Dimitrian bisa membuat bahagia tania dengan caranya membuat setiap momen bersamanya begitu berkesan, membuat seorang gadis merasakan sebuah kebahagian.
Sabelia jalan dengan angkuhnya melewati semua para siswa begitu acuh tapi terus menebarkan pesona membuat dirinya jadi sorotan
Bruk
"Eh so sorry kak? "Kata seorang gadis yang menabrak sabel.
"Kalau jalan pake mata woi "sabel tak terima.
"Gu gue minta maaf kak gak sengaja "
"Alesan, wait lo nadia kan? "Tanya sabel memastikan.
"I.. Iya ada apa ya kak? "
Sabel mendekat dan berbicara pelan "gue tau lo kan yang nyebarin dan masang foto tania "
Wajah nadia langsung menegang "kak anu "
"Gak usah tegang gitu nad, kita ada di pihak yang sama lo benci kan sama si Tania dan gue pun sama.
Wajah nadia kembali seperti biasa bahkan terbitlah sebuah senyum liciknya.
"Gue mau Tania bener - bener lenyap hilang di jauhi semua orang di benci bahkan sama trian dan parasahabatnya "
"Lo mau bunuh dia? Gila kak sab -"
"Bacot, gue gak mau masuk penjara kali bunuh orang? Bunuh nyamuk aja gue gak tega "
Keduanya tertawa begitu akrab
"Terus lo punya rencana apa? "
Sebel membisikan sebuah kalimat membuat senyum licik terpancar di wajah keduanya.
Jam pelajar telah berganti jam istirhat telah berlalu semuanya telah selesai tinggal menunggu detik detik suara yang sangat di nantikan agar berbunyi di semua penjuru ruangan SMA Nusantara.
Dengan langkah gontai, tania menaiki anak tangga tujuanya adalah sekedar menikmati suasana sekolahnya dari lantai dua tapi semuanya terhenti ketika seorang pria menarik lenganya dan memaksanya untuk mengikutinya, tania gadia itu hanya pasrah.
"Mau kemana sih? "
"Dicariin taunya malah mau ke atas ngapain? Selingkuh? "Tanya trian
"Hilih di tanya malah balik nanya anda sehat om? "
"Biarin dong sayang "
"ledek terus, mau kemana sih? "
"Ketemu camer "jawab santai trian
Wajah tania sedikit menegang, perasaan cangung saat trian mengajaknya untuk datang kerumahnya selalu di rasakan tania meski ia sangat dekat dengan mamah trian tetap saja rasa itu terus ada "ma... Mau ngapin? "
"Something, udah ikut aja" sepanjang perjalanan menuju parkiran tangan trian terus saja mengandeng tanatn tania tanpa peduli banyak yang menatap kearah mereka bahkan memghujat tania secara langsung.
"Jangan dengerin "
Tania menganguk, keduanya masih terus berjalan hingga parkiran.
Ketika motor trian sudah memasukin kawasan rumahnya wajah tania benar benar menegang.
Keduanya berjalan menunju pintu utama tak lupa tangan mereka masih terus berpegangan bahkan tania tak mau melepasnya ia malah terus mengeratkannya, trian yang merasakan itu berhenti mendadak membuat tania menabrak punggung trian karena terus menunduk.
Dengan tangannya trian mengangkat dagu tania agar gadis itu tidak menunduk.
"Gak usah takut "
Keduanya melanjutkan perjalanannya, saat telah sampai di tengah ruangan hanya ada dirga ayah trian yang sedang membaca sebuah koran ia melirik ke arah datangnya tania dan trian menatap sekilas kemudian melanjutkan aktifitasnya tanpa banyak bicara hal itu membuat tania merasa aneh, Dimitrian sang putra pun merasakan hal yang sama
"Eh calon menantu mama udah dateng "ucap marwah yang baru saja keluar dari pintu dapur.
Tania menghampiri marwah dan mencium lenganya.
"Mah papa? "Trian langsung bertanya kepada marwah dengan sebuah bisikan
"Gak usah khawatir, papa kamu gak akan berani marah sama kamu kalau bawa tania, tapi sabar ya sama sikap dia yang so dingin "
Trian tersenyum "mamah ancem apa bisa nurut gitu "
Marwah mencubi hidup sang putra "kepo kamu yah "
Marwah mengajak tania kebelakang rumah untuk melihat taman kecil yang indah buatanya sekalian ia ingin membicarakan sesuatu, sementara trian entah berada di mana.
"Wah tante eh mama ini mama yang susun bunga bunganya? "
"Iya gimana? "
"Bagus banget tante eh mama "
Marwah tersenyum mendengar ucapan tania yang masih belum terbiasa memanggilnya dengan kata mama"ya udah yuk duduk mama mau ngomong "Marwah menarik tangan Tania agar mengikutinya duduk di sebuah kursi taman.
"Mama mau ngomong apa? "
"Gini, nanti malem ada acara peresmian gedung sahabatnya ayah Bara, mama mau kamu dateng sama bara yah "
"Tapi mah, serius deh tania cuman malu maluin gak deh tani-"
Marwah megenggam tangan tania mengisyaratkan gadis itu akan setuju.
"Maaf mah tania gak pantes dateng keac-"belum selesai tania berbicara trian tiba tiba datang dan langsung memotonfnya
"Iya tania bakalan dateng sama bara mah "
Tania langsung menatap ke arah trian.
"Ya udah nanti malem, mama tunggu yah gak sabar pengen dangdanin kamu "ucapnya sambil mengusap lembut rambut tania "sekarang kamu pulang istirahat dulu yah sayang "lanjutnya.
Marwah ibu trian teramat sangat menginginkan seorang putri tetapi saat mengandung kedua kaka dimitrian yang tidak bisa di selamatkan dahulu rahimnya sudah bermasalah situasi itu ditambah saat mengandung trian beruntung ,trian bisa dilahirkan meski susah payah hal itu memyebabkan ia tidak mungkin bisa memiliki harapan untuk bisa melahirkan ssorang Putri lagi karena rahimnya yang begitu lemah tak heran jika ia sangat menyayangi tania terlebih lagi tania adalalah gadis yang di cintai sangputra.
Dimitrian harusnya menjadi anak ketiga dari kelurga dirgantara jika kedua kakak yang ia ketahui berjenis kelamin laki laki itu tidak meninggal saat dilahirkan dan juga keguguran.
Didalam mobil suasana hening, trian menyadari keadaan tania yang sedang melamun.
"Tata "panggil trian, tata adalah panggil trian kepada tania sejak ia berbaikan dengan tania tempo hari.
"Iya "
"Ngelamun aja mikirin apa? "
"Tri, gue gak bisa ikut ke acara itu "
"Kenapa? Kasih gue satu alesan yang kuat "
Tania diam
"Ta dengerin gue, kalau lo takut papa gue jamin dia gak akan marah, kalau lo takut cuman malu maluin itu salah besar.
"Kok lo tau apa yang ada di pikiran gue? "
"Gampang, kebaca dari mata heheh "
"Ih sebel "
"Tri "
"Iya "
"lo kenapa suka sama gue ? Sementara kak sabel itu mati matian pengen dapetin lo dia cantik gue sih gak ada apa apanya kalau di bandingin sama dia, juga nadia anak itu body goal banget kenapa gak milih mereka? "
Trian tersenyum "hati gue udah berlabuh di cewek yang tepat kok, cewek itu awalnya benci sama gue buat ngerebut hatinya harus berjuang dulu kan enak ada rantanganya kalau mereka kan udah suka sama gue apa yang harus di perjuangin, gue suka tantangan tata "
"Terjun aja sana dari atas gunung, itu udah tantangan "
"Kalau gue mati, gak ada yang bikin pipi sorang tania merah kaya sekarang "ucapnya sambil mencolek pipi tania yang berwarna kemerahan.
Tak terasa keduanya telah sampai di kediaman tania.
"Jangan lupa jam setengah 7 gue jemput "
Tania mengangguk dan turun dari mobil setelah itu melambai - lambaikan hingga tangannya mobil hitam trian sudah tak terlihat lagi
Dikamar yang berukuran persegi itu tania sibuk memilih baju sampai mengubrak abrik semua baju di dalam lemarinya ia hanya mempunyai sebuah dres berwarna pink dan itu telah usang, tania menghembuskan nafas prustasi.
"Kenapa sih lo? "Tanya alvina yang baru saja datang karena tania menelpon sahabatnya itu.
"Gue di ajak ke acara peresmian kantor sahabat bokapnya trian "
Alvina melotot "seriusan? Sama bokapnya
? "
Tania menoyor kepala sahabatnya itu "gila mana ada om Dirga mau ngajak gue, ini nyokpanya yang ngajak "
"Bukanya lo bilang bokap nya trian gak suka sama lo? "
"Iya tapi kemarin dia diem aja biasnyakna dia ngomel ngomel kalau gue kesana"
"Pertanda ta "
"Pertanda apa? "
"Dapet lampu hijau "
"Kamvret, udah gue pusing nih make baju apa gue kan gak punya dress, lo tau Kan gue gak biasa pake baju kaya perempuan gitu lebih simpel pake jins "
"masa iya lo mau pake jins ke acara formal begitu sadar woy, gue balik dulu deh ya siapa tau dres gue ada yang cocok buat lo "
"Kelamaan neng sekarang udah jam berapa coba "
Tok...tok suara ketukan pintu terdengar membuat tania dan alvina menoleh
"Siapa ?"
"Mana gue tau bukain sono"
Cklek tania membukakan pintu di lihat seorang kurir sebuah tempat pengiriman barang.
Perasaan gue gak mesen apa apa deh
"Sore mba "
"Iya cari siapa yah ?"
Kurir tersebutpun melihat ke arah nama yang tertera di atas sebuah kotak tersebut.
"Saya mau cari mba tania melvadriana ,apa bener ini rumahnya "
"Iya sama saya sendiri "
"Oh iya mba ini ada kiriman "
"Dari siapa ?"
"Dari ibu marwah Dirgantara"
Hah mama ?tania cepat cepat menjawab kurirtersebut.
"Ah iya ,makasih yah pak "
Setelah kurir tersebut pergi tania masuk kedalam masih dengan kondisi setengah sadar.
"Siapa ?"tanya alvina tapi tak mendapatkan respon
"Woi siapa ?"
"Eh itu kurir nganterin ini dari nyokapnya trian"
"Apaan tuh ,buka cepet "
"Iya iya "
Dengan bantuan alvina tania membuka kotak tersebut di dapatinya sebuah gaun berwarna putih beraksen pink tak lupa sepatu hils yang senadapun berada di dalam kotak tersebut.
"Gila tania ini gaun rancangan designers terkenal lo liat gak labelnya ,gue aja pengen banget beruntung banget lo sumpah "
"Pelanin suara lo vina ,bisa pelan gak sih ?"
"Iya iya sorry sorry ,terus kenapa muka lo kaya gitu "
"Vin lo tau kan gue itu tomboi , pake plat shoes aja gue jarang apalagi pake begituan "
"Bisa kok bisa ,udah sana mandi bentar lagi jam setengah tujuh "
Masih dengan kondisi bingung tania masuk ke kamar mandi setelah 20 menit ia pun telah siap dengan dress dan hils yang di beri oleh mamah Dimitrian .
"Gue dangdanin aja deh nanti nanti tante marwah tinggal reka - reka rambut lo doang "
Tania menurut
Setelah mengoleskan beberapa makeup di wajah tania ,alvina memekik kagum"gila cabat gue cantik banget, dari dulu coba lo dangdan tania "
Tit...tit...tittttttttttt ,suara klakson sebuha mobil terdengar membuat alvina menyudahi aktifitas nya dan membantu tania untuk berjalan keluar.
Dilihatnya sang pangeran telah datang dengan gagah menggunaakn sebuah jas putih .
Dimitrian menghampiri tania ,pandangan tak bisa lepas dari gadis di hadapanya itu .
"Ngelamun aja woi "teriak alvina membuat trian tersadar dari lamunanya .
"Tania cantik kan ?"tanya alvina
"Bidadari yang selama ini gue tunggu udah nampakin dirinya "ucap trian sambil terus tersenyum ke arah tania.
"Apaan sih ,udah yuk ah "tania membuka suara
"Gandeng dong sahabat gue gak liat dia pake hils "
"Bawel ,sebelum lo ngomong gue udah peka "
Layak nya tuan putri Tania hari ini diperlakukan begitu teramat manis oleh trian dari menggandengnya hingga membukan pintu mobil untuk tania di dalam mobilpun trian tak henti hentinya menggoda tania membuat wajah gadis itu kini seperti tomat