Kevan dan Kinara baru saja tiba di rumah Kinara. Seperti kemarin, mereka juga sekarang tengah sibuk dengan pikirannya masing-masing. Kevan memikirkan, kenapa Kevan harus terlahir ke dunia ini jika kehadirannya saja tidak diinginkan?? Sedangkan Kinara, dia memikirkan perasaan yang tidak biasa saat tadi papanya Kevan memeluknya. Namun keduanya sama-sama tersadar.
"Selamat sore, Kinara." / "Selamat sore, Kevan." Ucap mereka bersamaan. Dan itu membuat mereka tertawa.
"Ya udah, kamu hati-hati ya. Jangan pikirin soal yang tadi terus, oke?" Kevan tersenyum dan mengangguk. Kinara pun membuka pintu mobilnya, salah satu kakinya sudah dikeluarkan. Namun Kinara masih belum mau berpisah dengan Kevan. Kinara kembali duduk seperti awal, dan itu membuat Kevan menatapnya bingung.
"Kenapa?" Tanyanya. Namun Kinara menggeleng.
"Ya udah, aku masuk ya?" Tanya Kinara sambil terus menatap mata Kevan. Sementara Kevan merasa bingung dengan tingkah Kinara, tetapi dia malah terkekeh.
"Kamu masih kangen ya sama aku???" Goda Kevan sambil mencubit hidung Kinara. Hal itu membuat Kinara terkekeh geli.
"Siapa bilang? Ya udah aku duluan ya." Kevan mengangguk. Namun lagi-lagi Kinara merasa ragu untuk keluar dari mobil Kevan. "Tidak ingin menahanku?" katanya.
Kevan tertawa menatap Kinara, lalu memintanya untuk mendekat.
"Sini.." Katanya.
Dengan senang hati Kinara mendekat pada Kevan, dan sepasang lengan Kevan kini sudah melingkari bahu Kinara dari samping. Kevan terus menciumi puncak kepala Kinara. Baginya, sikap Kinara yang seperti ini malah membuatnya semakin terlihat menggemaskan. Sementara Kinara saat ini merasa sangat senang. Dia merasa begitu dicintai oleh Kevan. Dia berharap agar mereka berdua bisa terus seperti ini.
"Kevan?" Tanya Kinara sambil terus mengelus lengan Kevan yang setia memeluknya. Kevan pun bergumam, dan tak henti dia menciumi puncak kepala Kinara. Kemudian dia menaruh dagunya di sana.
"Aku sangat mencintaimu." Ucap Kinara.
"Me too." jawab Kevan.
**
Sore harinya..
Kinara sudah rapi dengan rok selutut bermotif bunga dan kaos lengan panjang berwarna putih, begitu juga dengan flat shoes nya. Rambutnya yang dia kepang ke samping, semakin membuat Kinara terlihat cantik meskipun wajahnya tidak memakai polesan make up sedikitpun.
Kinara sudah siap untuk pergi ke rumah sakit bersama dengan ayah dan bundanya. Mereka berniat untuk menjenguk adiknya Lilian yang katanya masih dirawat di salah satu rumah sakit.
"Bunda di mana?" Tanya Danu pada Kinara yang baru saja keluar dari rumahnya. Sedangkan Danu sudah dari tadi menunggu di luar.
"Mungkin sebentar lagi." Jawab Kinara.
"Ayah!! Tolong bantu bunda bawa semua barang-barang ini!!" Teriak bunda yang kesusahan membawa beberapa parsel.
Setidaknya ada tiga parsel yang bunda bawa. Parsel pertama berisi buah-buahan, lalu yang kedua berisi makanan dan minuman, dan yang ketiga itu ada beberapa barang yang sengaja bunda beli untuk adiknya Lilian.
"Bunda.. kita ini mau jenguk orang yang sakit, bukan mau datang ke acara nikahan." Protes Danu, namun dia tetap membantu membawakan dua parsel dari tangan Kirana.
"Ayah nih ya, komen mulu kayak pesbuk. Astaga.."
Danu tertawa, sementara Kinara hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Kedua orang tuanya ini memang benar-benar terlihat seperti remaja.
**
Tidak butuh waktu yang lama, mereka tiba di pelataran rumah sakit. Kemudian mereka langsung pergi menuju ke ruangan adiknya Lilian, yang sebelumnya Kinara sudah menanyakannya pada Lilian.
"Lian??" Panggil Kinara ketika tiba di dekat ruang rawat adiknya.
"Kinara? Lo beneran dateng ternyata???" Lilian pun memeluk Kinara sekilas.
"Hallo om, tante.. apa kabar?" sapa Lilian sambil menyalami Kirana dan Danu.
"Kami baik, lalu bagaimana kondisi adik kamu sekarang?" Tanya Kirana.
"Sudah cukup baik, tante.. kata dokter, besok Leoni udah boleh pulang." Jawab Lilian.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Danu.
"Oni bilang, dia pulang sekolah ikut bersama temannya naik motor, tapi tiba-tiba aja waktu di lampu merah, ada motor yang nerobos lampu merah dan kebetulan temennya Oni majuin motornya. Jadi motor temennya Oni itu ketabrak dan Oni sendiri terseret sekitar lima meter dari tempat kejadian. Gitu ceritanya, om."
Setelah mendengar penjelasan tentang bagaimana kronologis kecelakaan yang dialami oleh Leoni, adik Lilian, Danu hanya ber-oh ria.
Danu dan Kirana masuk lebih dulu ke dalam ruangan Leoni, sementara Kinara masih menunggu gilirannya di luar, ditemani oleh Lilian.
"Kamu jadi sendirian dong di rumah?" Tanya Kinara.
"Selama adik gue dirawat, gue selalu tidur di sini. Kasihan kalau dia gue tinggal, kan ga ada siapa-siapa lagi yang dia punya selain gue."
"Kalau begitu, kalian tinggal aja di rumah aku. Bagaimana?" Lilian menatap Kinara tidak percaya. Lilian tahu kalau Kinara itu memang teman yang baik,tetapi Lilian tidak menyangka kalau Kinara akan sebaik ini.
"Makasih atas tawarannya, Ki. Tapi serius, ga perlu, Ki. Kalau gue sama Oni tinggal di rumah lo, yang ada malah ngerepotin ayah bunda lo. Gue ga mau."
"Tidak akan merepotkan, Lian. Yang ada mereka akan senang, karena rumahnya jadi rame. Kamu mau, ya?"
"Tap-"
"Kamu tidak usah khawatir, ayah dan bunda pasti akan setuju. Jadi kamu mau, ya?"
Lilian tiba-tiba memeluk Kinara lagi. Dia terharu atas kebaikan hati Kinara. Sungguh, Lilian merasa sangat beruntung karena telah memiliki teman seperti Kinara.
"Makasih banyak, Ki.."
**
Setelah menjenguk Leoni, Kinara merasa sangat senang. Karena ternyata Leoni adalah anak yang sangat baik dan juga ceria. Dan Kinara tambah merasa senang lagi karena Leoni juga menyetujui permintaan Kinara agar mereka tinggal bersama Kinara di rumahnya. Begitu juga dengan Danu dan Kirana. Selain karena mereka sedih saat tahu bahwa Lilian hanya tinggal berdua bersama dengan Leoni, tetapi juga karena mereka ingin melihat Kinara bahagia. Jika dengan mengajak Lilian dan Leoni untuk tinggal bersama, Kinara akan bahagia, maka itu akan mereka lakukan, demi kebahagaiaan Kinara, putri satu-satunya mereka.
"Om, tante.. saya mau keluar sebentar ya. Saya titip Leoni." Ujar Lilian.
"Aku ikut!" Ucap Kinara cepat. Danu dan Kirana pun tersenyum.
"Tapi jangan lama-lama ya, sayang.. sebentar lagi malam. Kita harus segera pulang." Ucap Danu.
"Iya ayah"
Beberapa saat kemudian..
Kinara dan Lilian sudah berada di depan rumah sakit. Lilian sedang mencari konter pulsa, sebab pulsa di handphonenya hanya tersisa 150 perak. Mereka berjalan di pinggiran trotoar. Kemudian Kinara melihat ada sebuah konter di seberang jalan sana.
"Itu konternya, Lian." Ucap Kinara sambil menunjuk ke arah konter.
"Oh iya, ya udah lo tunggu aja di sini. Gue cuma mau beli pulsa bentar. Tunggu sini!!"
Melihat Lilian yang menyeberang tiba-tiba, Kinara menjadi cemberut. Padahal kan tujuan Kinara ikut adalah untuk menemani Lilian, tapi kenapa malah disuruh menunggu??? Kesal Kinara jadinya.
Kinara pun tetap berdiri di trotoar, seperti yang Lilian minta. Kinara hanya berdiri sambil bersenandung ria. Namun saat Kinara menyapu pandangan ke sebelah kirinya, Kinara terbelalak. Kinara melihat ada seorang anak kecil yang tengah berlari mengejar bola yang menggelinding ke tengah jalan. Lalu Kinara melihat dari arah yang berlawanan ada sebuah mobil box yang sedang melaju sangat cepat.
Kinara refleks berlari ke arah anak kecil itu. Dan setelah tiba di sana, Kinara langsung menarik anak kecil tersebut ke pinggir jalan. Beruntung Kinara tepat waktu, karena jika tidak, mobil box itu sudah pasti akan melindas anak kecil yang tak berdosa itu.
Anak kecil tersebut terus saja menangis karena dia sangat kaget, kemudian ibu dari anak kecil itu pun tiba.
"Ya ampun Tyo!! Kamu gapapa, nak??? Makasih ya dek!! Makasih banyak karena adek udah nolongin anak ibu."
Kinara mengangguk dan tersenyum. Meski detak jantungnya masih belum berdetak dengan normal. Sementara anak yang tadi kini sudah dibawa oleh ibunya. Kinara pun merasa sangat lega. Tetapi..
"KINARA!!!!!!" Lilian memanggilnya dan Kinara menoleh ke arahnya.
"AWAAAAAAAAAAAAAAASSSSSSSSSSS!!!!"
Di detik selanjutnya Kinara hanya melihat ke arah lampu mobil yang mengarah padanya. Mobil itu melaju begitu cepat ke arahnya, sampai-sampai Kinara pun tidak tahu yang terjadi padanya.
Kinara merasakan tubuhnya melayang ke udara, dan waktu terasa berhenti saat itu juga. Semuanya melambat.. sampai pada tubuh Kinara yang membentur mobil lainnya, sebelum tubuhnya itu menghantam aspal dan terguling beberapa meter ke depan.
Kinara tidak tahu apa yang terjadi, namun dia merasakan tulangnya remuk saat itu juga. Pandangan Kinara memburam, namun Kinara tetap bisa mendengar teriakan Lilian yang memanggil namanya. Tetapi bukan hanya Lilian, bahkan semua orang berteriak. Meski buram, tetapi Kinara tahu kalau orang-orang datang mengerubunginya.
Seluruh badan Kinara terasa begitu remuk dan juga nyeri. Dengan sisa tenaga yang Kinara miliki, dia mengangkat tangannya untuk memegangi kepalanya yang dirasa begitu becek. Kemudian Kinara mencium tangannya yang berbau amis itu. Kinara tahu apa itu..
Darah
Kinara merasa Lilian datang kepadanya.
"Kinara!!!!!!"
Kinara mendengar Lilian berteriak. Dia juga merasakan tetesan air yang Kinara yakin adalah air mata Lilian. Lilian menangis..
"Kinara.."
Kinara tidak mendengar apa-apa lagi setelahnya. Hingga perlahan pandangan Kinara semuanya menghitam.