Loading...
Logo TinLit
Read Story - Mamihlapinatapai
MENU
About Us  

Kansa benar-benar tidak habis fikir dengan Fauzan, tindakannya yang memperlakukan ia layaknya seorang pacar. Meskipun ia memberi seribu tangkai bunga mawar, rasa ia terhadapnya akan tetap sama 'teman'.

Terbesit perasaanya menyesal dalam hatinya karena tindakan Fauzan seminggu yang lalu, yang membuat hubungannya dengan Kevin menjadi renggang, tapi tak dipungkiri ia juga berterima kasih kepada Fauzan untuk menghentikan cinta sepihak ini.

Tapi hal itu membuat Kansa merasa tak nyaman dan sedikit risih .

Ditambah lagi dengan Kevin yang selalu berhasil menggagalkan benteng bertahanannya.

Ya.
Tatapan matanya,
Senyumannya,
Harum tubuhnya,
Membuat aliran getaran yang selalu berhasil membuatnya terpaku, membuat seluruh usahanya terbuang percuma.

Mungkin memang benar, 
Dimatanya Kevin secerah sinar mentari hingga sulit untuk dihindari.

Malam ini rasanya sedikit berbeda, dingin yang merasuki tubuhnya seperti menusuk, meskipun Kansa merasa suhu tubuhnya sedikit panas, tapi rasanya ia tak peduli.

Entah apa yang membuat Kansa tak sadar dengan langkahnya, hingga ia sudah berada di atas rooftop.

'Lah kok gue ada disini ya?' Batin Kansa.

'Mana dingin lagi.' Gumam Kansa yang kebingungan sendiri.

'Siapa itu, malem-malem disini?' gumamnya pelan.

"Mending gue balik lagi, dari pada di apa-apain," ucapnya pelan seraya berbalik arah dengan hati-hati.

"Kansa."

"Kok tau nama gue sih? Kek suaranya Kevin ya, tapi masa? Apa gue cuma halu?" ucap Kansa pelan, hingga tak sadar bahwa sosok tersebut sudah ada dibelakangnya.

Dan.

Grep.

Sosok tersebut memakaikan jaket kepada Kansa.

'Yatuhan siapa ini?'

'Balik badan atau engga?'

Hati dan pikirannya berkecamuk, disatu sisi hatinya berkata berbalik dan disisi lain otaknya berkata jangan berbalik.

Belum selesai Kansa berfikir ia sudah dikagetkan dengan sosok tersebut yang-

Tiba-tiba memeluknya.

Lalu berbisik.

"Harum tubuhmu bagai candu."

"Tanpa disadari pandanganmu, tatapanmu, membuat jatuh dalam pesonamu."

"Lesung pipimu yang dihiasi senyuman, membuatku memndamba."

"Namun, selalu ada hati atau pikiranku yang berkata 'bukan atau jangan'."

Kansa yakin itu suara Kevin, walaupun serak dan pelan, Kansa tak bisa berpaling bahwa itu adalah suara Kevin.

Jika iya, jantung Kansa benar-benar ingin melocat keluar saking cepatnya ia berdetak.
Jika Kansa adalah sebuah es krim atau bongkahan es batu, pasti ia sudah mencair.

"Vin, ini lo kan?" Kansa memberanikan diri untuk bersuara, meskipun masih dalam posisi yang sama.

Tapi, sama sekali tak ada jawaban.
Sosok tersebut lebih memilih mengeratkan pelukannya pada Kansa.

Dan

Hap

Satukali hentakan sosok tersebut membalikan tubuh Kansa dan menatapnya lekat-lekat.

Deg

Deg

Deg

Rasanya seperti sebuah sihir yang mampu menghipnotisnya, Kansa benar-benar tak percaya Kevin akan seberani ini, berani membuatnya jatuh cinta berkali-kali dalam pesona, ucapan dan tatapannya.

Senang? Tentu tak bisa ia pungkiri.

Walaupun Kansa yakin, Kevin tak akan pernah bertanggung jawab atas jatuhnya ia.

Sudah pasti seperti matematika.

"Kansa lo baper lo gitu-in tadi?" ucapnya dengan senyuman khas Kevin.

"Hah?"

Kansa mengerti tapi ia tak mengerti.

"Iya yang tadi gue bilang, yang gue lakuin ke lo barusan, lo baperkan? Kan? Kan?" ucapnya dengan tawa pelan,

Pret

Pret

Kansa menjepret kening Kevin, cukup keras mungkin, karena Kevin sedikit meringis.

Aw!

"Kansa!"

"Apa lo?! Emang gue apa lo, seenaknya peluk-peluk gue!" omelnya.

"Biasanya juga lo suka gue peluk-peluk," jawab Kevin dengan polosnya

Dan

Pret

Satu jepretan lagi mendarat dikening mulus Kevin.

"Kansa sakit! Kasar banget sih jadi cewe! Gasuka!" marahnya.

Kansa menyeritkan alisnya. "Bodo amat, emang siapa juga yang mau disuka sama monster kaya lo, monyet aja ogah, nih ya, Ana mau sama lo, mungkin dia lagi khilaf aja, belum dapat hidayah buat matanya!" 

"Mulut lo! Mau gue cium!"

Plak

Satu tamparan yang cukup keras didaratkan di bibirnya. "Makan tuh cium!"

Kansa kesal! Benar-benar kesal, bisa-bisanya Kevin membuatnya melayang lalu dihepaskan.

Ya! Pasalnya bukan karena Kevin yang memeluknya, tapi karena perlakuan Kevin yang manis dan itu hanya candaan belaka.

Kansa memtuskan untuk pergi dari hadapan Kevin.

"Kansa!"

"Oi"

"Jangan tinggalin gue heh!"

Kevin mengejarnya, tapi Kansa sama sekali tidak peduli.

'Bodo amat'

"Dasar Kevin! Manusia tak berperas-"

Hap

Kevin berhasil meraih tangan Kansa dan menghentikan langkahnya, sebelum Kansa selesai mengumpatnya.

"Kansa sayang, jangan marah dong!"

"Jangan tinggalin gue!"

"Segitiga aja sama kaki, masa gue sendiri?!"

Ucap Kevin seraya menarik-narik Kansa.

"Apaan sih Vin! Gue mau balik ke asrama, mau tidur ngantuk, mood gue buat cari angin udah ilang! Bye!" seraya melepaskan pengangan tangan Kevin.

"Ih jangan! Sini dulu aja, gue mau lama-lama berdua sama lo," ucapnya

Dan Kansa diam tak bergeming

Bullshit

Pencitraan

"Kali ini gue serius, ga bercanda, gue minta lo temenin gue, udah lama kita ga berdua kaya gini, lo juga udah lama ga curhat sama gue, fokus lo kini kebagi dua," ucap Kevin lirih, ucapan Kevin memang membuat Kansa tersadar, hari-hari ini ia lebih sibuk memikirkan cara untuk menjauh dari Kevin, terlebih lagi Fauzan yang akhir-akhir ini sering mengacau hidupnya.

"Semenjak lo punya Ojan, lo lupa sama gue," sindirnya.

"Apaan sih Vin."

"Kansa, jujur ya, dari lubuk hati paling dalam, gue gasuka lo deket sama siapapun , mau itu Fauzan atau bukan, gue gasuka lo taken sama cowo siapapun itu."

"Terus? Gue harus jomlo demi lo gitu? Mikir dong Vin, jangan egois, gue juga butuh kali sandaran," jawab Kansa tak habis pikir.

"Iya gue mau nya gitu, gue gamau lo sama gue jadi renggang, gue aja meskipun sama Ana, gue bakalan tetep milih lo kok."

"Jadi kalo gue minta lo putus sama Ana lo mau?"

"Bukan gitu, maksud gue, kalo misalnya gue lagi sama Ana, lo minta gue dateng ke lo, gue pasti dateng ke lo-"

Kevin menghentikan ucapannya dan menarik nafas nya dalam-dalam, "kalo lo butuh sandaran, gue bisa dan selalu bisa jadi sandaran lo," ucap Kevin seraya meraih telapak tangan Kansa dan mengusap-ngusap dengan telapak tangan milik Kevin.

"Vin, dingin," ucap Kansa, yang memang tujuannya untuk mengalihkan pembicaraan.

Hufh

Hufh

Hufh

Kevin meniup-niup telapak tangan Kansa yang bertujuan untuk menghangatkannya.

Dan

Kembali 

Memeluk Kansa.

Tapi Kansa tak menolak, toh mungkin ini terakhir kali nya ia sedekat ini dengan Kevin, karena kedepannya tak akan ada yang tahu.

***

Kansa sudah merasa ada pertanda tak baik ditubuhnya, namun hal itu, Kansa tepis jauh-jauh dan tetap memilih untuk masuk kelas.

Dengan berjalan ditepian seraya memegang pegangan agar tak jatuh, dengan sebelah tangan yang sesekali memegang kepalanya.

Pusing.

Mual.

Itulah yang sedang Kansa rasakan, ia kira sakitnya akan hilang, tapi nyatanya semakin lama kian menjadi, tapi percuma kini ia hampir sampai di kelasnya.

Pandangannya sudah mulai kabur dan perutnya pun merasa semakin memilit ketika ia memasuki kelas.

Lalu Kansa duduk dengan muka pusat pasi, dengan keringat dingin yang bercucuran.

"Vin! Kansa kenapa?" tanya temannya.

Kevin masih fokus dengan layar gadget yang ia mainkan.

"Vin! Liat Kansa kenapa?! Game mulu!" cerca temannya.

"Apaansih, lo kalo mau bikin gue kalah jangan bawa-bawa Kansa-gue, jangan main curang lo!" jawab Kevin yang masih fokus dengan layar gadgetnya.

Ya, Kansa mendengar samar-samar ucapan temannya yang berbicara dengan Kevin.

Kansa bangun dari duduknya, berniat menuju lokernya, untuk mengambil obat, tapi tanpa ia sangka, pandangannya mengabur dan tubuhnya terasa lemas setelah ia berjalan beberapa langkah.

Dan

Brug

Kansa tergeletak jatuh pinsan, sontak membuat satu kelas berteriak.

"Kansa!"

Kevin langsung mengalihkan pandangannya kearah Kansa, dan menaruh ponselnya asal diatas meja, dengan panik dan rasa cemas ia berlari kearah Kansa yang tak jauh dari tempat ia duduk.

"Kansa! Lo kenapa? Kansa bangun!" 

Perasaan bersalah hinggap di dirinya.

"Bego lo Kevin! Bego!" ucapnya pada diri sendiri.

Tanpa perlu komando, Kevin langsung mengangkat Kansa dan membawanya ke UKS.

***

Kevin masih setia menanti mata indah Kansa terbangun, dengan menggenggam tangannya dan meminta maaf berulang-ulang, Kevin mereka bersalah, karena tidak mendengarkan ucapan temannya.

Lalu, setitik cahaya mulai memasuki indera penglihatan Kansa. Kansa sepertinya sedang berusaha menyesuaikan matanya dengan cahaya yang masuk dengan cara mengerjapkan matanya.

"Kansa! Akhirnya lo sadar juga," ucap Kevin senang.

Kansa mencoba duduk, tapi lagi-lagi gagal, dan kembali terbaring.

"Aw!" ringis Kansa,

"Mau gue panggilin Bu Ainun-yang notabennya adalah dokter disekolahnya- ?" tanya Kevin khawatir,

"Engga usah, kepala gue cuma pusing aja kok," cegah Kansa yang melihag Kevin beranjak pergi.

"Maaf."

"Dan makasih."

"For what?" Kansa kebingungan dengan ucapan Kevin yang dilontarkan secara tiba-tiba.

"Maaf kalre."

"Udah ngebawa gue ke UKS."

"Santai aja kali." Kevin menarik kursi untuk duduk di samping Kansa. "Kenapa sih, lo bisa sakit kayak gini?"

Kansa hanya menaikkan kedua bahunya.

"Nih, makan dulu rotinya. Abis itu minum obat terus istirahat oke?" Kevin menyerahkan satu bungkus keresek yang berisi roti dan obat-obatan. "Kalau lo sakit, hidup gue jadi sepi ...."

Demi apapun jantung Kansa rasanya akan copot dalam hitungan detik. Bisa-bisanya Kevin berbicara seperti itu disaat seperti ini.

"Ya ... sepi dalam artian enggak ada yang harus gue ganggu. Enggak ada yang bisa gue ajak ngobrol. Dan yang terpenting, enggak ada yang bisa ngerjain tugas gue."

"Kansa, gue kangen lo," gumam Kevin pelan. 

"Hah?"

"Apaan?"

"Ish, dasar!"

Mendengarnya, Kansa memukul pelan tangan Kevin. Semburat merah di wajahnya tidak bisa tertahan lagi. Bagai punuk yang merindukan bulan, begitu pula Kansa yang merindukan Kevin di saat-saat seperti ini. Tanpa Ana, ataupun Fauzan. 

"Serius deh, gue kangen lo." Kevin menatap mata Kansa. Menguncinya begitu saja, seolah tak diizinkan untuk melihat selain dirinya.

Kansa memerhatikan manik mata orang di hadapannya. Manik itu menyiratkan rasa kesedihan dan kehilangan. Namun, Kansa menepis semua pikiran buruknya tentang Kevin. Toh selama ini Kevin bahagia saja bersama Ana, kan?

"Apaan sih lo. Setiap hari juga ketemu. 

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 1 0 1 1 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • viseeee

    Plis next cepet-cepet????????????????

    Comment on chapter 06
  • yulisss

    Baper

    Comment on chapter 06
Similar Tags
Cinta dan Benci
4970      1517     2     
Romance
Benci dan cinta itu beda tipis. Bencilah sekedarnya dan cintailah seperlunya. Karena kita tidak akan pernah tau kapan benci itu jadi cinta atau sebaliknya kapan cinta itu jadi benci. "Bagaimana ini bisa terjadi padaku, apakah ini hanya mimpi? Apakah aku harus kabur? Atau aku pura-pura sakit? Semuanya terasa tidak masuk akal"
TRIANGLE
12121      1917     3     
Romance
"Apa pun alasannya, yang namanya perselingkuhan itu tidak bisa dibenarkan!" TRIANGLE berkisah tentang seorang gadis SMA bernama Dentara dengan cerita kesehariannya yang jungkir balik seperti roller coaster. Berasa campur aduk seperti bertie botts bean. Berawal tentang perselingkuhan pacar tersayangnya. Muncul cowok baru yang berpotensi sebagai obat patah hati. Juga seorang dari ...
My Andrean
11173      1966     2     
Romance
Andita si perempuan jutek harus berpacaran dengan Andrean, si lelaki dingin yang cuek. Mereka berdua terjebak dalam cinta yang bermula karena persahabatan. Sifat mereka berdua yang unik mengantarkan pada jalan percintaan yang tidak mudah. Banyak sekali rintangan dalam perjalanan cinta keduanya, hingga Andita harus dihadapkan oleh permasalahan antara memilih untuk putus atau tidak. Bagaimana kisah...
Dear Diary
532      331     1     
Fantasy
Dear book, Aku harap semoga Kamu bisa menjadi teman baikku.
I'll Be There For You
1293      619     2     
Romance
Memang benar, tidak mudah untuk menyatukan kembali kaca yang telah pecah. Tapi, aku yakin bisa melakukannya. Walau harus melukai diriku sendiri. Ini demi kita, demi sejarah persahabatan yang pernah kita buat bersama.
Aleya
2340      739     4     
Romance
Kau memberiku sepucuk harapan yang tak bisa kuhindari. Kau memberiku kenangan yang susah untuk kulupakan. Aku hanyalah bayangan bagimu. Kita telah melewati beberapa rute tetapi masih saja perasaan itu tidak bisa kukendalikan, perasaanmu masih sama dengan orang yang sama. Kalau begitu, kenapa kau membiarkan aku terus menyukaimu? Kenapa kau membiarkan aku memperbesar perasaanku padamu? Kena...
Teman
1471      680     2     
Romance
Cinta itu tidak bisa ditebak kepada siapa dia akan datang, kapan dan dimana. Lalu mungkinkah cinta itu juga bisa datang dalam sebuah pertemanan?? Lalu apa yang akan terjadi jika teman berubah menjadi cinta?
Love You, Om Ganteng
17278      4216     5     
Romance
"Mau dua bulan atau dua tahun, saya tidak akan suka sama kamu." "Kalau suka, gimana?" "Ya berarti saya sudah gila." "Deal. Siap-siap gila berarti."
Kisah yang Kita Tahu
5798      1743     2     
Romance
Dia selalu duduk di tempat yang sama, dengan posisi yang sama, begitu diam seperti patung, sampai-sampai awalnya kupikir dia cuma dekorasi kolam di pojok taman itu. Tapi hari itu angin kencang, rambutnya yang panjang berkibar-kibar ditiup angin, dan poninya yang selalu merumbai ke depan wajahnya, tersibak saat itu, sehingga aku bisa melihatnya dari samping. Sebuah senyuman. * Selama lima...
TeKaWe
1160      642     2     
Humor
bagaimana sih kehidupan seorang yang bekerja di Luar Negeri sebagai asisten rumah tangga? apa benar gaji di Luar Negeri itu besar?