Bagian 1 : Upacara Penyambutan Siswa Baru
Sudah dua upacara penyambutan siswa baru yang kuikuti. Dan pagi ini adalah yang ketiga kalinya, juga yang terakhir. Kau tahu, upacara penyambutan siswa baru adalah acara setahun sekali yang tidak boleh dilewatkan. Tidak di sekolah ini!.
Kenapa? Tentu saja ada banyak jawaban yang berbeda bila ditanya seperti itu. Karena pada intinya banyak sekali hal menarik yang ada di acara tersebut. Mulai dari penampilan anggota OSIS yang selalu menampilkan sesuatu yang berbeda tiap tahunnya. Para guru yang bergantian unjuk kebolehan dalam hal bernyanyi, menari dan kemampuan seni lainnya. Tahun kemarin bahkan ada guru yang unjuk kebolehan bersilat. Tahun kemarin juga ada penampilan dari grup cheerleader yang MasyaAllah cantik-cantik sekali anggotanya!. Bahkan salah satunya sukses membuatku makan tak lagi terasa enak, tidur tak lagi nyenyak dan jalan-jalan tak lagi menyenangkan. Mayday, mayday I think i’m in love1). Jangan lupakan juga makanan gratis yang bisa kau makan di kantin sekolah. Ingat, dimakan di tempat, tidak boleh dibungkus!.
Apalagi ya?
“Doorprize” kata Dicky yang berdiri di sebelahku.
Oh iya doorprize. Selalu ada banyak doorprize dengan hadiah-hadiah menarik yang disediakan oleh pihak sekolah. Tapi ngomong-ngomong, aku kan sedang bicara sendiri dalam hati. Kenapa Dicky bisa tahu apa yang aku omongkan?
“Karena volumemu kebesaran. Cilikno disik suaramu” celetuk Dicky lagi.
Baik-baik. Aku kecilkan volume dulu. Maaf ya pembaca, jadi terganggu oleh suaranya Dicky yang cempreng dan membuat telinga sakit.
“ I still hear that. Terutama bagian cempreng dan membuat kuping sakit” kata Dicky sambil menyentil telingaku dengan keras.
“Woi.., sakit tahu” kataku sambil menjauhkan kepalaku dari jangkauan tangannya.
Oke kita sambung ya. Sampai di mana tadi? Hal-hal menarik yang ada di upacara penyambutan siswa baru kan?. Itu semua yang akan dijawab oleh teman-temanku bila ditanya apa yang disukainya dari upacara penyambutan siswa baru di SMA Pelajar. Tapi bagiku bukan itu yang paling menarik. Bukan itu yang kutunggu tiap tahun.
“Baiklah anak-anakku, itu saja yang ingin bapak sampaikan kepada kalian. Selanjutnya akan ada sedikit wejangan dari bu Erna selaku ketua Komisi Disiplin dan Tatib” tutur pak Imran sambil tersenyum. “Silakan bu Erna, waktu dan tempat kami sediakan” lanjutnya lagi sambil menganggukkan kepala ke arah bu Erna.
Dalam hati aku bersorak. Inilah yang kutunggu dari tadi. ‘Wejangan’ yang lain daripada yang lain. ‘Wejangan’ yang khas bu Erna.
Seketika suasana menjadi sunyi senyap. Terutama dari barisan kelas 2 dan kelas 3. Sama sekali tidak terdengar suara bisik-bisik di antara mereka. Seolah ada tangan kasat mata yang membekap mulut mereka. Bahkan untuk berdehem sekalipun.
Dan hal itu juga menjalar ke barisan anak kelas 1. Tidak ada lagi yang mengobrol sendiri seperti sebelumnya. Semuanya seperti ikut tercekam oleh suatu aura yang muncul saat nama bu Erna disebut. Semua, kecuali satu deret siswa yang berada di bagian belakang barisan anak kelas 1. Wah, bakalan seru nih!
Bu Erna. Erna Oktafia nama lengkapnya. Wanita Scorpio yang sangat disiplin, energik dan juga eksentrik. Guru olahraga sekaligus penanggung jawab ekskul cheerleader yang juga merangkap sebagai Ketua Komisi Disiplin dan Tata Tertib. Satu jabatan yang membuatnya harus berurusan dengan siswa-siswa yang bermasalah di sekolah ini.
Dan bu Erna pun naik ke panggung. Seperti biasanya, bu Erna tampil berbeda. Atau kau bisa juga menyebutnya dengan eksentrik!. Di saat guru yang lain tampil formal dengan memakai setelan batik, beliau malah memakai sepatu boot panjang seperti milik tentara. Celana olahraga berwarna hijau. Jaket olahraga warna hijau. Serta tidak ketinggalan topi baseball. Juga warna hijau. Kecuali sepatu yang berwarna hitam, semua pakaiannya ada simbol dan tulisan Persebaya. Itu adalah kostum bu Erna sewaktu di sekolah. Hanya saja gonta-ganti antara Persebaya, Barcelona, timnas Indonesia dan Timnas Argentina.
“Assalamualaikum dan selamat pagi!” sapa bu Erna begitu dirinya memegang mikrofon. “Saya tidak mau bicara banyak kali ini. Saya sedang bad mood” lanjutnya lagi. Suara dan tatapan matanya juga semakin menambah kesan seram. Seolah-olah di dahinya ada tulisan ‘JANGAN GANGGU SAYA!’.
Apa? Tidak ada pidato berapi-api seperti biasanya?. Sejenak aku merasa upacara penyambutan tahun ini akan begitu membosankan.
“Cuma dua pesan saya. Hindari perundungan dan selalu hormat kepada guru. Bila tidak, anda akan berhadapan dengan saya” kata bu Erna melanjutkan wejangannya.
Tiba-tiba ada yang mengacungkan tangan dari barisan kelas satu. Sepertinya bu Erna juga melihatnya karena seketika itu juga beliau menunjuk anak tersebut dan menyuruhnya ke depan.
“Ada apa nak?” entah mengapa suaranya menjadi lebih lembut. Mungkinkah beliau terkesan dengan keberanian anak ini.
“Salam kenal. Nama saya Kenshin Aditya. Saya tahu menghormati guru, tetapi saya tidak tahu perundungan itu apa” jawab anak itu dengan aksen Jepang yang sangat kental.
Dan seketika bu Erna tertawa mendengarnya. Entah apa yang ditertawakannya. Ketidaktahuan anak itu tentang perundungan, aksen Jepangnya yang lucu atau bahkan kepolosan anak itu sendiri. Tapi yang pasti begitu bu Erna tertawa seluruhnya juga ikut tertawa. Bahkan kulihat pak Kepala Sekolah juga tertawa.
“Perundungan dalam bahasa Inggrisnya Bullying” jawab bu Erna begitu beliau selesai tertawa. “Kau tahu bullying?” lanjutnya.
“Oh..., Burrying. Iya, saya tahu. Terima kasih” sambil berkata anak itu membungkukkan kepala sangat dalam. Kemudian segera kembali ke barisannya.
“Dasar Jepang sipit!” tiba-tiba sebuah suara keras muncul dari barisan anak kelas satu dan mengagetkan kami. Banyak dari anak-anak kelas satu itu yang sontak tertawa. Tapi tidak dengan anak kelas dua dan tiga. Pun tidak dengan para guru-guru. Setelah menoleh ke arah sumber suara, kami segera menoleh lagi ke Bu Erna. Dan di panggung itu kami bisa melihat dengan jelas wajah bu Erna memerah karena marah.
“Siapa tadi?, ayo maju!” teriak bu Erna. Karena tidak ada tanggapan sama sekali, bu Erna langsung melompat dari panggung dan segera menuju ke sumber suara tadi. Sepertinya bu Erna telah mengetahui siapa orangnya, sebab tidak seberapa lama kemudian beliau keluar dari barisan sambil menarik salah satu murid kelas satu. Tapi bukannya takut, anak itu malah senyum-senyum sendiri. Wajahnya benar-benar ngeselin!.
“Ayo pilih mana, push up 50 kali atau sit up 100 kali?” suara bu Erna menggelegar membuat merinding yang mendengar. Keluar juga hukuman khas bu Erna. Walaupun kelihatannya sangat melelahkan, tetapi juga sangat menyehatkan. Dicky termasuk langganan terkena hukuman tersebut karena hampir tiap hari selalu terlambat masuk sekolah. Kau lihat badannya sekarang mirip Ade Rai kan!.
“Santai saja bu..., masak cuma gara-gara manggil Jepang Sipit saya dihukum berat seperti itu” jawab anak itu. “Padahalkan kenyataannya memang...” tidak sempat anak itu menyelesaikan kalimatnya karena jemari bu Erna mencengkram mulutnya. Beliau juga membisikkan sesuatu ke telinga anak itu.
“Kkk...kau berani!” teriak anak itu sambil meloncat mundur dan melepaskan cengkraman jemari bu Erna.
“Kalau kau masih terus mengganggu murid yang lain, dan juga kurang ajar kepada para guru. Pasti kulakukan!” jawab bu Erna. Entah ancaman apa yang dibisikkan ke anak itu, sehingga dia kelihatan sangat marah.
“Hiya!” sebuah pukulan karate dilayangkan oleh anak itu. Tapi ditangkis dengan sempurna sekaligus melakukan puntiran ke belakang. Selanjutnya hanya terdengar suara mengaduh keras dari anak itu. Pasti sakit sekali kalau tangan dipuntir seperti itu. Kemudian bu Erna mendorongnya sambil melepaskan puntiran tersebut. Hampir jatuh ke tanah dia karena dorongan tadi. Beruntung dia masih bisa menguasai keseimbangannya.
“Kalau berani ayo di luar, jangan di sekolah!” tantang anak itu sambil berlari ke luar sekolah. Aku dapat melihat dia mengeluarkan telepon genggamnya dan langsung menelepon seseorang. “Kalian dimana? Cepat ke gerbang sekolah” suaranya begitu keras sehingga semua orang bisa mendengarnya. Sudah salah, berani mencoba memukul guru, sekarang bahkan menantang guru untuk tawuran di luar sekolah. Anak bos preman sepertinya!.
Kulihat dari tempatku berdiri, Bu Erna dengan tenang melangkah menuju ke gerbang sekolah. Pak Kepala Sekolah berusaha mencegah dan menghimbau untuk tetap di sekolah. Dan bu Erna hanya tersenyum seolah berkata ‘tidak apa-apa, saya bisa mengatasinya’.
Tapi kami, anak laki-laki kelas dua dan tiga segera mengikuti langkah bu Erna. Kami tentu tidak ingin terjadi apa-apa kepada guru kami.
“Apa yang kalian lakukan!” tegur bu Erna saat menyadari kami berjalan mengikutinya. “Jangan ada yang keluar dari gerbang sekolah!” tegasnya lagi. Tidak ada yang berani membantah. Tapi dalam hati aku sudah berketetapan, bahwa kalau ada banyak sekali yang mengeroyok maka aku akan langsung menolongnya.
Bu Erna berdiri dan menunggu di depan gerbang sekolah. Aku jadi teringat aktris film laga tahun ‘90an. Kebetulan keluarga kami -terutama papa- punya hobi menonton film-fim jadul, ‘80an dan ‘90an. Nah salah satu aktris favoritnya adalah Chyintia Rothrock. Persamaan dengan bu Erna adalah mereka berdua sama-sama berambut pendek, badan kekar dan juga ahli bela diri.
Tak berapa lama kawanan anak itu muncul. Sepertinya mereka adalah bodyguardnya. Tiga orang. Dua orang berperawakan tinggi besar, brewokan juga tatoan. Hanya bercelana jeans sobek-sobek dan kaos lengan pendek, hingga dengan mudahnya memperlihatkan otot-otot tangannya. Wajah kedua orang itu terlihat sangar dan bengis. Orang yang ketiga berperawakan sedang. Penampilannya jauh berbeda dengan kedua orang tadi. Berjaket kulit warna hitam dan celana jeans yang juga berwarna hitam. Sangat tenang. Kelewat tenang malah. Bisa dibilang si manusia es.
Dan anak itu menunjuk ke bu Erna. Sejurus kemudian tanpa basa-basi kedua orang berperawakan sangar langsung menyerang bu Erna. Dan apa yang kemudian terjadi sungguh sulit dinalar oleh otakku. Aku memang yakin kalau bu Erna adalah seorang ahli bela diri. Tapi melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana beliau melumpuhkan dua orang tinggi besar tadi hanya dengan satu pukulan dan satu tendangan adalah suatu hal yang tidak bisa kupercaya.
“Plok...plok...plok” tiba-tiba si manusia es bertepuk tangan. “Luar biasa. Jurus Putri dari Perisai Diri..., kukira?” lanjutnya sambil mendekat ke arah bu Erna.
“Mata yang tajam” jawab bu Erna dengan singkat.
“Berarti cari mati sendiri kalau saya berani menyerang anda. Bahkan mati konyol karena membela sesuatu yang salah pastinya!”
“Bisa dibilang begitu”
“Boleh saya tahu apa kesalahan tuan muda saya?” si manusia es tampak begitu hormat kepada bu Erna. “Hanya sebagai laporan kalau nanti ditanya oleh bos saya”
“Mengejek keadaan fisik siswa lain. Dan juga berlaku kurang ajar kepada guru”
Seketika, saat mendengar kata kurang ajar terhadap guru, air muka si manusia es berubah. Wajahnya menunjukkan kemarahan. “Silakan tuan muda balik ke mobil. Dan ingat, saya akan laporkan kepada papa anda dan akan saya pastikan tuan muda mendapat hukuman setimpal untuk ini”
“Maafkan saya bu. Saya selalu berusaha mengajarkan perilaku satria kepada murid saya ini. Tetapi sikap mamanya yang memanjakannya secara berlebihan telah merusak moral anak itu”.
“Iya, tidak apa-apa pak”
“Satu hal lagi bu. Saya tentu tidak bisa pulang tanpa berkeringat sama sekali. Anak itu pasti mengadukan saya ke mamanya sebagai si pemakan gaji buta kalau saya hanya mengobrol saja. Satu jurus, dua jurus boleh?” dan di akhir ucapannya orang itu mulai mengeluarkan kuda-kudanya.
“Silakan”
“Hiaaat!” dengan cepat si ‘manusia es’ menyerang menggunakan tangan kanannya. Tapi bisa ditangkis dengan sempurna. Dan dalam sekejap mata keduanya sudah saling berbalas jurus demi jurus. Satu hal yang membuatku kagum adalah gerakan-gerakan bu Erna yang kadang-kadang lembut, kemudian berubah menjadi sangat cepat dan sangat keras, lalu balik menjadi lembut lagi. Dan bisa kulihat pula kalau si ‘manusia es’ telah ngos-ngosan nafasnya. Keringat juga terlihat sangat jelas di wajahnya. Tapi di sisi lain, bu Erna terlihat seperti tidak mengeluarkan tenaga sama sekali. Bahkan keringatpun tak terlihat sama sekali.
“Sudah...sudah. Sudah cukup bu” katanya dengan terengah-engah. “Jurus Putri memang sangat luar biasa”
“Terimakasih”
“Saya pamit bu, mari...”
“Silakan”
Dan bu Erna pun melangkah masuk kembali ke sekolah. Diiringi dengan tatapan-tatapan kagum dan tak percaya dari para siswa yang melihat langsung pertarungan tersebut. Dan di hari itu kami semua jadi tahu satu hal. Jangan macam-macam dengan bu Erna!.
1) Mayday I’m in love adalah judul sebuah lagu yang dipopulerkan oleh grup band D’Cinnamons.
###
Jam tiga sore, di ruangan kantor Komisi Disiplin dan Tata Tertib.
“Jangan keluar dari HIWAY. Ikuti seluruh kegiatan mereka dan laporkan terus kepadaku” seru sebuah suara.
“Baik bu”