Pagi ini, Kinara terpaksa harus berangkat sekolah bersama dengan Kevan lagi. Sebab ayahnya harus pergi ke luar kota selama satu minggu. Danu harus mengurus perusahaan cabangnya yang ada di Malang.
"Kamu masih marah ya sama aku?"
Kinara tetap diam tidak menjawab pertanyaan dari Kevan. Bahkan ketika tiba di parkiran, Kinara langsung berjalan lebih dulu. Kinara meninggalkan Kevan sendirian. Kinara tidak ingin berbicara lagi pada Kevan. Entah kenapa, Kinara benar-benar merasa sangat kesal padanya. Bisa-bisanya Kevan mempermainkan perasaan Kinara. Sehari bilang suka, sehari bilang tidak?! Begitu pikir Kinara.
"Ki? Muka lo kenapa? Asem banget kaya bau keteknya Arul? Hahaha" tanya Lilian saat Kinara baru saja tiba di kelasnya. Tidak seperti biasanya Lilian datang lebih awal dari Kinara???
"Heh Liliput?? Gue diem aja juga dari tadi?! Kenapa lo bawa-bawa gue?!?!" Ucap Arul kesal.
Andai saja Lilian tidak mengingat ancaman dari bu Indah, sudah pasti Lilian akan meladeni Arul dengan senang hati. Namun sayang, Lilian ingat. Jika tidak, pasti sudah akan terjadi keributan lagi di kelas.
"Gue serius, Ki. Lo kenapa? Ada masalah?"
Bukannya menjawab pertanyaan Lilian, Kinara malah menatap ke arah seseorang yang baru saja masuk ke dalam kelasnya. Seseorang itu Kevan, dan Kinara menatapnya dengan tatapan datar. Namun Kevan tahu, di balik wajah datar Kinara, ada kekesalan di dalamnya. Tentu saja itu untuknya. Memangnya siapa lagi yang bisa membuat Kinara kesal seperti itu kalau bukan Kevan?
"Oow, kayaknya ada sesuatu nih, Rul???"
"Gue kira juga begitu"
Kevan duduk di tempatnya sambil memasang wajah yang datar pula seperti biasanya. Baik Arul atau pun Lilian, keduanya curiga telah terjadi sesuatu diantara Kinara dan Kevan.
"Kalian berdua itu keliatan kayak pasangan yang lagi marahan tau ga?" Ucap Lilian.
"Jadi bener kan apa kata gue sama si Liliput? Kalau kalian berdua ini sebenernya udah jadian, iya kan?!" Tambah Arul.
"Kalau iya emang kenapa? Masalah?" Ucap Kevan pada akhirnya. Namun nada dingin itu malah membuat Lilian dan Arul merinding.
"Kinara emang pacar gue, puas?!"
Kevan bangkit dan berdiri, lalu dia menarik lengan Kinara agar ikut bersamanya. Sementara Arul dan Lilian hanya mampu menatap mereka berdua dengan tatapan tidak percayanya.
Jadi benar??
**
Bel masuk sudah berbunyi. Di saat yang lain sibuk memasuki kelasnya masing-masing, lain halnya dengan Kevan yang terus saja menarik lengan Kinara untuk menjauh dari kelasnya. Satu yang menjadi tempat tujuan Kevan sekarang adalah tempat yang sepi, sehingga tidak ada siapapun yang akan melihat mereka berdua.
Rupanya Kevan membawa Kinara ke lorong menuju gudang. Tempat itu memang sepi. Tidak ada satu pun murid di sekolah ini yang berani lewat ke arah sana, sebab tempat itu terkenal angker. Dan satu-satunya orang yang lewat sini hanyalah petugas sekolah, yaitu cleaning service. Tapi Ia hanya membersihkan tempat ini sehari sekali, dan itu di sore hari.
Namun Kevan tidak peduli itu. Setibanya di sana, Kevan memojokkan Kinara ke dinding dan mengurung Kinara dengan kedua lengannya. Ketakutan itu tampak jelas di mata Kinara, Kevan tahu itu. Tetapi Kevan tidak bisa berhenti, karena hanya ini satu-satunya cara yang dapat dia lakukan agar Kinara mau memaafkannya.
Kinara tahu kalau Kevan sedang menatapnya dengan tajam, karena itulah Kinara tidak berani menatapnya. Tubuh Kinara bergetar. Kinara ketakutan. Kinara terus saja memejamkan matanya, sementara tangannya dia kepalkan, mencoba untuk melawan ketakutannya sendiri.
Napas Kevan memburu, Kinara dapat merasakannya. Karena sepertinya wajah Kevan sangat dekat dengan wajahnya. Kemudian Kinara merasakan tangan Kevan menyentuh pipinya, mengelus dengan ibu jarinya.
"Kinara?" Panggilan itu sangat lembut, sehingga membuat Kinara refleks membuka matanya. Tatapannya terkunci pada mata milik Kevan.
"Aku tahu kalau kamu marah, tapi kamu ga bisa kayak gini terus sama aku. Kalau kamu mau tampar aku silakan, tampar aku sepuasnya. Dan kalau kamu mau pukulin aku sampai babak belur juga silakan, aku ikhlas menerimanya. Tapi tolong jangan diemin aku kayak gini dong, Ki? Aku ga bisa kalau kamu terus cuekkin aku, kamu abaikan aku seakan aku nggak ada, aku nggak bisa, Ki."
Kevan berlutut dengan kedua kakinya, tangannya menggenggam kedua tangan Kinara, sementara wajahnya memelas menatap Kinara. "Aku tahu kalau aku salah, untuk itu aku minta maaf. Dan aku mohon sama kamu.. Jangan diemin aku kayak gini lagi.." Katanya.
Ketakutan yang dirasakan Kinara menghilang begitu saja entah ke mana. Perasaan takut itu digantikan dengan perasaan terharu. Tetapi Kinara tidak bisa berkata apa-apa untuk saat ini. Yang Kinara inginkan hanyalah, Kevan kembali berdiri. Itu saja.
Kinara menarik tangan Kevan, memintanya berdiri meski tanpa ada kata yang terucap. Tetapi Kevan tetap tidak mau berdiri. Kevan akan tetap seperti itu sampai Kinara mau memaafkannya dan mau kembali berbicara padanya. Itu saja.
"Aku nggak akan bangun sebelum kamu mau maafin aku dan mau ngomong lagi sama aku!" Kinara menghembuskan napasnya kasar.
"Aku kan udah maafin kamu?" Kevan menatapnya memohon.
"Oke aku maafin"
Senyum tercetak di bibir Kevan. Lantas Kevan pun bangun dan langsung memeluk Kinara. Dan hal itu membuat Kinara membelakakkan matanya. Kevan memeluknya!!
Jantung mereka berdua sama-sama berdebar tak menentu. Dan sepertinya ada sesuatu yang berterbangan di dalam perut Kinara. Kupu-kupu? Maybe.
Jadi, inikah rasanya jatuh cinta? Batin Kinara.
**
Kinara dan Kevan pun kembali ke kelas mereka. Sebenarnya mereka takut dihukum, jika mereka masuk dan di kelasnya ternyata sudah ada guru. Tetapi.. Betapa beruntungnya mereka, karena saat mereka memasuki kelas, tidak ada guru di sana.
"Ke mana aja kalian berdua??? Sumpah ya! Gue khawatir banget tau tadi?!?!" Teriak Lilian, sehingga semua mata memandang ke arahnya.
"Iya maaf" katanya lagi.
"Lo abis bawa temen gue ke mana?!" Kinara hanya menggaruk tengkuk kepalanya yang tak gatal, sedangkan Kevan menatap Lilian dengan sebelah alisnya yang terangkat.
"Dia itu pacar gue. Jadi terserah gue dong, mau dia bawa ke mana?" Lilian menatap Kevan tak percaya namun juga kesal.
"Gue pikir lo rese dan ngeselin itu cuma kalau lo diem aja, taunya waktu lo ngomong, lo lebih rese dan lebih ngeselin ya, Kev?!"
"Lagian lo kepo banget sih Liliput? Dan bener apa kata Kevan, Kinara kan pacarnya sekarang. Ya kan, Kev? Ki?"
Kinara mengabaikan perkataan Arul. Dia langsung duduk di tempatnya, walau rona merah tercetak jelas di pipinya. Begitu juga dengan Kevan yang menanggapi perkataan Arul hanya dengan mengedikkan bahu, kemudian duduk di tempatnya.
"Dasar manusia-manusia aneh"
**
Pulang sekolah kali ini, Kevan tidak langsung membawa Kinara pulang ke rumahnya, melainkan membawanya ke salah satu mall yang ada di kota. Kevan ingin mengajak Kinara nonton di bioskop.
"Kenapa kita ke sini?" Tanya Kinara bingung.
"Aku mau ajak kamu nonton, kamu mau kan?" Kinara tersenyum kemudian mengangguk. Tidak ada salahnya juga kan?
"Yukk"
Kevan dan Kinara, mereka menautkan jari-jari tangan mereka, saling menggenggam satu sama lain, dan memperlihatkan kepada orang-orang kalau mereka berdua adalah pasangan.
Banyak yang iri menatap kebersamaan mereka. Beruntung Kevan sudah mengganti seragam sekolahnya dengan kaos hitam pendek yang dibawanya di dalam mobil, dan Kinara yang sudah memakai jaket milik Kevan. Jadilah tidak terlalu terlihat kalau mereka anak sekolahan.
Dan setibanya di sana..
"Aku mau ke toilet dulu, ya Kev?"
"Mau aku antar?" Kinara terkekeh geli.
"Tidak perlu"
Kinara pun pergi ke toilet, sementara Kevan pergi untuk membeli tiket dan juga sedikit snack untuk dinikmati saat menonton nanti.
**
Kinara baru saja keluar dari bilik toilet. Kini dia sedang berdiri sambil mencuci tangannya. Setelah itu Kinara bercermin untuk merapikan ikatan rambutnya yang sedikit berantakkan. Setelah selesai, Kinara menghembuskan napasnya. Mencoba membuang kegugupannya.
Kalau boleh jujur, Kinara merasa sangat gugup ketika harus selalu berdekatan dengan Kevan. Rasa-rasanya jantung Kinara mau copot. Tetapi Kinara juga merasa sangat bahagia. Sebab sudah lama Kinara akhirnya bisa merasa sebahagia ini.
Namun senyuman Kinara harus pudar ketika dia tak sengaja melihat seseorang yang baru saja masuk melalui cermin. Matanya terbelalak, napasnya juga memburu. Tiba-tiba sebuah bayangan masa lalu itu terputar kembali di otak Kinara. Bayangan tentang sebuah masa yang Kinara sendiri takut untuk mengingatnya. Tetapi bayangan itu terus saja berputar, semakin jelas dan semakin membuat Kinara berkeringat. Dan ketika orang itu menyapanya..
"Kinara???"
**
Sementara di tempat lain.. Kevan sudah selesai antri untuk membeli tiket. Dia juga sudah membeli dua popcorn dan dua minuman, untuknya dan juga untuk Kinara. Kevan membeli tiket sebuah film fantasi, Kinara pasti akan menyukainya. Meskipun Kevan sendiri kurang begitu suka.
Namun Kevan merasa cemas. Kevan melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Ternyata sudah sepuluh menit berlalu, tetapi Kinara belum juga kembali dari toilet.
"Mungkin dia dandan dulu." Katanya.
Cewek ke toilet udah pasti lama. Mereka pasti dandan dulu. Begitu pikir Kevan.
Kevan tersenyum saat membayangkan Kinara yang sedang dandan di toilet hanya supaya terlihat cantik di hadapannya. Tetapi sedetik kemudian Kevan sadar akan satu hal, Kinara tidak pernah memakai make up!! Dan itu membuat senyum di wajahnya menghilang, tergantikan oleh rasa cemas yang begitu besar. Lantas Kevan menyimpan tiket, popcorn dan juga minumamnya di atas meja, sementara dia langsung berlari ke arah toilet.
Sungguh, perasaan Kevan tidak enak. Dan setibanya di depan pintu toilet wanita, Kevan ragu untuk masuk. Bisa-bisa dia mati dipukuli oleh kaum wanita, mereka kan sadis. Pikirnya. Tetapi keraguan itu hilang setelah mendengar suara jeritan seseorang dari dalam kamar mandi. Kinara???????
Kevan pun tanpa pikir panjang langsung memasuki toilet wanita. Kevan tidak peduli jika dia harus mati karena dipukuli, karena tujuannya hanya satu, memastikan keadaan Kinara kalau dia baik-baik saja.
"AAAAAAAAAAAAA TIDAAKKKK!!! PERGI!!! AKU MOHON PERGI!!! TIDAK AKU MOHON!! PERGI!! JANGAN SAKITI AKU!!!! TIDAK!! JANGAN!! PERGI!!"
Teriakan itu semakin terdengar dengan sangat jelas. Kevan tahu itu Kinara. Tetapi Kevan tidak bisa menemukan Kinara, sebab sekumpulan wanita sedang mengerubunginya.
"Permisi, tolong!!"
Para wanita itu berteriak saat melihat Kevan. Dan seperti dugaannya, mereka memukulinya. Tetapi Kevan tidak peduli, karena yang dia pedulikan hanyalah Kinara.
"KINARA!!!"
Kevan terus berusaha menerobos sekumpulan wanita itu. Sambil terus meneriakkan nama Kinara, akhirnya Kevan berhasil melewatinya. Dan Kevan sangat terkejut saat melihat keadaan Kinara saat itu.
"KINARA?!?!"