Entah kenapa mas veri jadi pendiam setelah mengangkat telpon dari ardion. kami terdiam sejak perjalanan dari rumah. ah, ini benar-benar membuatku canggung.
mas veri melingkarkan tangan kirinya ke bahuku, mencoba mencairkan suasana
"hayoo.. ardion itu gebetan kamu kan? Itu.. anak basket yang nolong kamu di uks waktu itu."
"Kepo banget sih mas" jawabku ketus.
"Mas pengen tau kok nggak boleh siih " goda mas veri sambil mencubit pipiku.
"Aduuh.. dia itu temen mas.. kenalnya waktu aku gabung ekskul" jelasku
"Oh.. tapi.. kalau emang pacaran, mas jadi kesepian dong.. " mas veri memanyunkan bibirnya, dan itu terlihat lucu
"hahaha.. apaan sih mas.." aku melingkarkan tanganku di pinggang mas veri
kami kemudian menuju toko buku yang terdapat di dalam mall. mas veri berjalan menuju rak buku bahasa inggris dan mengambil salah satu buku .
"mas mau ambil beasiswa?" tanyaku sambil mlihat mas veri membuka lebaran-lembaran buku TOEFL.
"Emang kalo belajar tes TOEFL mau ambil beasiswa ya?"
"Mm.. ya nggak juga sih. Trus, kenapa emang mas beli buku itu?" Tanyaku semakin penasaran.
Mas veri mengetuk kepalaku,
"Biar mas jago bahasa inggris, ga kaya kamu bisanya yes or no aja, hahaha.."
mas veri tertawa kecil dan meninggalkanku menuju kasir, aku berdecak.
********
kami berdua memasuki sebuah kafe parfait yang berada tepat di lantai bawah toko buku. sebuah kafe yang menjadi langganan aku dan mas veri ketika mengunjungi mall cendana. aku sangat menyukai parfait di kafe ini. creamy-nya yang super lembut dan manis, buah-buahanya yang segar dan tentunya menu parfaitnya yang banyak.
aku bertopang dagu dan melihat sekeliling. banyak pasangan remaja yang banyak mengunjungi cafe ini. selain suasananya yang super cozy dan nyaman, ada juga live music di akhir pekan.
"nih.." mas veri menyodorkan fruit parfait kesukaanku. dia lalu mengambil tempat duduk di sampingku.
aku menyendok cream parfaitku dan, hmmm.. rasanya benar-benar lembut. mas veri hanya meringis melihatku, lalu meminum hazelnut milk tea nya.
"Ntar mas mau kuliah dimana?" Tanyaku
"Mm.. mas pengen daftar beasiswa aja"
aku melanjutkan makanku. Sebentar lagi kehidupan kami pasti bakalan berubah. mas udah masuk kuliah dan mulai hidup mandiri. sedangkan aku, naik kelas dua sma. menikmati masa-masa puber. dan waktu-waktu dimana banyak orang menyebutnya, masa indah di sma.
"Dua bulan lagi ayah sama ibu pasti udah balik lagi ke surabaya. Kan mutasinya udah selesai"
"iya.. akhirnya kita bisa kumpul bareng lagi ya mas"
"dek.. kamu masih mau lanjutin ekskul basketmu itu?" Lanjut mas veri mengalihkan pembicaraan
"Kayaknya sih iya mas, kenapa emang?"
"Ga papa sih, mas cuman ga mau ada kejadian kayak kemarin."
Aku mengerutkan alisku, mas veri tahu jika aku memaksakan diriku untuk mengikuti ekskul basket. Untuk murid yang jarang olahraga seperti aku, basket bukan pilihan ekskul yang tepat.
"Tenang aja mas, nana ga bakalan terkilir lagi. Nana bakalan belajar sama nita ntar" jawabku mantap.
Mas melipat tanganya dan menatapku
"Mas setuju kalau itu. Jangan keasyikan main basket trus kamu lupa belajar."
Aku mengangguk mantap,
"Dengar nana, mas xaveri itu sayang sama kamu. Sayang banget malah"
kata mas veri sambil membelai rambutku. Itulah hal yang membuatku tenang, berada disamping seorang kakak yang sangat menyayangiku