Loading...
Logo TinLit
Read Story - Error of Love
MENU
About Us  

Sepanjang jalan kami hanya diam. Aku terus menatap keluar, masih menahan kesal. Hingga mobil akhirnya berhenti di garasi rumah. Aku keluar lalu membanting pintu mobil. Tio yang sudah keluar memandang tajam padaku.

Apa pedulinya? Bukahkah ini mobil dari papa untukku? Suka-suka pemiliknya dong. Terserah mau kuapakan mobil ini. Dia tidak pantas memberiku tatapan tajam seperti itu. 

Aku berjalan melewatinya yang masih berdiri memandangku. Dengan sengaja aku menginjak kakinya yang hanya memakai sandal. Aku menyeringai mendengarnya meringis. 

"Papa?! Kok udah pulang?" Aku mengernyit melihat papa berdiri di teras. Matanya memerah melihat ke arahku. Aku yakin, papa melihat tindakanku tadi.

"Masuk! Papa mau bicara." Terdengar nada kemarahan dalam intonasinya. Ketakutan tiba-tiba menyergapku. Kenapa papa marah? Apa karena aku menginjak kaki Tio? Tidak mungkin. Lagi pula, sejak kapan papa marah-marah dengan perkara sepele seperti ini?

Aku berjalan gontai dalam kebingungan dengan sikap papa. Tiba di ruang tengah, sudah ada mama yang duduk di sana. Kutanyakan mama dengan isyarat mata. Mama hanya mengangkat bahu, tidak tahu. Papa dan Tio berjalan bersisian. Mereka melangkah ke arah aku dan mama. Papa merangkul bahu Tio. Mereka terlihat lebih akrab dari yang aku bayangkan. Perlakuan papa pada Tio, seperti ayah dan anak. 

"Sassy, kenapa kamu sengaja membuat Tio menunggu?" Papa memulai introgasi setelah duduk di sofa yang sama dengan Tio. "Dia bisa jalan-jalan selama kamu belajar. Kenapa kamu sengaja membawa kunci? Dia bukan kacungmu. Dia bagian dari keluarga kita."

Aku menarik napas berat, lalu merunduk diam tak menjawab pertanyaan papa. Percuma saja aku cerita tentang alasan melakukan itu. Seperti kata Tio, papa tidak mungkin percaya. 

"Sassy, Apa kupingmu tuli? Atau, mulutmu minta dijahit?" Aku mendongak dan menatap kesal pada Tio. "Besok papa tidak mau hal ini terulang. Ingat, ya! Dia bukan budak di rumah kita. Dia bagian dari keluarga kita." 

Nada bicara papa yang kasar mengiris hatiku. Tega-teganya papa bicara kasar padaku demi laki-laki bermuka dua ini. Baru kali ini papa berkata kasar padaku. Aku mengerjap, menahan airmata yang hendak menetes. Kutarik napas perlahan.

"Baiklah, Pa. Berikan saja mobil itu padanya. Dia bisa jalan-jalan kapanpun dia mau. Nggak perlu repot-repot ngantar aku. Masih banyak bus yang bisa aku tumpangi," ucapku datar seraya melangkah menjauh, menaiki tangga. 

"Sassy, Papa belum selesai bicara." 

Teriakan papa tidak kuhiraukan. Airmataku sudah menetes. Rasanya perih. Kenapa papa bicara kasar padaku. Selama ini papa selalu bersikap lembut. Kesalahanku tidak diselesaikan dengan teriakan, tapi dengan nasihat bijak yang penuh kelembutan. 

Siapa laki-laki itu? Kenapa papa membelanya sedimikian rupa. Apa dia anak papa yang lain? Astaga! Kenapa aku berpikir seperti itu. Jika dia anak papa dari perempuan lain, artinya papa selingkuh. Bagaimana cara selingkuhnya? Jarak umurku dengan Tio mungkin hanya beberapa tahun. Aku belum tahu pasti berapa usianya. Kira-kira dua puluh tiga tahun, kalau tidak salah tebak. Masa papa sudah punya anak yang lain sebelum kehadiranku. Astaga! Kenapa aku malah mikir seperti ini? 

"Pa, Sassy tidak salah. Saya yang salah karena membuatnya marah."

Aku berhenti melangkah saat mendengar suara berat Tio. Apa dia akan mengakui sikap kurang ajarnya? Semoga setelah itu papa menendang pantatnya. 

"Tidak usah membela dia Tio. Kamu bukan kacungnya dia."

Percuma. Papa sudah terinfeksi virus munafiknya si Tio. Papa sudah yakin kalau dia laki-laki baik yang tidak mungkin berbuat jahat. Lebih baik masuk ke kamar dan tidur. Tidak ada gunanya  menangisi nasib. Kukunci pintu kamar, lalu menghempaskan tubuh di atas tempat tidur. Biasanya papa akan datang dan merayuku bila sedang kesal seperti sekarang. Kali ini aku yakin, papa tidak akan melakukan itu lagi. 

Entah sudah berapa lama aku tertidur. Kamar yang tadi masih terang sudah menjadi gelap. Artinya sekarang sudah malam. Aku terbangun karena mendengar suara panggilan mama. Aku tahu mama tidak ikut berkata kasar, tapi tetap saja tidak kujawab panggilannya. Kalau aku membuka pintu untuk mama, pasti ada papa. Pokoknya aku tidak ingin bertemu papa sebelum papa datang dan merayuku seperti biasa.

Tak ada suara panggilan mama. Mungkin bosan karena aku diamkan. Beberapa saat kemudian, pintu kembali digedor. Kali ini suara papa yang terdengar memanggilku. Aku tersenyum senang, tapi masih tetap diam. Sebelum papa merayuku, pintu tidak akan kubuka. 

"Sayang, buka pintunya! Papa minta maaf, Anak jelek. Jangan suka ngambek ntar jerawatan, lho." 

Senyumku mengembang. Kubukakan pintu dan mendapati papa berdiri di depan. Tangan kanannya memegang piring berisi nasi dan lauk. Sedangkan tangan kiri memegang segelas air. 

Tio menghampiri kami. Dia mengambil alih bawaan papa. "Biar saya saja, Pa. Ayo, Pesek. Aku suapin."

Hah? Kenapa dia mirip papa? Sudah tahu hidungku mancung, kenapa memanggil pesek. Bibirku kembali cemberut. Papa mencubit pipiku kemudian beranjak pergi, meninggalkan aku yang masih berdiri di depan pintu. Tio sudah masuk. 

Ketika melihat aku masuk, Tio menepuk lantai di sampingnya. Dia memintaku duduk melantai. Dengan wajah yang masih kesal, aku menuruti perintahnya. 

"Kamu belum pernah makan sambil duduk melantai begini, kan? Coba, deh. Makan dengan melantai seperti ini lebih nikmat." 

Aku hanya diam mendengarnya. Tatapan tajamku padanya membuat dia berhenti mengoceh. Hanya ada senyum jahil di bibirnya. 

"Mulutmu ember juga, ya? Ngapain ngaduh ke papa segala. Kayak anak SD," ujarku geram. Dia menggaruk kepalanya, lalu mendengus.

"Tadi pukul satu papa telpon, ngajak makan siang bareng. Masa aku harus pergi dengan taksi? Terpaksa aku cerita sejujurnya." 

Aku membuang muka mendengar penjelasannya. Bukankah dia munafik? Kenapa sulit baginya berbohong pada papa. Seharusnya dia bisa memberikan alasan yang lain, kan? 

"Aku minta maaf atas sikap tidak sopan yang kulakukan padamu. Maafin aku, ya! Aku janji tidak akan mengulang lagi." Dia menangkupkan kedua tangannya di dada, memohon. 

"Nggak percaya!" bantahku singkat.

"Terserah. Yang penting aku sudah minta maaf. Kamu bisa memberiku hukuman sesuka hatimu," ujarnya tanpa memandang padaku.

Aku diam, memikirkan hukuman yang pantas untuknya. Seru juga kalau bermain-main. Dia sudah bersedia dihukum. Hukuman apa, ya kira-kira. Oke, mikir Sassy.

"Apa kamu bersedia jadi pesuruhku?" tanyaku ragu. "Nggak pakai ngaduh ke papa, ya!" 

Dia tertawa terbahak-bahak. "Aku tidak mengaduh, hanya berkata jujur."

"Apa kamu sedang memproklamirkan bahwa kamu orang yang jujur? Kalau gitu, jujurlah! Apa kamu sudah biasa berlaku kurang ajar pada perempuan?" tanyaku lagi.

Dia merunduk, lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Helaan napasnya terdengar berat. Kemudian dia mendongak dan menatapku. 

"Kamu makan dulu, deh!" serunya sambil mengarahkan sendok yang sudah terisi ke mulutku. Aku menggeleng.

"Jawab dulu!"

"Kamu orang pertama," jawabnya tanpa ragu. "Maafin aku. Entah kenapa tiba-tiba muncul keinginan untuk jahilin kamu. Aku takut banget kalau kamu ngaduh." 

Aku melihat mata coklatnya yang berair, mencoba mencari kebenaran di sana. Kenapa matanya berair? Apa dia laki-laki cengeng. Ah, memalukan.

"Lupain aja. Aku pegang janjimu, tidak mengulang lagi," kataku mengakhiri perseteruan kami. "Apa kamu bersedia jadi pesuruhku?" 

"Apapun itu, Nyonya muda."

Aku tersenyum licik. "Tugas pertama, suapin aku!" 

"Dengan senang hati, Nyonya muda."

Dia menyuapiku dalam diam. Aku mengajaknya bicara, tapi dia melarang. Katanya, boleh berbicara asalkan mengenai pujian terhadap makanan. Juga, memuji Tuhan yang telah menganugerahkan makanan tersebut. Jadi, aku memilih diam. 

"Aku mau mandi. Ntar aku panggil lagi, ya!" Dia mengangguk, lalu berdiri. Aku menahan tangannya. "Maafin aku, ya!"

"Untuk apa?" 

"Pokoknya kamu maafin aku, aku maafin kamu. Okey?" Aku masih memandang wajahnya yang sendu. "Mau jadi temanku?" 

Dia mendongak dan menyambut uluran tanganku. Senyumnya kembali tersungging. 

"Teman tapi mesra. Boleh dicoba."

Aku melotot. Dia terbahak dan berlari keluar.

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
I'il Find You, LOVE
5905      1626     16     
Romance
Seharusnya tidak ada cinta dalam sebuah persahabatan. Dia hanya akan menjadi orang ketiga dan mengubah segalanya menjadi tidak sama.
A Ghost Diary
5135      1615     4     
Fantasy
Damar tidak mengerti, apakah ini kutukan atau kesialan yang sedang menimpa hidupnya. Bagaimana tidak, hari-harinya yang memang berantakan menjadi semakin berantakan hanya karena sebuah buku diary. Semua bermula pada suatu hari, Damar mendapat hukuman dari Pak Rizal untuk membersihkan gudang sekolah. Tanpa sengaja, Damar menemukan sebuah buku diary di tumpukkan buku-buku bekas dalam gudang. Haru...
Premium
The Secret Of Bond (Complete)
6082      1367     1     
Romance
Hati kami saling terikat satu sama lain meskipun tak pernah saling mengucap cinta Kami juga tak pernah berharap bahwa hubungan ini akan berhasil Kami tak ingin menyakiti siapapun Entah itu keluarga kami ataukah orang-orang lain yang menyayangi kami Bagi kami sudah cukup untuk dapat melihat satu sama lain Sudah cukup untuk bisa saling berbagi kesedihan dan kebahagiaan Dan sudah cukup pul...
Rêver
6802      1875     1     
Fan Fiction
You're invited to: Maison de rve Maison de rve Rumah mimpi. Semua orang punya impian, tetapi tidak semua orang berusaha untuk menggapainya. Di sini, adalah tempat yang berisi orang-orang yang punya banyak mimpi. Yang tidak hanya berangan tanpa bergerak. Di sini, kamu boleh menangis, kamu boleh terjatuh, tapi kamu tidak boleh diam. Karena diam berarti kalah. Kalah karena sudah melepas mi...
Grey
224      186     1     
Romance
Silahkan kalian berpikir ulang sebelum menjatuhkan hati. Apakah kalian sudah siap jika hati itu tidak ada yang menangkap lalu benar-benar terjatuh dan patah? Jika tidak, jadilah pengecut yang selamanya tidak akan pernah merasakan indahnya jatuh cinta dan sakitnya patah hati.
Phased
5834      1750     8     
Romance
Belva adalah gadis lugu yang mudah jatuh cinta, bukan, bukan karena ia gadis yang bodoh dan baperan. Dia adalah gadis yang menyimpan banyak luka, rahasia, dan tangisan. Dia jatuh cinta bukan juga karena perasaan, tetapi karena ia rindu terhadap sosok Arga, abangnya yang sudah meninggal, hingga berusaha mencari-cari sosok Arga pada laki-laki lain. Obsesi dan trauma telah menutup hatinya, dan mengu...
A Story
275      220     2     
Romance
Ini hanyalah sebuah kisah klise. Kisah sahabat yang salah satunya cinta. Kisah Fania dan sahabatnya Delka. Fania suka Delka. Delka hanya menganggap Fania sahabat. Entah apa ending dari kisah mereka. Akankah berakhir bahagia? Atau bahkan lebih menyakitkan?
Paragraf Patah Hati
5600      1821     2     
Romance
Paragraf Patah Hati adalah kisah klasik tentang cinta remaja di masa Sekolah Menengah Atas. Kamu tahu, fase terbaik dari masa SMA? Ya, mencintai seseorang tanpa banyak pertanyaan apa dan mengapa.
Sunset In Surabaya
350      254     1     
Romance
Diujung putus asa yang dirasakan Kevin, keadaan mempertemukannya dengan sosok gadis yang kuat bernama Dea. Hangatnya mentari dan hembusan angin sore mempertemukan mereka dalam keadaan yang dramatis. Keputusasaan yang dirasakan Kevin sirna sekejap, harapan yang besar menggantikan keputusasaan di hatinya saat itu. Apakah tujuan Kevin akan tercapai? Disaat masa lalu keduanya, saling terikat dan mem...
CINTA DALAM DOA
2346      932     2     
Romance
Dan biarlah setiap doa doaku memenuhi dunia langit. Sebab ku percaya jika satu per satu dari doa itu akan turun menjadi nyata sesungguhnya