Seperti keajaiban, Athena mencatat semua yang dijelaskan oleh guru fisika yang sedang mengajar. Semuanya Athena catat, dari yang di papan tulis sampai yang hanya dibicarakan guru tersebut. Itu yang membuat Elang memperhatikan Athena, masalahnya hanya beberapa orang saja yang mendengarkan penjelasan guru mereka, sisanya sibuk dengan urusan masing-masing.
“Lo ngambek?” tebak Elang.
Athena menghentikan tangannya dan menoleh, menatap Elang, lalu detik berikutnya dia membuang muka.
“Lo ngambek?” ulang Elang.
Athena menoleh lagi. “Mending lo tukeran tempat sama siapa gitu!”
“Gue diusir?” tanya Elang heran. “Ada juga gue yang ngusir lo.”
Athena menatap Elang malas, lalu membuang muka. “Ciko! Mau tukeran tempat sama gue gak?”
Ciko yang duduk tepat di depan Athena menoleh, tapi perempuan yang duduk di sebelah Ciko juga ikut menoleh. “Lo pindah, gue laporin tante!” ancam Elena—perempuan yang duduk di sebelah Ciko.
Ciko menatap Elena bosan. “Kerjaan lo cuma ngancem ya?” tanya Ciko lalu beralih menatap Athena. “Ayok, lah. Gue bosen duduk di sini.”
Athena berdiri, Elang menarik Athena sampai dia duduk kembali ketika Athena ingin mengambil barang-barangnya di meja.
“Napa dah?” tanya Elang heran.
“Jujur nih ya. Gue kira lo orang tersingkirkan, bukannya si populer-populer gitu. Ngapain gue pindah sekolah kalo urusannya sama orang kayak lo lagi.”
Elang menyipitkan matanya.
Athena mendengus malas. “Lo masih kalah sipit sama Ciko.”
“Kuping gue kok panas ya?” sindir Ciko kesal.
Athena menatap Ciko. “Ada yang ngomongin lo kali,” kata Athena malas.
“Minta ditampol! Lo yang barusan ngomongin gue, sat!”
“Ehm, maaf. Gue udah tobat kata kasar.”
Elang berdeham. “Gue orang tersingkirkan? Maksudnya?”
Athena menoleh. “Ya, tersingkirkan. Sini sebagai anak baru gak bakal narik perhatian kalo temenan sama lo. Gak bakal ada bisik-bisik, ‘eh, si anak baru songong banget, baru masuk udah mepet si ini’ atau ‘si anak baru ya, baru masuk aja udah sok kecentilan’.”
Elang terdiam. “Lah, emang situ populer di sekolah lama?” tanya Elang.
Athena menyipitkan matanya. “Gue gak bilang itu, tapi temenan sama orang populer itu bahaya.”
“Bahaya gimana? Lagian gue juga gak bilang gue populer.”
“Alara yang bilang, dan ngeliat kejadian di kantin tadi pagi yang lumayan jadi pusat perhatian, gue nyimpulin itu.”
“Simpulin dah sesuka hati lo,” ucap Elang. “Lo kenapa pindah sekolah?”
“Alesan gue pindah sekolah… bukan urusan lo!” ujar Athena sambil memeletkan lidahnya.
“Lang!” panggil Karel yang baru saja masuk ke dalam kelas bersama Archer. “Hai, salam kenal. Namanya siapa?” tanya Karel pada Athena saat dia sudah berdiri di samping meja Elang.
“Apa?” tanya Elang.
“Nggak, manggil doang,” ucap Karel sambil mengedipkan matanya, memberi kode untuk Elang agar pindah.
“Nggak jelas.”
“Karel,” ucap Karel sembari menjulurkan tangannya.
Athena tersenyum sambil menjabat tangan Karel. “Athena.”
“Apa? Antena?” tanya Archer menyeringai di sebelah Karel.
“Haha, lucu,” respon Elang sambil tertawa dibuat-buat.
“Kenapa pindah sekolah?” tanya Karel.
“Pindah rumah,” jawab Athena.
“Giliran gue yang tanya jawabnya pedes banget,” cibir Elang. “Lo beneran suka sama ini cewek?” tanya Elang pada Karel.
“Lo bukannya sama Mentari?” sela Athena.
“Mentari?” tanya Karel bingung. “Siapa yang bilang?”
“Denger-denger,” jawab Athena sambil menggendikkan bahunya.
“Udah bel, gue balik dulu. Sampe ketemu lagi,” pamit Karel sambil mengedipkan sebelah matanya pada Athena.
“Cewek kayak gini yang Karel suka? Udah galak, bawel, kasar juga,” ucap Elang saat Karel dan Archer sudah berjalan keluar kelas.
Ceritanya ngegemesin.. bakal baca sama ending kok pasti haha...
Comment on chapter Enigma | 01Karakter Athena yang unik.. keren lah hahaha
Baca cerita aku juga ya, kalo mau hehe
Semangat terus!