mereka harus belajar sampai jam 4 sore. Kebetulan sekarang adalah jam istirahat kedua.
Bulan duduk di kursinya sambil membaca novel untuk menghabiskan jam istirahat. Tiba-tiba Erna datang dan meletakkan sebotol teh dingin di hadapannya. Bulan mengangkat wajahnya dan menatap teman sebangkunya itu dengan tatapan tidak percaya.
“Apa nih? Tumben Erna baik hati,” ucapnya dengan nada menyindir.
Erna memajukan bibirnya “Bukan dari gue. Itu titipan.”
Dahi Bulan mengernyit “Titipan dari siapa?”
“Katanya ucapan terima kasih.”