Ajar merapikan setelan dan menghempas debu jalan yang tersangkut di bajunya, bersiap untuk keluar dari balik layar. Langkahnya pelan tanpa suara detupan. Hanya sepatu apek, model sepatu para shaoilin. Terbuat dari kain tebal yang mudah untuk dicuci dan dikeringkan. Sampai Ia dijuluki misdirection oleh mahasiswa jurusan bahasa inggris. Karena muncul dari belakang dengan tiba-tiba tanpa hawa keberadaan.
Dalam sekejap halaman kampus menjadi putih. Para calon mahasiswa dengan topi kerucut dan tas goni bergegas merapat membuat barisan. Suara-suara lantang keluar dari speaker dengan nada menggertak. “Kalau kau semua tak merapat lekas, ingatlah benar-benar bila seniormu meradang!!.” Tidak ada calon mahasiswa yang berjalan santai pagi itu. Semuanya bergegas seperti kerumunan sapi putih yang dihalau gembala untuk masuk kandang.
Ajar berjalan pelan di lorong teras depan kampus. Wajahnya terus memaling ke arah lapangan tengah. Melihat keriuhan itu dengan terus berjalan. Tiba-tiba di belakangnya terdengar suara derapan langkah cepat. Tarikan nafas terkejut melejit dari tenggorokan. “hakkk!!” Ajar ditabrak seorang perempuan berkacamata, tanpa sempat menoleh ke belakang. Itu tabrakan yang kuat. Keduanya terhempas dan jatuh. Lalu, pelan-pelan Ajar bangkit dan menepuk abu lantai di celana dan bajunya. Ia melihat perempuan itu yang masih terduduk. Ajar spontan bangun dan beranjak pergi, tanpa mengucapkan satu patah kata pun!