Aku tidak berniat membuatmu sakit pada akhirnya. Sungguh, aku ingin membuatmu bahagia. Entah dengan cara yang salah atau benar. Aku belum bisa menyimpulkannya Jin ah. Batin Taehyung.
“Kenapa kau melamun? Aku di depanmu, jangan memikirkanku lagi” sindir Hyun Jin setelah lama salig diam.
“O-oh.. bagaimana kalau kita jalan-jalan sekarang? Kemarin kan gagal.” ucap Taehyung sambil memanyunkan bibirnya.
“tapi ada syaratnya” pinta Hyun Jin bersemangat.
“apa?” Taehyung penasaran mendekatkan telinganya pada Hyun Jin.
“aku ingin eskrim” bisik Hyun Jin pelan.
“Yak!! Hanya itu? Seperti serius saja” dengus Taehyung kesal. Sedari tadi ia mencoba tenang tak bersuara ingin mendengar suara bisikan Hyun Jin yang berisi syarat. Bahkan Taehyung menahan untuk bernapas. Lantas syaratnya hanya seonggok eskrim.
Hyun Jin terkekeh.
“Aku mengidam Tae”
Taehyung hanya bisa membelalakkan matanya terkejut dengan penuturan Hyun Jin.
“Sekali lagi kau mengatakan itu akan kubuat kau benar-benar hamil, hisshh” pipi Taehyung memerah langsung meninggalkan Hyun Jin dari tempat duduknya.
“Tae, kau tidak menginginkan anak ini?” teriak Hyun Jin senang melihat Taehyung kesal. Ingin dicubit saja pipi merahnya itu.
“Anak apa? Biji kacang?” gumam Taehyung berjalan cepat menuju parkiran. Sedangkan yang ditinggalkan masih tertawa geli sampai susah berjalan.
“Hei, kau lucu sekali sih!” timpal Hyun Jin baru saja masuk mobil.
“Teruskan Jin ah” Taehyung masih merajuk dan langsung menyalakan mesin mobilnya melaju konstan.
“Pipimu memerah.” ucap Hyun Jin polos.
“Tidak!” elak Taehyung berpura-pura fokus pada jalanan.
“Iya-iya maaf, aku bercanda. Lagipula sebelum aku mengatakannya, aku sudah lihat kanan kiri melihat situasi” jelas panjang lebar dari Hyun Jin. Hyun Jin tidak ingin di sepanjang jalan Taehyung mengacuhkannya.
“Bukan takut didengar orang Jin ah. Aku takut saja dikira kau tersentuh orang lain, aku merasa tidak bisa menjagamu.” Wajah Taehyung berubah kalut. Hyun Jin mengerti perasaan Taehyung. Sejak awal mereka kenal, Taehyung adalah tipe orang yang peduli terhadap Hyun Jin apalagi sekarang sudah resmi menjadi sepasang kekasih.
“Iya, maafkan aku. Ku kira kau mengerti aku hanya bercanda.”balas Hyun Jin melemah menyadarkan punggungnya pada kursi mobil.
Taehyung melirik Hyun Jin yang tiba-tiba lemas setelah meminta maaf padanya. Pandangan menatap lurus tapi kosong seraya mempoutkan bibir mungilnya. Imut sekali, batin Taehyung.
Tangan Taehyung bergerilya selama pemiliknya masih belum sadar mencari tangan kiri Hyun Jin. Ditautkan jari-jari mereka hingga Hyun Jin tersadar dari lamunannya.
“Tae” mata Hyun Jin mengarah pada tautan tangan mereka.
“Lebih nyaman seperti ini. Perjalanannya jadi menyenangkan.” Taehyung tersenyum membuat pipi Hyun Jin merona merah tomat.
“Aku ingin mengenalmu lebih Jin ah” tambah Taehyung sambil melirik Hyun Jin yang masih nyengir kuda melihat tautan tangan mereka.
“Tanyakanlah apapun. Aku akan menjawabnya.” Jawab Hyun Jin spontan.
“Baiklah. Kau berapa bersaudara?” mulai Taehyung.
“Hanya kakak kakuku itu yang kupunya.”balas Hyun Jin tenang.
“Dia kakak yang baik?” Taehyung kembali bertanya.
“Jahat, jarang mengajakku bicara.” Dengus Hyun Jin mengundang tawa Taehyung.
“Apa kau menyukaiku?” Taehyung tersenyum menahan tawanya.
Sedangkan yang ditanyai terkejut bukan main. Mukanya yang awalnya lurus menatap jalan reflek menoleh 130 derajat menatap Taehyung. Seperti burung hantu saja!
“Hei!! Pertanyaan apa itu, huh? Kalau tidak menyukaimu, sudah kupastikan kau masih jomblo yang setia menunggu cintaku” percaya diri Hyun Jin selalu keluar dengan sendirinya tanpa di pancing.
Taehyung hanya bisa mengangguk-anggukan kepalanya.
Taehyung berhenti bertanya. Seperti ada sesuatu dalam pikirannya tapi susah ia keluarkan. Hyun Jin melihat gerak-gerik Taehyung yang aneh tak tahan bertanya.
“Kau tidak ingin bertanya lagi?”
“Tentang hal-hal berkesanmu. Apa kau pernah memiliki kisah buruk?” tanya Taehyung ragu.
Hyun Jin pura-pura tidak mendengar. Bukan karena tidak ingin terbuka pada Taehyung, entah hatinya memaksanya untuk tidak bercerita. Belum saat, dan ada suatu saat waktunya untuk cerita. Bercerita sedikit apapun akan mengingatkan ia pada masalalunya.
“Tae, kau tidak ingin dengar musik?” tanya Hyun Jin mengalihkan topik pembicaraan.
Tak lama handphone Taehyung bergetar lama, menandakan ada seseorang yang memanggilnya. Seraya menyetir, Taehyung memasangkan satu earphone pada telinganya. Menjawab telepon dari seberang.
“Halo?”