Read More >>"> Heartache (2. Akal Licik) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Heartache
MENU
About Us  

Sudah seminggu lamanya Krisan tinggal di kediaman pujaan hatinya. Berbagai kejadian tak terduga mulai bermunculan dalam kehidupan Krisan. Diawali dengan perlakuan anak buah Masamune yang memperlakukan dirinya sebagai seorang putri kerajaan. Ini merupakan perintah yang langsung dikeluarkan oleh Masamune sendiri.

“Karena Krisan merupakan satu-satunya wanita di rumah ini dan merupakan tamu terhormat kita, maka dari itu tolong perlakukan dia dengan baik. Jangan bersikap kasar padanya, jangan menyinggung atau menyakiti perasaannya, bersikaplah yang lembut padanya, jangan menggodanya, jangan bersikap kurang ajar dalam bentuk apapun jika nyawa kalian ingin selamat.”

“Yah, baru juga mau aku goda.” bisik salah seorang anak buah Masamune pada teman sebelahnya ditengah-tengah pidato panjang tuannya itu.

“Bahkan kalau bisa perlakukan dia sebagai seorang putri kerajaan di tempat ini!” akhir pidato Masamune beberapa hari yang lalu saat jam makan malam tengah berlangsung.

Seluruh penghuni ruang makan termasuk Krisan terkecuali Koujiro hanya bisa mengangakan mulut mereka selebar mungkin. Krisan sendiri masih tidak percaya jika pesan dari Masamune benar-benar diterapkan oleh anak buahnya.
Saking berbedanya jenis kelamin Krisan dengan seluruh penghuni di kediaman pujaan hatinya, kemanapun dirinya pergi selalu ada Koujiro disampingnya. Jika Koujiro sibuk tugasnya akan digantikan oleh Masamune yang mengawasinya dari kejauhan—tanpa disadari olehnya yang pasti.

Tentu hal ini tidak membuatnya nyaman, merasa diri dikekang dan terlalu diperlakukan istimewa secara berlebihan. Agar tidak stress, Krisan menyibukkan dirinya dengan bernyanyi—baik itu untuk menghibur diri sendiri maupun orang lain—dan membantu penduduk Desa Oushuu mulai dari bertani, berkebun, berdagang di pasar, membantu kaum hawa memasak sampai mengempu bayi dan anak kecil yang dititipkan oleh orang tua mereka yang sibuk bekerja.

Kegiatan Krisan tentu tidak bisa lepas dari pengawasan Koujiro yang selalu berada disampingnya. Hal ini membuat hubungan mereka kian rekat bagai surat dan perangko. Bahkan Krisan sudah tidak takut lagi berhadapan dengan Koujiro terkecuali berhadapan dengan Masamune sendiri. Krisan masih diliputi rasa takut, tegang, was-was bercampur senang tiap kali berhadapan dengan pujaan hatinya.

Disela-sela kesibukannya, Krisan selalu menyempatkan diri untuk mengamati kegiatan Masamune seperti ketika pujaan hatinya sedang berlatih pedang, Krisan akan memperhatikannya sampai pujaan hatinya selesai berlatih. Padahal kebiasaan barunya ini dilakukan secara terang-terangan dihadapan banyak orang tapi, penduduk desa berpendapat jika Krisan itu jatuh cinta pada Koujiro bukannya pada Masamune.

“Uh...aku lelah!” ucap Krisan sembari menyandarkan punggungnya ke batang pohon besar di atas bukit desa.

“Lelah karena harus menyelesaikan pelayanan sosial di desa ini atau karena hal lain?” tanya Koujiro ikut duduk disamping Krisan sembari menikmati udara sepoi-sepoi sehabis membantu salah satu warga berkebun di ladang.

Krisan mendesah panjang, kepalanya didongakkan ke atas, matanya memperhatikan beberapa helai daun menari-nari di atas sana.

“Aku tidak mempermasalahkan jika harus melakukan pelayanan sosial disini hanya saja, aku lelah diperlakukan seperti ini!” Krisan memulai cerita keluh kesahnya kepada tangan kanan pujaan hatinya. Sejak hubungan mereka kian rekat sudah menjadi kebiasaan bagi Krisan untuk sekedar membagi keluh kesahnya pada Koujiro.

“Maksudmu diperlakukan sebagai putri kerajaan?”

“Memang tapi bukan itu masalah utamanya!” Koujiro menolehkan kepalanya dan mendapati wanita yang berada disampingnya tengah memejamkan mata.

“Aku tidak suka semua orang mengatakan jika aku jatuh cinta padamu. Faktanya kan, bukan seperti itu! Aku yakin kau pasti tahu jika aku mencintai orang lain.” sampai detik ini Koujiro belum juga membuka mulut untuk berkomentar karena dia tahu masih ada sisa keluh kesah yang belum diceritakan Krisan.

“Aku harap kau tidak terbawa perasaan mengingat kita mempunyai hubungan yang cukup dekat.”

“Aku tidak punya banyak waktu untuk memikirkan hal itu, jadi tenang saja.” Krisan membuka matanya,  menatap tangan kanan pujaan hatinya dengan tajam.

“Kau akan mati dalam kesendirian jika dimasa tuamu nanti tidak ada yang mendampingimu.”

“Tujuan hidupku hanya untuk mengabdi kepada Masamune-sama saja, tidak ada yang lain.”

“Aku harap Masamune-sama menyuruhmu untuk menikah.” sambung Krisan sedih. “Aku turut prihatin padamu.”

“Harusnya aku yang berkata seperti itu padamu.” balasan Koujiro menarik perhatian Krisan. Ditatapnya tangan kanan pujaan hatinya itu dengan kening mengkerut.

“Kenapa begitu?”

“Karena usahamu untuk menarik perhatian Masamune-sama tidak berhasil.”

“?!”

“Kalau kau hanya mengamatinya dari kejauhan dan sekeras apapun kau bernyanyi untuknya, itu tidak akan membuahkan hasil.”

“Karena dia memiliki wanita lain dihatinya?” potong Krisan wajahnya terlihat tegang.

“Bukan.”
“?!”
“Masamune-sama memiliki hati yang dingin, sikap yang tertutup dan egois. Disatu sisi terkadang dia juga suka bersikap licik.”

“Apa?!”

“Menganggap situasi apapun sama dengan situasi di medan perang yang tidak akan memberi ampun kepada orang lain, rasanya wajar-wajar saja jika semua orang termasuk dirinya bersikap licik mengingat kita tinggal di tempat yang masih dihiasi pertumpahan darah.”

Penjelasan panjang lebar itu berhasil membungkam rapat-rapat mulut Krisan hingga dia tak tahu harus berkomentar apa. Krisan akui sikap dingin dan tertutup dari Masamune tapi, mengenai sikapnya yang licik itu baru diketahuinya. Ketakutan jika pujaan hatinya akan memanfaatkan dirinya makin tergambar dengan jelas dibenaknya. Dengan akal selicik ular bisa saja Masamune melakukan sesuatu sesuka hatinya kepada Krisan.

Tapi apa? Kelicikan apa yang akan dia terapkan padaku?

“Krisan?” panggil Koujiro tak sengaja mengagetkan wanita yang berada disampingnya.

“O-oh! Maaf, aku melamun.” aku Krisan tertunduk malu.

“Apa kau berubah pikiran untuk tidak mencintai Masamune-sama setelah tahu sisi gelapnya?” walau Koujiro bertanya dengan hati-hati tapi pertanyaan yang dilontarkannya menusuk ulu hati Krisan.

“Entahlah.” jawab Krisan mengangkat kedua bahunya.

Baru saja Koujiro ingin membuka mulut, dirinya melihat wanita berjari lentik itu bangkit berdiri dari tempat peristirahatannya, menepuk kecil pantatnya yang sedikit kotor lalu melanjutkan ucapannya.

“Yang kuinginkan saat ini bukanlah perasaanku untuk tetap mencintainya melainkan yang kuinginkan adalah dia akan membalas cintaku.” tanpa menunggu waktu lama Krisan segera pergi meninggalkan Koujiro yang terpaku memandangi punggung miliknya yang mulai menjauh tak terlihat.

                                    **********
“Ketua!” panggil keempat anak buah Masamune pada tuannya yang sedang sibuk mengelap keenam pedang berharga miliknya yang selalu dipakainya untuk berperang.

“Laporkan padaku apa yang sudah kalian dapatkan dari penyelidikan kalian selama seminggu ini.” pinta Masamune tegas.

Awalnya terjadi acara tunjuk tangan diantara mereka siapa gerangan yang ingin melapor duluan. Namun saat mereka melihat salah satu dari keenam pedang tuannya dimainkan oleh Masamune ke arah mereka berempat, acara tunjuk tangan yang berlangusng selama 10 detik langsung berhenti digantikan oleh si pria berkacamata—julukannya Si Megane—angkat bicara terlebih dahulu.

“Seperti yang kita semua tahu, Krisan-sama adalah seorang musisi jalanan yang sangat terkenal seantero Jepang. Saat ini banyak orang khususnya kaum bangsawan  yang sedang mencari keberadaannya.” jelas Si Megane memulai laporannya.

Ternyata diam-diam Masamune menyuruh empat orang anak buahnya untuk menyelidiki asal-usul kehidupan Krisan. Sejak kedatangan wanita berjari lentik itu, Masamune sudah menyusun rencana liciknya untuk digunakannya nanti.

“Tapi sudah tiga minggu ini batang hidung Krisan-sama tidak nampak di udara. Gosipnya sih, Krisan-sama sedang diincar.” sambung anak buah kedua Masamune yang dijuluki Si Gendut—secara fisik memang terlihat gendut.

“Tiga minggu katamu? Sedang diincar?” ulang Masamune berhenti dari rutinitasnya.

“Iya, Ketua!” anak buah ketiga Masamune yang berpenampilan mirip preman jalanan sehingga dirinya dijuluki Si Preman membenarkan pernyataan Si Gendut.

“Tidak ada yang tahu pasti kenapa dia diincar dan siapa yang mengincarnya. Menurut kami Krisan-sama diincar karena dia punya banyak uang!” sambung Si Preman begitu takjub akan popularitas dan kekayaan yang dimiliki Krisan. 

“Coba bayangkan! Jika kita berhasil mendapatkan uang yang telah dikumpulkan Krisan-sama dan menjadikan dirinya tebusan pada orang yang sedang mengincarnya, kita pasti untung besar! Atau mungkin kita jual saja pada mereka? Keuntungannya bisa 3 kali lipat lebih besar! Ah, tidak! Apa mungkin lebih dari itu, ya?"

Plaak!!

“Kenapa kau terdengar senang sekali jika membicarakan soal uang?!” protes anak buah keempat Masamune yang bertubuh tinggi tetapi kurus hingga dijuluki Si Tikus. Dia jugalah yang memukul Si Preman barusan. "Kau benar-benar ingin menjualnya pada orang lain?"

“Kau itu mata duitan sekali. Krisan-sama tidak bisa dijual berapapun nilainya!” bela Si Gendut tak terima dengan perkataan Si Preman tadi.

“Hei-hei! Tadi kan, aku hanya memberi laporan saja. Tidak ada niatan yang serius untuk menjual Krisan-sama, kok!” Si Preman membela diri tak ingin disalahkan oleh teman-temannya.

“Jangan bohong! Kami tahu isi otak busukmu itu!” tegur Si Megane membantu pembelaan Si Gendut dan Si Tikus. Baru saja Si Preman ingin membuka mulu untuk melakukan pembelaan, hal tak terduga keluar begitu saja dari mulut tuan mereka.

“Dijual, ya?” pertanyaan untuk Masamune sendiri mendapat perhatian serius dari keempat anak buahnya.

“Ketua...” panggil Si Gendut takut.

“Kita bisa mendapatkan keuntungan 3 kali lipat bahkan lebih katamu?”

“Oh, tidak. Ini gawat!” bisik Si Tikus tak bisa berkutik untuk menyadarkan tuannya dari niat liciknya.

“Kita harus memberitahukan hal ini ke Katakura-sama!” Si Megane memberi saran kepada ketiga temannya.

“Kalau begitu aku yang—” seketika kalimat Si Preman dipotong oleh pertanyaan Masamune yang ditujukan untuk mereka semua.

“Daripada dijual, bagaimana kalau kita sewakan Krisan pada kaum bangsawan?” nampak senyum iblis terpancar di wajah tampan milik pemimpin klan Date ini. Keempat anak buahnya hanya bisa saling berpandangan satu sama lain dan menelan ludah mereka dalam-dalam.

Glek!

                                      **********

Beberapa penduduk desa yang baru saja menyelesaikan aktivitas mereka pada sore hari tampak kebingungan melihat Koujiro berlari menuruni bukit menuju kediaman keluarga klan Date diikuti keempat anak buahnya. Bila diperhatikan lebih dekat terlihat urat-urat disekitar pelipis Koujiro, napas memburu, mulut terkatup begitu rapat, wajahnya sangat menakutkan dibandingkan auman si raja hutan.

Ditengah jalan Koujiro.cs sempat berpapasan dengan Krisan dan seorang ibu-ibu hamil tapi Koujiro tidak menyadari keberadaan para wanita tersebut. Pikirannya hanya terfokus pada satu orang.

“Masamune-sama!”

Sesampainya di kediaman keluarga klan Date, Koujiro tidak perlu bersusah payah mencari tuannya karena Masamune sedang berbaring telentang di lantai depan rumahnya. Panggilan Koujiro yang bernada agak tinggi tidak mengagetkan dirinya bahkan masih dengan posisi telentangnya, Masamune menjawab panggilan tangan kanannya dengan ketus.

“Apa?”

“Saya ingin membicarakan—”

“Mengenai Krisan?” Koujiro terdiam saat tuannya memotong pembicaraannya.

Kebiasaan lain Masamune tidak bisa bersabar. Salah satu buktinya adalah tadi.

“Jadi, bocah-bocah dibelakang itu sudah melapor padamu, ya?” keempat anak buah Masamune yang bersembunyi dibelakang Koujiro bergidik ketakutkan saat diri mereka diperbincangkan oleh tuan mereka.

Koijiro kembali melanjutkan perkataannya.

“Saya akan langung ke intinya. Saya sarankan agar Anda membatalkan niat buruk Anda kepada Krisan nantinya.”

“Niat buruk?” tanya Masamune tertawa getir. “Aku tidak punya niat buruk padanya. Aku hanya membantu keuangan dan menambah popularitasnya saja. Itu niat baik, kan?”

“Dengan cara menyewakan dirinya pada kaum bangsawan dan mengambil keuntungan sepihak darinya?” Masamune mengerutkan keningnya, tidak terima dengan sindiran tak langsung tangan kanannya.

“Apa Anda sadar dengan konsekuensi dari rencana yang Anda buat?”

Tak ingin perdebatan sengit ini disaksikan oleh orang lain, Masamune memberi isyarat agar keempat anak buahnya segera pergi. Perintah isyarat itu langsung dipatuhi oleh mereka tanpa banyak bicara.

“Aku tahu apa yang sedang kulakukan.” jawab Masamune usai menatap kepergian anak buahnya. Koujiro balas menatap tuannya sengit.

“Tapi Anda tidak tahu akibat dari perbuatan Anda sendiri.”

Masamune bangkit dari pembaringannya, duduk bersila sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Dilihat dari situasinya, tidak biasanya mereka akan berdebat penuh ketegangan seperti sekarang. Keadaannya juga makin memanas dimana diantara mereka berdua tidak ada yang mau mengalah, ditambah lagi kilatan cahaya berbentuk petir yang keluar dari bola mata mereka masing-masing. Sebenarnya mereka memiliki prinsip yang sama, yaitu sama-sama saling menjaga dan melindungi orang yang mereka anggap begitu berharga hanya saja cara mereka berbeda.

“Kenapa kau begitu peduli padanya?” baru saja Koujiro membuka mulut, tuannya segera memotong. “Ah, I know! Hubungan kalian kan, begitu dekat. Wajar jika kau begitu peduli padanya.”

“Bukankah ini semua perintah Anda untuk selalu berada disampingnya, mengawasi gerak-geriknya secara langsung dan memperlakukannya bak putri kerajaan?” Koujiro dapat melihat bungkamnya mulut, kakunya tubuh dan melototonya mata menerawang tuannya. Masamune mengakui dirinya termakan omongannya sendiri.

“Dan asal Anda tahu, Krisan sangat mencintai Anda.” mendadak Masamune berhenti bernapas saat mendengar perkataan tangan kanannya barusan. Dalam hati dirinya terus meyakinkan jika dirinya tadi salah dengar.

“Cih! Tidak mungkin dia jatuh cinta padaku. Pasti kau salah—”

“Dia sendiri yang mengatakannya pada saya.”

“Apa dengan mengatakan seperti itu kau berharap aku akan membatalkan rencanaku?” tanya Masamune memandang tangan kanannya sinis. “Aku tidak akan membatalkan rencanaku apapun—”

“Nyawa Krisan yang menjadi taruhannya!” jelas Koujiro tegas. “Jangan berpikir Anda bisa melindungi nyawanya semudah yang Anda pikirkan! Banyak musuh yang belum kita ketahui diluar sana!"

“Jadi...” Masamune mengambil sebilah pedangnya yang berada disampingnya, membuka sarung pedang itu dan mengangkatnya ke udara, memamerkan kilau bercahaya benda berharganya dibawah rembulan malam.

“Kau meragukan kekuatan tuanmu ini?” tanyanya berlagak sombong. Koujiro mengepalkan tangannya erat. Dirinya terlihat frustasi menghadapi sikap keras kepala tuannya.

“Saya tidak pernah meragukan kekuatan Anda. Saya hanya khawatir mengenai keselamatan Anda dan juga Kri—”

Koujiro tidak lagi melanjutkan perkatannya karena mendapati sebilah pedang tengah bertengger di depan lehernya. Dirinya sadar, sedikit saja dia bergerak  bahkan menelan ludah sekalipun, tuannya tidak akan ragu untuk mendorong pedang berharganya ke depan menembus leher tangan kanannya. Entah sejak kapan Masamune sudah memasang kuda-kuda bersiap untuk menyerang Koujiro. Mata kirinya yang tidak ditutupi penutup mata nampak sangar memandang tangan kanannya.

“Aku tidak tahu apakah kau benar-benar ragu padaku atau tidak, tapi...” Masamune makin mendorong pedang berharganya ke depan hingga membuat darah mengalir membasahi leher Koujiro.

“Aku akan membuktikan padamu dalam waktu satu bulan ini rencanaku tidak akan gagal dan nyawa Krisan akan aman bersamaku.”

“Koujiro-san! Masamune-sama!” terdengar jerit histeris disertai langkah kaki seorang wanita yang berlari menghampirinya. Kedua lelaki itu menoleh ke asal suara dan mendapati Krisan tengah berlari dengan memasang wajah panik.

“Koujiro-san, kau baik-baik saja?”

Koujiro-san?, batin Masamune bingung.

Sedang Krisan sibuk dengan kepanikannya melihat darah terus mengalir di leher tangan kanan pujaan hatinya, Masamune sendiri sibuk berbenah dari tempatnya berdiri guna mengangkat kakinya dengan perasaan campur aduk dari lokasi kejadian.

“Masamune-sama...” panggil Krisan sedih.

Belum terlalu jauh meninggalkan tkp, langkah kaki Masamune mendadak berhenti saat gendang telinganya mendengar namanya dipanggil. Otaknya sudah memaksa agar kakinya tidak berhenti berjalan serta tubuhnya agar tidak membalikkan badan, namun perintah itu tidak dapat dipatuhi anggota gerak tubuhnya. Saat membalikkan badan dan mendapati jika satu-satunya wanita yang tinggal dikediamannya mengeluarkan air mata, Masamune merasa menyesal. Menyesal karena tidak mematuhi perintah otaknya.

“Cih!”

Masamune pun akhirnya masuk ke dalam kediamannya tanpa memperdulikan Krisan dan Koujiro.

                                       **********
“Hiks hiks hiks...huuhuuhuu...”

Di dalam kamar Koujiro yang sunyi sepi kini berubah menjadi suasana haru yang diakibatkan oleh suara tangisan Krisan yang tak kunjung berhenti.

“Aku baik-baik saja, Krisan. Tenanglah!” pinta Koujiro hampir seratus kali memohon kepada wanita dihadapannya yang sedang sibuk mengobati luka di lehernya.

“Bagaimana..aku bisa tenang...bisa saja...Masamune-sama berniat membunuhmu.” balas Krisan ditengah sesenggukannya. Walau sesenggukan tangannya tetap penuh dengan konsentrasi melilitkan perban di leher Koujiro.

“Masamune-sama tidak akan melakukan hal kejam seperti itu, percayalah.”

Sebisa mungkin Koujiro menenangkan wanita yang ada dihadapannya namun sayangnya bukannya membuat Krisan makin tenang, tak sengaja Koujiro makin membuat Krisan tambah menangis. Gantian Koujiro yang jadi panik melihat tangis Krisan makin bertambah parah.

“Krisan, aku mohon tenanglah! Berhentilah menangis!” pinta Koujiro kalang kabut.

“Masamune-sama...kenapa...kenapa Anda seperti ini?!?” keluh Krisan tak bersuara.

Walau tidak mendengar secara pasti tapi Koujiro tahu apa yang digumamkan Krisan. Kali ini Koujiro tak berkomentar. Dibiarkannya Krisan memangis dalam persembunyian tangannya, begitu juga dengan seorang pria yang rupanya sejak tadi mengawasi Krisan dari celah pintu kamar Koujiro. Tak ingin sang tuan kamar mengetahui keberadaannya, segera saja pria itu pergi meninggalkan lokasi kejadian.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Asa dan Ara
383      279     1     
Short Story
Menunggu ataupun meninggalkan itu sama-sama menyakitkan. Tapi, lebih menyakitkan saat tak mampu memilih antara menunggu atau meninggalkan
Jejak tanpa arah
64      61     0     
Inspirational
Tentang menemukan jalan pulang, bukan ke rumah, tapi ke diri sendiri
Sebab Pelangi
445      324     1     
Short Story
Perihal aku yang menemui kamu di satu bagian bumi. Keunikan mu membuatku yakin, kamu adalah salah satu fenomena indah yang semesta bisa ciptakan, yaitu pelangi.
NADI
5518      1461     2     
Mystery
Aqila, wanita berumur yang terjebak ke dalam lingkar pertemanan bersama Edwin, Adam, Wawan, Bimo, Haras, Zero, Rasti dan Rima. mereka ber-sembilan mengalami takdir yang memilukan hingga memilih mengakhiri kehidupan tetapi takut dengan kematian. Demi menyembunyikan diri dari kebenaran, Aqila bersembunyi dibalik rumah sakit jiwa. tibalah waktunya setiap rahasia harus diungkapkan, apa yang sebenarn...
Motor yang tertukar
332      206     3     
Short Story
Lalu, punya siapaaa inii
Archery Lovers
3667      1772     0     
Romance
zahra Nur ramadhanwati, siswa baru yang tidak punya niat untuk ikut ekstrakulikuler apapun karena memiliki sisi trauma saat ia masih di SMP. Akan tetapi rasa trauma itu perlahan hilang ketika berkenalan dengan Mas Darna dan panahan. "Apakah kau bisa mendengarnya mereka" "Suara?" apakah Zahra dapat melewati traumanya dan menemukan tempat yang baik baginya?
Letter hopes
922      519     1     
Romance
Karena satu-satunya hal yang bisa dilaukan Ana untuk tetap bertahan adalah dengan berharap, meskipun ia pun tak pernah tau hingga kapan harapan itu bisa menahannya untuk tetap dapat bertahan.
Titik
308      195     0     
Romance
Ketika semua harapan hilang, ketika senyummu menjadi miliknya. Tak ada perpisahan yang lebih menyedihkan.
Menggapai Asa
435      314     0     
Short Story
Menggapai harapan dengan menjalin kerjasama sahabat dan penuh dengan perjuangan yang keras serta mandiri
PESAN CINTA
5764      1211     33     
Romance
Bagaimana jadinya jika kita mendapat amanah dari orang yang tidak kita kenal? Itu pulalah yang terjadi pada Nasya. Dalam pejalanan pulang menuju kampung halamannya, Nasya berkenalan dengan seorang wanita. Mereka menjadi akrab. Dan wanita itu menitipkan sebuah amanah yang kenyataannya menjadi titik awal perubahan hidup serta jalan cinta Nasya.