Read More >>"> Parloha (02.57) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Parloha
MENU
About Us  

02.57

Kakang segera membantah: “Nggak pulak gitu ceritanya! Kata siapa?” dia bilang tiba-tiba, nggak setuju sama argumen dua bapak-bapak mental jaman baholak[1] di depannya. Dia teriak sambil kting-kting mengaduk teh susu panas Mawan punya. Dari sejak habis nelepon tadi, Mawan inisiatif ngidupin kompor buat masak air. Asbak makin penuh gara-gara orang ini bertiga koyok[2] soal Partini yang tinggal di kampung Asam, sambil nungguin Kolor.

Terus Jepri bilang “Tapi memang betul, Kang. Aku padahal baru taon kemaren, trus ini udah kangen lagi aku. Kalau udah kau makan, harus balek lagi kau. Udah gitu aturannya.”

Dian ketawa, “Abang macam betul kali pun. Mana ada aturan kayak gitu! Gudeg pulak lagi, ampun lah! Seumur-umur cuma sekali kusentuh itu. Itu pun sesuap. Abis itu seminggu nggak doyan makan aku.”

Mawan menyambut, “Yang kau bawa kemaren kan Jep?”

“Iya. Nggak kau abisin kan?” Tambah Jepri.

“Nggak pulak cocok sama mulutku nak.” Kata Mawan.

Dian langsung menambah, “Aneh kan bang? Ntah apa rasanya. Itu lah makani orang itu terus-terusan. Kekgitu kacaunya rasanya, tapi dimana-mana jual orang. Gudeg bu anu, gudeg bu itu. Hoek. Jijik aku.”

Si Kakang ini modal ceritanya soal Jogja cuma dua arahnya. kalau nggak leher Anang, ya makanan. Bertahun-tahun ngekos di Mangkuyudan, nggak pernah sekalipun bilang syukur tiap habis makan. Dari mulai nasi yang jemek[3], air yang keruh sampai sate yang jorok, semua di protes sama dia. Tiap kali cerita, kalimat penutupnya pasti “Jogja kalau makan yang penting murah. Bungkus nasi pun nggak pakai daun pisang, siapa yang mau makan?” katanya.

Sementara pegalaman pulang-ke-jawa Jepri selama seminggu disana justru bicara sebaliknya.

“Yuh, anak ini lucu! Namanya orang jalan-jalan. Kan gudeg yang paling terkenal di Jogja itu. Setidaknya nyobak lah. Udah jauh-jauh dateng kesana trus makan indomie pulak kau? Ngapain!” kata Jepri. “Dimana rupanya kau makan nasi jemek? Angkringan? Ya pantaslah. Bayar seribu perak protes pulak kau.” Tambahnya.

Pengalaman Jepri cuma mingguan, sementara kalau Dian hitung tahunan, “Tapi nggak heran juga aku kalau abang doyan gudeg, mulut abang kan mulut jawa-jawa.” Kata Dian.

“Kepalamu! Bukan kubilang aku doyan, tapi pantes dicoba. Kan itu aja. Trus apa maksudmu bilang jawa-jawa tadi? Ngapain mesti kau ulang-ulangi? Udah jago kau?” Tantang Jepri.

“Ha, kan! Merajuk dia. Dibales aja lo. Susah kali!” Kata Dian.

“Bagus mulutmu ya. Dimana ko belik?” tanya Jepri.

“Parloha.” Refleks dijawab sama Mawan.

“Iya aku jawa-jawa, terus kenapa? Dua-duanya kau deppar[4] kubikin sekarang. Lipat kau? Cemana?” Kata Jepri.

“Dia nggak usah kau ajak berantem Kang, masukkan aja coro ke celananya.” Tambah Mawan.

“Kau cobaklah. Silahkan. Gabung kau duanya sama Kambeng kubikin.”  Jawab Jepri sambil nunjuk pakai sendok teh susu.

Dari semua kemungkinan-kemungkinan berharga yang bisa dikerjakan, orang ini pilih minum teh susu. Karena selain kata Dian dia ngakrab, tapi tetap kan nanti ujung-ujungnya harus pulak Kolor tadi disalami berapa-berapa perak untuk uang rokok. Jadi tugas orang ini berdua cuma nyediain duit, abis itu titip sama Dian biar dia yang salami sendiri waktu dijalan mau ke kandang Yanto. Waktu beres-beres lantai, yang pertama dikutip Jepri kan duit-duit yang berceceran. Rp. 1.300.000 totalnya. Termasuk Rp. 400.000 yang dilempar mayat yang masih hidup tadi sore. Ada 700 ribuan yang kena ciprat, setengahnya udah kerendam darah yang mengering jadi lengkong[5]. Tapi duit ya duit. Dan dari jumlahnya, berarti di gatgati[6]Kambeng terus nggak dikasih ampun si Mawan ini. Lain kali pelan-pelan, Mbeng. Pernah bang Mawan ini mimisan gara-gara main catur semalam suntuk sama Jepri. Padahal cuma taruhan rokok.

Sekarang ini udah pulakdisusun Dian pion catur tadi, udah duduk hadap-hadapan dia sama Mawan.

“Aturan paling dasar dulu kau amini, paok.” Kata Jepri. “Kalau putih kan yang pertama jalan, berarti nyerang aja kau terus! Buka dua bidak terus langsung maju aja Mesah. Keluarkan Kastel. Jaga pakai Kuda. Terus kalau hitam, otomatis bertahan. Pelan-pelan kau gerak, roker terus raja sama kastel. Jaga lagi pakai Puncung. Kasih aja dia sekak terus, ajak jumpa tengah pionmu.” Ajari Jepri.

Diantara mereka bertiga, memang Jepri yang kayaknya paling jago masalah taktik catur. Kambeng baru dua kali main ngelawan dia, tapi per rondenya nggak lewat 20 menit. Memang lumayan ligat[7] abang ini bergerak. Pernah dulu kau gertak dia taruhan 200 ribu tapi poin Menteri. Poin Menteri dimana dari awal main sebelum bidak pertama jalan, pion Mesahnya udah absen dari barisan. Nggak ikut main. Itupun “Ayok!” katanya. Kau pulaknya yang nggak berani. Mendingan kau rasa dua ratus ribu dipakai buat jemput Diana, melancong ke Bukit Kubu naik kereta, terus nongkrong, baru nggegek.

Dan bicara soal jemput, akhirnya diketok-ketok juga pintu kedai dari luar. Fiuh, jemputan buat daging kayaknya itu.

Refleks tiga kepala menoleh ke pintu, Mawan yang langsung lari megang tuas, dan buka pelan-pelan sambil tangan satunya siap-siap genggam revolver dari balik punggung.

“Kau itu Lor?” Kakang teriak sambil mematung.

Dari balik pintu, suara teriak, “Kang!”

Mawan melotot ke Dian, yang segera dijawab pakai geleng-geleng ala India sama Kakang.

Password-nya apa, password?” Tanya Kakang. Dari luar tidak ada respon.

Mawan membuka pintu yang kanan setengah, kepalanya ngintip keluar. Dibawah terang lampu pijar luar kedai, berdiri lajang tanggung pakai kaos bertulisan: Sagarnet. Mirip Andre Stinky, tapi rambutnya Tintin.

Dikekernya dulu dari atas kebawah, baru Mawan membuka penuh pintunya tadi.

“Eh, gua[8] Lor.” Disapanya Tintin didepan.

Gua bang.” Jawab Kolor senyum lebar.

Mereka berdua laga mata. Agak lama. Senyum Kolor hilang perlahan.

“Udah kau tutup warnetmu Lor?” Tanya Mawan.

“Kenapa, mau buka situs bokep abang?” Kolor balik tanya.

“Nggak bisa, rupanya?”

“Apalah yang nggak bisa di dunia ini bang.” Kata Kolor santai.

“……………………………………”

“Jadi, diluar aja aku ini?”

“Pegang cakapmu itu ya.” Jawab Mawan. Langsung dia geser kesamping, ngasih jalan buat Kolor masuk. “Eh, gua Lor.” Jepri lagi ikut nyapa. “Bang Jep.” Jawabnya. Jepri langsung mempersilakan Kolor duduk. Ditariknya kursi baru dari bawah meja. Kolor duduk. Jepri memperhatikan pemuda didepannya dengan seksama.

“Hanyak huik, ahik! - Sayang sekali salah! Password yang benar adalah: Banyak duit, asik!” Ucap kakang meniru nada pembawa acara yang menyesali kesalahan. Ketiga orang tidak ada yang merespon.

“Ah, cemana tadi? Ada apa dia?” Kata Kolor sambil usap-usap tangan.

“Lho, apa bilang Kakang samamu rupanya?” Tanya Jepri.

“Apa pun enggak. Sini kedai Mawan kau bentar, katanya cuma.” Jawabannya.

Dian buka mulut, “Gini dia nak-”

“Bentar dulu Kang. Diam ko dulu” Potong Jepri.

Kolor celingukan.

“Darimana kau tadi?” Jepri tanya.

“Dari rumah. Lagi nonton nya aku tadi. Trus nelpon anak ini. “Kedai Mawan kau bentar” katanya. Yaudah, kesini aku. Uzie barusan yang ngantar.”

“Nonton film apa kau, mutilasi?” Kata Mawan dari balik Steling.

Jepri melotot ke Dian. Kemudian balik ke Kolor sambil tarik napas, “Gini dia Lor. Kami ada problem. Dan, berdasarkan sohibmu Kakang, katanya kau Problem Solver. Tadi maksudnya mau kami beresin sendiri, cuma besar kali pulak, trus Dian ini ngeyakinin kami duanya kalau kerjamu profesional. Makanya kami panggil kau kesini.” Jepri menjelaskan.

Kolor bengong. Kedua orang ini mukanya terlalu serius buat minum susu. Pelan-pelan matanya mulai menjelajah ke tiap sudut ruangan kedai. Ibarat visi The Terminator, mata Kolor mengunci dan mendata tiap detail yang nggak lumrah secara 360 derajat. Nggak mungkin segini doyannya orang ini sama wangi Bayfresh: Satu. Nggak mungkin orang ini main guli[9] pakai kapur barus: Dua. Lantai pun kalo dipijak rada amis lengket-lengket: Tiga. Dan dipojok ruangan itu gundukan ditutup kardus, apa itu!?

“Ntar dulu. Apa masalahnya ini?” tanya Kolor, was-was.

 

 

[1] Baheula

[2] Ngobrol

[3] Lembek

[4] Babak-belur

[5] Agar-agar

[6] Habis-habisan

[7] Sigap

[8]Sapaan prokem

[9] Kelereng

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Petrichor
4109      1380     2     
Inspirational
Masa remaja merupakan masa yang tak terlupa bagi sebagian besar populasi manusia. Pun bagi seorang Aina Farzana. Masa remajanya harus ia penuhi dengan berbagai dinamika. Berjuang bersama sang ibu untuk mencapai cita-citanya, namun harus terhenti saat sang ibu akhirnya dipanggil kembali pada Ilahi. Dapatkah ia meraih apa yang dia impikan? Karena yang ia yakini, badai hanya menyisakan pohon-pohon y...
Sebuah Musim Panas di Istanbul
320      219     1     
Romance
Meski tak ingin dan tak pernah mau, Rin harus berangkat ke Istanbul. Demi bertemu Reo dan menjemputnya pulang. Tapi, siapa sangka gadis itu harus berakhir dengan tinggal di sana dan diperistri oleh seorang pria pewaris kerajaan bisnis di Turki?
Perjalanan Kita: Langit Pertama
1328      651     0     
Fantasy
Selama 5 tahun ini, Lemmy terus mencari saudari kembar dari gadis yang dicintainya. Tetapi ia tidak menduga, perjalanan panjang dan berbahaya menantang mereka untuk mengetahui setiap rahasia yang mengikat takdir mereka. Dan itu semua diawali ketika mereka, Lemmy dan Retia, bertemu dan melakukan perjalanan untuk menyusuri langit.
Rêver
5503      1642     1     
Fan Fiction
You're invited to: Maison de rve Maison de rve Rumah mimpi. Semua orang punya impian, tetapi tidak semua orang berusaha untuk menggapainya. Di sini, adalah tempat yang berisi orang-orang yang punya banyak mimpi. Yang tidak hanya berangan tanpa bergerak. Di sini, kamu boleh menangis, kamu boleh terjatuh, tapi kamu tidak boleh diam. Karena diam berarti kalah. Kalah karena sudah melepas mi...
THE WAY FOR MY LOVE
406      311     2     
Romance
Mencintaimu di Ujung Penantianku
4196      1151     1     
Romance
Perubahan berjalan perlahan tapi pasti... Seperti orang-orang yang satu persatu pergi meninggalkan jejak-jejak langkah mereka pada orang-orang yang ditinggal.. Jarum jam berputar detik demi detik...menit demi menit...jam demi jam... Tiada henti... Seperti silih bergantinya orang datang dan pergi... Tak ada yang menetap dalam keabadian... Dan aku...masih disini...
Sanguine
4434      1449     2     
Romance
Karala Wijaya merupakan siswi populer di sekolahnya. Ia memiliki semua hal yang diinginkan oleh setiap gadis di dunia. Terlahir dari keluarga kaya, menjadi vokalis band sekolah, memiliki banyak teman, serta pacar tampan incaran para gadis-gadis di sekolah. Ada satu hal yang sangat disukainya, she love being a popular. Bagi Lala, tidak ada yang lebih penting daripada menjadi pusat perhatian. Namun...
ALVINO
4140      1839     3     
Fan Fiction
"Karena gue itu hangat, lo itu dingin. Makanya gue nemenin lo, karena pasti lo butuh kehangatan'kan?" ucap Aretta sambil menaik turunkan alisnya. Cowo dingin yang menatap matanya masih memasang muka datar, hingga satu detik kemudian. Dia tersenyum.
in Silence
392      268     1     
Romance
Mika memang bukanlah murid SMA biasa pada umumnya. Dulu dia termasuk dalam jajaran murid terpopuler di sekolahnya dan mempunyai geng yang cukup dipandang. Tapi, sekarang keadaan berputar balik, dia menjadi acuh tak acuh. Dirinya pun dijauhi oleh teman seangkatannya karena dia dicap sebagai 'anak aneh'. Satu per satu teman dekatnya menarik diri menjauh. Hingga suatu hari, ada harapan dimana dia bi...
Mamihlapinatapai
5453      1516     6     
Romance
Aku sudah pernah patah karna tulus mencintai, aku pernah hancur karna jujur tentang perasaanku sendiri. Jadi kali ini biarkan lah aku tetap memendam perasaan ini, walaupun ku tahu nantinya aku akan tersakiti, tapi setidaknya aku merasakan setitik kebahagian bersama mu walau hanya menjabat sebagai 'teman'.