Athena cemberut. Elang benar-benar sadis, padahal Athena hanya minta diantar pulang karena kakaknya tidak sempat jemput hari ini. Tapi Elang dengan teganya menolak mentah-mentah permintaan Athena. Jadilah sekarang Athena harus memikirkan caranya pulang nanti siang, padahal jam pertama baru saja selesai.
“Lo beneran gak kasihan sama gue?” tanya Athena dengan wajah memelas.
“Gue udah bilang lo lagi sial hari ini, gue beneran gak bisa hari ini. Masa hukuman dari mamake gara-gara gue bolos kemaren buat beliin lo martabak.”
“Terus gue pulang gimana?” desak Athena.
“Minta Karel sana. Gue yakin dia dengan senang hati nganterin lo pulang.”
“Gue gak gitu kenal,” protes Athena.
“Kenalan, sekalian pendekatan,” jawab Elang malas.
“Ish. Gue serius.”
“Ya, gue juga serius.”
“Ayolah, Lang…” rengek Athena.
“Keras kepala banget ya,” ucap Elang gemas.
“Lagian masa hukuman apaan sih? Lo juga sih bego, mau aja gue kerjain.”
“Lah, jadi salah gue nih?” tanya Elang tidak habis pikir. “Lo minta dibeliin martabak, terus akhirnya malah dibagi-bagi ke satu kelas. Siapa yang gak tau diri?”
Kemarin, martabak yang Elang beli memang Athena bagikan ke satu kelas karena masih tersisa banyak. Athena membagikannya di depan Elang tanpa rasa bersalah yang membuat Elang berusaha menahan emosinya.
“Gue gak mungkin makan semuanya kan?” balas Athena sewot.
“Lo cuman makan satu potong!” sinis Elang.
“Lagian lo beli martabak di mana sih? Manis banget,” elak Athena.
Elang menghela napasnya. “Lo minta dibeliin martabak coklat. Sekarang gue tanya, kalo tuh martabak rasanya asin, aneh gak?”
“Aneh sih,” gumam Athena.
“Nah, ya udah.”
“Tapi ayolah… anterin gue pulang, ya ya ya?” bujuk Athena.
“Nah, dateng dedemitnya,” gumam Elang saat melihat Karel dan Alaric masuk ke dalam kelas dan berjalan ke arah mejanya.
“Lo dari tadi jadi nyamuk?” tanya Alaric sambil menertawakan Ciko yang memang sedari tadi hanya menatap Elang dan Athena bosan.
“Debat mulu kerjaannya, pusing gue, pusing, dengernya,” ucap Ciko sambil berpura-pura memegangi pelipisnya.
“Hai, gue mau nagih janji lo. Kantin?” tanya Karel sambil menaikkan alisnya.
“Nih, bawa sana,” sahut Elang. “Sekalian nanti siang anterin pulang. Dari tadi ngerengek minta dianterin pulang.”
Athena melotot pada Elang. “Gue gak ngerengek!” bantah Athena kesal.
“Dengan senang hati. Kalo perlu besok pagi gue jemput, dan seterusnya?”
“Nyari kesempatan…” ucap Alaric dan Ciko bersamaan yang langsung dilirik tatapan tajam Karel.
“Hari ini aja,” jawah Athena salah tingkah.
“Itu pipi kenapa kayak kepiting rebus,” ledek Elang yang membuat Athena langsung memegangi pipinya sambil menatap tajam Elang. “Yah, malu deh, padahal gue bercanda doang.” Elang tertawa kencang.
Athena melotot sebelum bergerak mencubit lengan Elang.
“Aduh, sakit, sakit, sakit!” ringis Elang sambil mencoba melepaskan cubitan Athena, setelah berhasil terlepas Elang berlari keluar kelas karena Athena masih mencoba untuk mencubitnya lagi.
Athena berlari mengejar Elang, meninggalkan Karel yang terdiam, sementara Alaric dan Ciko yang melongo.
***
Satu jam setelah bel pulang sekolah, Athena masih berada di pintu masuk sekolahnya. Tadi pagi Karel bilang akan menghampiri Athena ke kelasnya, tapi Athena sudah menunggu dua puluh menit di kelasnya dan Karel tidak muncul juga. Jadilah Athena berjalan dengan muka putus asanya lalu duduk di kursi yang tersedia di pintu masuk sekolah. Hanya tersisa beberapa orang yang menunggu dijemput, sementara Athena sedang susah payah memikirkan bagaimana caranya untuk pulang.
Athena sontak berdiri saat melihat Ares berjalan melewatinya. “Ares? Nama lo Ares kan?”
Ares berhenti dan menoleh. Athena berjalan mendekati Ares.
“Lo temennya Karel kan? Lo tau Karel dimana?” tanya Athena.
“Nganterin Elena ke rumah sakit,” jawab Ares singkat.
Ares berniat melanjutkan langkahnya, tapi batal saat Athena bertanya lagi. “Elena sepupunya Ciko?”
“Iya.”
“Tapi tadi dia bilang mau nganter gue pulang,” gumam Athena menunduk.
Ares mendengus sebelum melanjutkan langkahnya. Athena mendongak dan mengejar langkah Ares yang panjang.
“Gue boleh minta tolong lo buat anterin gue pulang gak?” tanya Athena berjalan di belakang Ares.
Ares tidak menjawab membuat Athena berbicara lagi. “Kalo lo anterin gue pulang, gue bakal lupain salah lo yang udah nabrak gue tiga kali deh.”
Tiba-tiba Ares menghentikan langkahnya sehingga Athena menabrak badan Ares. Athena meringis sambil memegangi dahinya.
“Kalo mau berhenti kasih tau dong. Jidat gue sakit tau!” gerutu Athena.
“Lo yang nabrak gue tiga kali,” sinis Ares.
“Dih, gak mau ngaku.”
Ares melanjutkan langkahnya menuju tempat parkir motor dengan Athena yang terus membuntuti dan membujuknya untuk mengantar Athena pulang. Ares naik ke atas motornya dan menyalakan mesin motornya, sementara Athena mengikuti Ares dan naik ke atas motornya.
“Ya, ya, ya? Ayolah, anggap aja sebagai permintaan maaf lo karena udah nabrak gue tiga kali,” bujuk Athena yang sudah duduk di belakang Ares.
“Ya udah,” ucap Ares pasrah, berbeda dengan Athena yang sudah tersenyum kemenangan. “Nyusahin. Lo kalo ditilang polisi karena gak pake helm, gue tinggal.”
Ceritanya ngegemesin.. bakal baca sama ending kok pasti haha...
Comment on chapter Enigma | 01Karakter Athena yang unik.. keren lah hahaha
Baca cerita aku juga ya, kalo mau hehe
Semangat terus!