Read More >>"> Mamihlapinatapai (03) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Mamihlapinatapai
MENU
About Us  

Kansa benar-benar tidak habis fikir dengan Fauzan, tindakannya yang memperlakukan ia layaknya seorang pacar. Meskipun ia memberi seribu tangkai bunga mawar, rasa ia terhadapnya akan tetap sama 'teman'.

Terbesit perasaanya menyesal dalam hatinya karena tindakan Fauzan seminggu yang lalu, yang membuat hubungannya dengan Kevin menjadi renggang, tapi tak dipungkiri ia juga berterima kasih kepada Fauzan untuk menghentikan cinta sepihak ini.

Tapi hal itu membuat Kansa merasa tak nyaman dan sedikit risih .

Ditambah lagi dengan Kevin yang selalu berhasil menggagalkan benteng bertahanannya.

Ya.
Tatapan matanya,
Senyumannya,
Harum tubuhnya,
Membuat aliran getaran yang selalu berhasil membuatnya terpaku, membuat seluruh usahanya terbuang percuma.

Mungkin memang benar, 
Dimatanya Kevin secerah sinar mentari hingga sulit untuk dihindari.

Malam ini rasanya sedikit berbeda, dingin yang merasuki tubuhnya seperti menusuk, meskipun Kansa merasa suhu tubuhnya sedikit panas, tapi rasanya ia tak peduli.

Entah apa yang membuat Kansa tak sadar dengan langkahnya, hingga ia sudah berada di atas rooftop.

'Lah kok gue ada disini ya?' Batin Kansa.

'Mana dingin lagi.' Gumam Kansa yang kebingungan sendiri.

'Siapa itu, malem-malem disini?' gumamnya pelan.

"Mending gue balik lagi, dari pada di apa-apain," ucapnya pelan seraya berbalik arah dengan hati-hati.

"Kansa."

"Kok tau nama gue sih? Kek suaranya Kevin ya, tapi masa? Apa gue cuma halu?" ucap Kansa pelan, hingga tak sadar bahwa sosok tersebut sudah ada dibelakangnya.

Dan.

Grep.

Sosok tersebut memakaikan jaket kepada Kansa.

'Yatuhan siapa ini?'

'Balik badan atau engga?'

Hati dan pikirannya berkecamuk, disatu sisi hatinya berkata berbalik dan disisi lain otaknya berkata jangan berbalik.

Belum selesai Kansa berfikir ia sudah dikagetkan dengan sosok tersebut yang-

Tiba-tiba memeluknya.

Lalu berbisik.

"Harum tubuhmu bagai candu."

"Tanpa disadari pandanganmu, tatapanmu, membuat jatuh dalam pesonamu."

"Lesung pipimu yang dihiasi senyuman, membuatku memndamba."

"Namun, selalu ada hati atau pikiranku yang berkata 'bukan atau jangan'."

Kansa yakin itu suara Kevin, walaupun serak dan pelan, Kansa tak bisa berpaling bahwa itu adalah suara Kevin.

Jika iya, jantung Kansa benar-benar ingin melocat keluar saking cepatnya ia berdetak.
Jika Kansa adalah sebuah es krim atau bongkahan es batu, pasti ia sudah mencair.

"Vin, ini lo kan?" Kansa memberanikan diri untuk bersuara, meskipun masih dalam posisi yang sama.

Tapi, sama sekali tak ada jawaban.
Sosok tersebut lebih memilih mengeratkan pelukannya pada Kansa.

Dan

Hap

Satukali hentakan sosok tersebut membalikan tubuh Kansa dan menatapnya lekat-lekat.

Deg

Deg

Deg

Rasanya seperti sebuah sihir yang mampu menghipnotisnya, Kansa benar-benar tak percaya Kevin akan seberani ini, berani membuatnya jatuh cinta berkali-kali dalam pesona, ucapan dan tatapannya.

Senang? Tentu tak bisa ia pungkiri.

Walaupun Kansa yakin, Kevin tak akan pernah bertanggung jawab atas jatuhnya ia.

Sudah pasti seperti matematika.

"Kansa lo baper lo gitu-in tadi?" ucapnya dengan senyuman khas Kevin.

"Hah?"

Kansa mengerti tapi ia tak mengerti.

"Iya yang tadi gue bilang, yang gue lakuin ke lo barusan, lo baperkan? Kan? Kan?" ucapnya dengan tawa pelan,

Pret

Pret

Kansa menjepret kening Kevin, cukup keras mungkin, karena Kevin sedikit meringis.

Aw!

"Kansa!"

"Apa lo?! Emang gue apa lo, seenaknya peluk-peluk gue!" omelnya.

"Biasanya juga lo suka gue peluk-peluk," jawab Kevin dengan polosnya

Dan

Pret

Satu jepretan lagi mendarat dikening mulus Kevin.

"Kansa sakit! Kasar banget sih jadi cewe! Gasuka!" marahnya.

Kansa menyeritkan alisnya. "Bodo amat, emang siapa juga yang mau disuka sama monster kaya lo, monyet aja ogah, nih ya, Ana mau sama lo, mungkin dia lagi khilaf aja, belum dapat hidayah buat matanya!" 

"Mulut lo! Mau gue cium!"

Plak

Satu tamparan yang cukup keras didaratkan di bibirnya. "Makan tuh cium!"

Kansa kesal! Benar-benar kesal, bisa-bisanya Kevin membuatnya melayang lalu dihepaskan.

Ya! Pasalnya bukan karena Kevin yang memeluknya, tapi karena perlakuan Kevin yang manis dan itu hanya candaan belaka.

Kansa memtuskan untuk pergi dari hadapan Kevin.

"Kansa!"

"Oi"

"Jangan tinggalin gue heh!"

Kevin mengejarnya, tapi Kansa sama sekali tidak peduli.

'Bodo amat'

"Dasar Kevin! Manusia tak berperas-"

Hap

Kevin berhasil meraih tangan Kansa dan menghentikan langkahnya, sebelum Kansa selesai mengumpatnya.

"Kansa sayang, jangan marah dong!"

"Jangan tinggalin gue!"

"Segitiga aja sama kaki, masa gue sendiri?!"

Ucap Kevin seraya menarik-narik Kansa.

"Apaan sih Vin! Gue mau balik ke asrama, mau tidur ngantuk, mood gue buat cari angin udah ilang! Bye!" seraya melepaskan pengangan tangan Kevin.

"Ih jangan! Sini dulu aja, gue mau lama-lama berdua sama lo," ucapnya

Dan Kansa diam tak bergeming

Bullshit

Pencitraan

"Kali ini gue serius, ga bercanda, gue minta lo temenin gue, udah lama kita ga berdua kaya gini, lo juga udah lama ga curhat sama gue, fokus lo kini kebagi dua," ucap Kevin lirih, ucapan Kevin memang membuat Kansa tersadar, hari-hari ini ia lebih sibuk memikirkan cara untuk menjauh dari Kevin, terlebih lagi Fauzan yang akhir-akhir ini sering mengacau hidupnya.

"Semenjak lo punya Ojan, lo lupa sama gue," sindirnya.

"Apaan sih Vin."

"Kansa, jujur ya, dari lubuk hati paling dalam, gue gasuka lo deket sama siapapun , mau itu Fauzan atau bukan, gue gasuka lo taken sama cowo siapapun itu."

"Terus? Gue harus jomlo demi lo gitu? Mikir dong Vin, jangan egois, gue juga butuh kali sandaran," jawab Kansa tak habis pikir.

"Iya gue mau nya gitu, gue gamau lo sama gue jadi renggang, gue aja meskipun sama Ana, gue bakalan tetep milih lo kok."

"Jadi kalo gue minta lo putus sama Ana lo mau?"

"Bukan gitu, maksud gue, kalo misalnya gue lagi sama Ana, lo minta gue dateng ke lo, gue pasti dateng ke lo-"

Kevin menghentikan ucapannya dan menarik nafas nya dalam-dalam, "kalo lo butuh sandaran, gue bisa dan selalu bisa jadi sandaran lo," ucap Kevin seraya meraih telapak tangan Kansa dan mengusap-ngusap dengan telapak tangan milik Kevin.

"Vin, dingin," ucap Kansa, yang memang tujuannya untuk mengalihkan pembicaraan.

Hufh

Hufh

Hufh

Kevin meniup-niup telapak tangan Kansa yang bertujuan untuk menghangatkannya.

Dan

Kembali 

Memeluk Kansa.

Tapi Kansa tak menolak, toh mungkin ini terakhir kali nya ia sedekat ini dengan Kevin, karena kedepannya tak akan ada yang tahu.

***

Kansa sudah merasa ada pertanda tak baik ditubuhnya, namun hal itu, Kansa tepis jauh-jauh dan tetap memilih untuk masuk kelas.

Dengan berjalan ditepian seraya memegang pegangan agar tak jatuh, dengan sebelah tangan yang sesekali memegang kepalanya.

Pusing.

Mual.

Itulah yang sedang Kansa rasakan, ia kira sakitnya akan hilang, tapi nyatanya semakin lama kian menjadi, tapi percuma kini ia hampir sampai di kelasnya.

Pandangannya sudah mulai kabur dan perutnya pun merasa semakin memilit ketika ia memasuki kelas.

Lalu Kansa duduk dengan muka pusat pasi, dengan keringat dingin yang bercucuran.

"Vin! Kansa kenapa?" tanya temannya.

Kevin masih fokus dengan layar gadget yang ia mainkan.

"Vin! Liat Kansa kenapa?! Game mulu!" cerca temannya.

"Apaansih, lo kalo mau bikin gue kalah jangan bawa-bawa Kansa-gue, jangan main curang lo!" jawab Kevin yang masih fokus dengan layar gadgetnya.

Ya, Kansa mendengar samar-samar ucapan temannya yang berbicara dengan Kevin.

Kansa bangun dari duduknya, berniat menuju lokernya, untuk mengambil obat, tapi tanpa ia sangka, pandangannya mengabur dan tubuhnya terasa lemas setelah ia berjalan beberapa langkah.

Dan

Brug

Kansa tergeletak jatuh pinsan, sontak membuat satu kelas berteriak.

"Kansa!"

Kevin langsung mengalihkan pandangannya kearah Kansa, dan menaruh ponselnya asal diatas meja, dengan panik dan rasa cemas ia berlari kearah Kansa yang tak jauh dari tempat ia duduk.

"Kansa! Lo kenapa? Kansa bangun!" 

Perasaan bersalah hinggap di dirinya.

"Bego lo Kevin! Bego!" ucapnya pada diri sendiri.

Tanpa perlu komando, Kevin langsung mengangkat Kansa dan membawanya ke UKS.

***

Kevin masih setia menanti mata indah Kansa terbangun, dengan menggenggam tangannya dan meminta maaf berulang-ulang, Kevin mereka bersalah, karena tidak mendengarkan ucapan temannya.

Lalu, setitik cahaya mulai memasuki indera penglihatan Kansa. Kansa sepertinya sedang berusaha menyesuaikan matanya dengan cahaya yang masuk dengan cara mengerjapkan matanya.

"Kansa! Akhirnya lo sadar juga," ucap Kevin senang.

Kansa mencoba duduk, tapi lagi-lagi gagal, dan kembali terbaring.

"Aw!" ringis Kansa,

"Mau gue panggilin Bu Ainun-yang notabennya adalah dokter disekolahnya- ?" tanya Kevin khawatir,

"Engga usah, kepala gue cuma pusing aja kok," cegah Kansa yang melihag Kevin beranjak pergi.

"Maaf."

"Dan makasih."

"For what?" Kansa kebingungan dengan ucapan Kevin yang dilontarkan secara tiba-tiba.

"Maaf kalre."

"Udah ngebawa gue ke UKS."

"Santai aja kali." Kevin menarik kursi untuk duduk di samping Kansa. "Kenapa sih, lo bisa sakit kayak gini?"

Kansa hanya menaikkan kedua bahunya.

"Nih, makan dulu rotinya. Abis itu minum obat terus istirahat oke?" Kevin menyerahkan satu bungkus keresek yang berisi roti dan obat-obatan. "Kalau lo sakit, hidup gue jadi sepi ...."

Demi apapun jantung Kansa rasanya akan copot dalam hitungan detik. Bisa-bisanya Kevin berbicara seperti itu disaat seperti ini.

"Ya ... sepi dalam artian enggak ada yang harus gue ganggu. Enggak ada yang bisa gue ajak ngobrol. Dan yang terpenting, enggak ada yang bisa ngerjain tugas gue."

"Kansa, gue kangen lo," gumam Kevin pelan. 

"Hah?"

"Apaan?"

"Ish, dasar!"

Mendengarnya, Kansa memukul pelan tangan Kevin. Semburat merah di wajahnya tidak bisa tertahan lagi. Bagai punuk yang merindukan bulan, begitu pula Kansa yang merindukan Kevin di saat-saat seperti ini. Tanpa Ana, ataupun Fauzan. 

"Serius deh, gue kangen lo." Kevin menatap mata Kansa. Menguncinya begitu saja, seolah tak diizinkan untuk melihat selain dirinya.

Kansa memerhatikan manik mata orang di hadapannya. Manik itu menyiratkan rasa kesedihan dan kehilangan. Namun, Kansa menepis semua pikiran buruknya tentang Kevin. Toh selama ini Kevin bahagia saja bersama Ana, kan?

"Apaan sih lo. Setiap hari juga ketemu. 

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 1 0 1 1 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • viseeee

    Plis next cepet-cepet????????????????

    Comment on chapter 06
  • yulisss

    Baper

    Comment on chapter 06
Similar Tags
Petrichor
4109      1380     2     
Inspirational
Masa remaja merupakan masa yang tak terlupa bagi sebagian besar populasi manusia. Pun bagi seorang Aina Farzana. Masa remajanya harus ia penuhi dengan berbagai dinamika. Berjuang bersama sang ibu untuk mencapai cita-citanya, namun harus terhenti saat sang ibu akhirnya dipanggil kembali pada Ilahi. Dapatkah ia meraih apa yang dia impikan? Karena yang ia yakini, badai hanya menyisakan pohon-pohon y...
Sebuah Musim Panas di Istanbul
320      219     1     
Romance
Meski tak ingin dan tak pernah mau, Rin harus berangkat ke Istanbul. Demi bertemu Reo dan menjemputnya pulang. Tapi, siapa sangka gadis itu harus berakhir dengan tinggal di sana dan diperistri oleh seorang pria pewaris kerajaan bisnis di Turki?
Perjalanan Kita: Langit Pertama
1333      656     0     
Fantasy
Selama 5 tahun ini, Lemmy terus mencari saudari kembar dari gadis yang dicintainya. Tetapi ia tidak menduga, perjalanan panjang dan berbahaya menantang mereka untuk mengetahui setiap rahasia yang mengikat takdir mereka. Dan itu semua diawali ketika mereka, Lemmy dan Retia, bertemu dan melakukan perjalanan untuk menyusuri langit.
Rêver
5503      1642     1     
Fan Fiction
You're invited to: Maison de rve Maison de rve Rumah mimpi. Semua orang punya impian, tetapi tidak semua orang berusaha untuk menggapainya. Di sini, adalah tempat yang berisi orang-orang yang punya banyak mimpi. Yang tidak hanya berangan tanpa bergerak. Di sini, kamu boleh menangis, kamu boleh terjatuh, tapi kamu tidak boleh diam. Karena diam berarti kalah. Kalah karena sudah melepas mi...
THE WAY FOR MY LOVE
406      311     2     
Romance
Mencintaimu di Ujung Penantianku
4207      1158     1     
Romance
Perubahan berjalan perlahan tapi pasti... Seperti orang-orang yang satu persatu pergi meninggalkan jejak-jejak langkah mereka pada orang-orang yang ditinggal.. Jarum jam berputar detik demi detik...menit demi menit...jam demi jam... Tiada henti... Seperti silih bergantinya orang datang dan pergi... Tak ada yang menetap dalam keabadian... Dan aku...masih disini...
Sanguine
4435      1449     2     
Romance
Karala Wijaya merupakan siswi populer di sekolahnya. Ia memiliki semua hal yang diinginkan oleh setiap gadis di dunia. Terlahir dari keluarga kaya, menjadi vokalis band sekolah, memiliki banyak teman, serta pacar tampan incaran para gadis-gadis di sekolah. Ada satu hal yang sangat disukainya, she love being a popular. Bagi Lala, tidak ada yang lebih penting daripada menjadi pusat perhatian. Namun...
ALVINO
4140      1839     3     
Fan Fiction
"Karena gue itu hangat, lo itu dingin. Makanya gue nemenin lo, karena pasti lo butuh kehangatan'kan?" ucap Aretta sambil menaik turunkan alisnya. Cowo dingin yang menatap matanya masih memasang muka datar, hingga satu detik kemudian. Dia tersenyum.
in Silence
392      268     1     
Romance
Mika memang bukanlah murid SMA biasa pada umumnya. Dulu dia termasuk dalam jajaran murid terpopuler di sekolahnya dan mempunyai geng yang cukup dipandang. Tapi, sekarang keadaan berputar balik, dia menjadi acuh tak acuh. Dirinya pun dijauhi oleh teman seangkatannya karena dia dicap sebagai 'anak aneh'. Satu per satu teman dekatnya menarik diri menjauh. Hingga suatu hari, ada harapan dimana dia bi...
complicated revenge
17281      2761     1     
Fan Fiction
"jangan percayai siapapun! kebencianku tumbuh karena rasa kepercayaanku sendiri.."