Athena melipat tangannya di atas meja dan menempatkan kepalanya di atasnya. Jeweran di telinganya bahkan masih terasa setelah guru fisikanya menjewer dan menyeretnya ke ruang guru. Untungnya guru yang seharusnya mengajar pelajaran selanjutnya tidak masuk dan tidak ada guru pengganti sehingga Athena bisa kembali memejamkan matanya walaupun suasana kelas yang berisik membuatnya tidak bisa tidur juga.
Elang baru saja masuk ke dalam kelas dengan kantung plastik di tangannya. Elang hanya bisa menatap cengo saat orang yang membuatnya keliling mencari orang yang berjualan martabak di pagi hari itu sedang tidur. Elang meletakkan kantung plastik martabaknya di atas meja dengan pelan-pelan. Athena masih belum sadar juga akan kehadiran Elang membuat Elang hanya bisa mendengus dalam hati.
Elang menunduk. “Bangun!” seru Elang tepat di sebelah telinga Athena.
Athena refleks menegakkan tubuhnya dan tangan kanannya memukul ke belakang hingga tepat mengenai wajah Elang yang masih berada di sebelah telinga Athena. Elang menahan makiannya saat tangan Athena memukul hidungnya keras.
Athena panik. “Maaf, aduh. Gue beneran gak sengaja, lagian siapa suruh lo ngagetin gue?”
“Gak tau diri. Udah gue cariin martabak sampe muter-muter, tapi apa balesannya? Bukannya bilang makasih malah hidung gue ditepak.”
“Makasih. Tapi itu serius, gue gak sengaja, maaf. Lagian lo ngagetin gue,” kata Athena merasa bersalah. “Hidung lo gak patah kan?”
Elang berdecak malas. “Tenaga lo gak sekencang itu sampe hidung gue bisa patah.”
“Gue cuman memastikan.”
“Tuh, martabak yang nyarinya susah payah,” ucap Elang sambil menunjuk kantung plastik di atas meja dengan dagunya.
“Ehm, itu,” ucap Athena ragu. “Sebenernya gue bercanda doang,” kata Athena sambil menampilkan cengirannya.
“Wah. Lo lagi nyari ribut?” tanya Elang dengan tatapan seramnya.
Athena bangkit berdiri dan lari keluar kelas karena seram melihat tatapan Elang, sementara Elang mulai mengejar Athena. Sesekali Athena menoleh dan mendapati kecepatan Elang yang terus mempertipis jarak walaupun Athena sudah berlari dengan kecepatan maksimalnya.
“Berhenti lo!” ujar Elang kesal.
“Gak! Gue kan udah ngaku kalo gue bercanda doang. Lagian mana gue tau lo sebego itu buat nurutin kemauan gue yang gak jelas,” jawab Athena terengah-engah karena masih terus berlari.
“Ya udah berhenti aja!” seru Elang gemas.
“Lo berhenti dulu! Jangan lari-lari, hidung lo yang tadi gue tepak kalo ternyata kenapa-napa, nanti jadi gue yang salah!” ucap Athena mengeluarkan alasan supaya Elang berhenti mengejarnya.
Athena melangkah mundur beberapa langkah sebelum akhirnya terjatuh karena menabrak seseorang. Elang sudah berhenti berlari dan berdiri di sebelah Athena sambil mengulurkan tangannya yang tidah diacuhkan Athena.
“Hobi lo nabrak orang?” tanya Ares.
“Lo lagi!” seru Athena kesal. “Udah tiga kali ya lo nabrak gue. Bukannya minta maaf atau bantuin malah diem aja. Kalo generasi muda kayak lo semua…”
“Ocehan lo gak ada yang lain?” sela Ares.
“Ini gue ngulurin tangan buat bantuin lo malah dianggurin,” protes Elang dengan tangan yang masih diulurkan.
“Gak perlu,” sinis Athena sambil bangkit berdiri.
Elang berdecak. “Gak jelas,” gumamnya.
“Athena? Bentar lagi bel, mau ke kantin bareng gue?” tanya Karel yang muncul dari belakang Ares.
Athena menatap sinis ke arah Ares yang berjalan begitu saja sebelum kembali menatap Karel sembari berpikir. Athena melirik Elang yang hanya diam saja.
“Kapan-kapan aja ya? Gue takut Elang tiba-tiba gak bisa napas terus mati gara-gara gue,” jawab Athena, lalu detik berikutnya Athena sudah menarik lengan seragam Elang tanpa menunggu respon Karel.
Ceritanya ngegemesin.. bakal baca sama ending kok pasti haha...
Comment on chapter Enigma | 01Karakter Athena yang unik.. keren lah hahaha
Baca cerita aku juga ya, kalo mau hehe
Semangat terus!