Mas veri memasang kacamatanya, lalu duduk di depanku. dia tampak memulai mode seriusnya. Rutinitas kami saat malam hari pun dimulai, belajar bersama.
satu persatu soal fisika dikerjakan oleh mas veri dengan cepat dan tepat. Yah, nggak heran juga sih kalau tahun lalu dia memenangkan olimpiade fisika nasional, mas veri keren banget. Ga seperti aku, baru liat lembar pertama aja udah ngantuk setengah mati.
Mas veri menepuk meja, membuatku terhentak.
"Heh.. ngapain nglamun aja. Ayo kerjain soalnya" mas veri menyodorkan kertas berisi soal matematika buatanya.
Mas veri selalu membuatkanku soal-soal kisi-kisi yang akan muncul di setiap ujian. Dan ajaibnya, soal itu hampir mirip. Itulah kenapa nilaiku selalu baik, dan itu karena mas veri.
"Iya.. iya... " jawabku sambil mengambil pensil. Aku mulai mengerjakan soalnya satu persatu.
Setelah selesai, aku menyerahkanya ke mas veri, dia lalu mencentang jawaban soal yang benar dan melingkari jawabanku yang salah.
Handphoneku berdering seketika, aku melihat nomor yang tak kukenal.
"Siapa itu?" Kata mas veri. Aku mengedikkan bahu. Lalu aku mengangkat telfon yang sekian lama berdering.
"Halo.." kataku
"Hai.. kok diangkat sih. Kan tadi bilang gue misscall doang" suara itu suara yang ku kenal, ardion. Mas veri menatapku.
"Lo telpon mulu sih" jawabku. Diiringi tawa kecil dari ardion disana.
"Lagi apa?" Tanya ardion.
Aku lalu berdiri dan duduk di teras rumah.
"Belajar" jawabku.
"Wah.. ganggu nih gue?"
"Ngg.. nggak juga"
"Hari minggu lo dateng kan?"
"Iya.."
"Gue tunggu loh.."
"Oke.."
aku menutup telponku, kemudian aku kembali ke meja belajar. mas veri menatapku sekilas, kemudian kembali mengerjakan soalnya.
"siapa dek?" tanya mas veri
"emm.. temen mas"
"gausah bo'ong kamu dek.. kamu kira mas nggak tau" mas veri mengacak-acak rambutku. dia terlihat gemas kepadaku.
aku bahkan tidak bisa menyembunyikan sedikit kebohonganku kepada mas. ah mas veri.. dia yang paling tau aku.
*******
pagi ini.. hari sabtu. ekskul basket diliburkan, yasss!! karena persiapan tim cowok untuk lomba besok. aku meraba selimut dan mengangkatnya, selimut baby pink favoritku. rupanya mas veri terbangun tengah malam dan menyelimutiku.
"deeek... kamu nggak ekskul??" teriak mas veri dari tangga.
"libur maass" jawabku.
ah, si alarm hidup yang selalu membuatku tepat bangun pagi. mas veri lalu membuka pintu dan menatapku bersemangat.
"beneran nih?? ayok ikut mas ke toko buku"
badanku membungkuk lemas, weekend gini ke toko buku.
"aduh.. ngapain sih ke toko buku mas."
"ya beli buku lah, sayangku.." mas veri mengacak-ngacak rambutku
"males ah.." aku merebahkan badanku, dan menarik selimut.
mas veri lalu membanting tubuhnya tepat disampingku, dan menindih kakiku dengan kakinya yang besar itu.
"ayoo.. bangun gak.. aku ga bakalan biarin kamu tidur lagi" paksa mas veri. ini orang kalau punya niat harus terlaksana.
tubuhku terasa sesak karena mas veri yang serta merta tidur di kasur single bed milikku. aku lalu membalasnya, mendorong tubuhnya dengan kakiku. mas veri lalu terjatuh di lantai.
"rasain lu.." aku menjulurkan lidaku
mas veri membalasnya dengan senyum liciknya.
"kamu kira kamu menang??" ledek mas veri sambil menggoyangkan handphoneku yang sudah ditanganya.
"kembaliiinnn!!" aku berteriak, bener -bener nyebelin.
lalu handphoneku berdering, mas veri langsung mengangkatnya. aku hanya bisa terpaku menatap mas veri yang tampak serius melihat nama penelpon.
"haloo.. ini xaveri"
raut wajah mas veri tiba-tiba berubah.
"ada perlu apa dengan nana?" tanya mas veri
ntah kenapa sebelum aku mengambil alih telfonku, si penelpon sudah menutup panggilanya.
"siapa mas?" tanyaku
"ardion" jawab mas veri