"Hai"
Sapa Kevan pada Kinara saat mereka bertemu di koridor pagi ini. Kinara pun membalas sapaan tersebut hanya dengan senyuman. Namun percayalah, senyuman itu mampu membuat degup jantung Kevan menggila.
Kinara berjalan lebih dulu. Ia melihat Lilian tak jauh di depannya, jadi Ia ingin menyusulnya. Sementara Kevan malah berhenti di tengah jalan, sementara matanya tak terlepas dari Kinara.
"Fix ini mah, lo falling in love sama Kinara! Iya kan?!"
Kevan tersentak kaget saat mendengar suara dari sampingnya. Ketika Kevan menoleh, Arul di sana. Dia sedang tertawa, sementara Kevan masih terkejut atas perkataan Arul.
"Hey bro, sumpah ya! Gue kira cowok kayak lo itu ga bisa jatuh cinta. Tapi ternyata bisa juga. Dan anehnya, lo jatuh cinta sama Kinara? Si cewek aneh itu???? Hahaha" Kevan hanya melirik Arul malas, kemudian Ia berjalan meninggalkan Arul yang masih terus tertawa, lebih tepatnya sedang menertawakannya.
**
"Lian?"
Lilian sempat tidak percaya saat mendengar Kinara mengajaknya berbicara lebih dulu, sebab selama ini selalu saja Lilian yang memulai percakapan.
"Wih kemajuan nih. Tumben lo ngajak gue ngomong duluan? Ada apa?" Tanya Lilian.
"Pulang sekolah nanti, apa kamu bisa ikut aku pulang?" Lilian menautkan kedua alisnya.
Untuk apa Kinara mengajaknya pulang bersama ke rumahnya? Pikir Lilian. Dan seakan tahu apa yang Lilian pikirkan, Kinara pun berkata "Orang tua ku ingin bertemu."
"Oh gitu. Oke deh, pulang nanti gue ikut lo pulang." Senyum indah tercetak di wajah cantik Kinara. Dan hal itu juga membuat Lilian ikut tersenyum.
Kinara itu aneh, tetapi dia sudah menjadi teman baik pertama untuk Lilian, dan Lilian merasa senang akan hal itu. Kinara berbeda, tetapi setidaknya Kinara bukan tipikal orang yang memilih-milih teman. Selama ini Lilian tidak pernah memiliki teman yang bisa diajaknya bermain bersama, semuanya yang Lilian kenal, mereka hanya sebatas teman sekelas atau pun sebatas teman satu sekolah bagi Lilian. Lilian rasa kalau mereka tidak benar-benar ingin berteman dengannya, sebab Lilian itu tomboy.
Tetapi sejak kedatangan Kinara di kelasnya, Lilian jadi merasa mempunyai teman. Bukan lagi hanya sebatas teman sekelas, tetapi teman baik. Dan Lilian senang akan hal itu.
**
Bel masuk berbunyi. Semua murid kelas XI Ipa 1 pun mulai memasuki kelas satu per satu. Kinara yang sedari tadi sudah duduk tenang di kelas pun kini mulai mempersiapkan alat tulisnya. Begitu juga dengan Lilian.
Bu Indah memasuki ruangan sambil membawa setumpukan kertas yang Lilian yakin itu adalah kertas soal.
"Mampus ulangan?!" Kata Lilian sambil menepuk dahinya sendiri.
Melihatnya Kinara hanya tersenyum. Kinara merasa beruntung kalau pun hari ini ada ulangan dadakan, setidaknya semalam Kinara sudah belajar.
"Selamat pagi anak-anak?"
"Pagi bu!" Jawab murid Ipa 1 serempak.
"Silakan kumpulkan semua catatan kalian ke depan, dan siapkan alat tulis kalian." Kata bu Indah.
"Pastikan hanya ada alat tulis di atas meja kalian. Tidak ada buku apapun. Tidak ada kertas atau apapun itu yang berbau contekan. Dan jika ibu tahu di antara kalian ada yang mencontek, ibu tidak akan memberikan nilai bagi siapapun yang melanggar. Paham??" Kata bu Indah sambil membagikan kertas ulangan kepada setiap murid.
Ketika selembaran kertas itu dibagikan kepada Kinara dan Lilian, Kinara hanya mengangguk saat menerimanya, sementara Lilian? Ia bahkan sulit untuk meneguk ludahnya sendiri.
"Silakan kerjakan soal-soal tersebut, satu jam dari sekarang!"
Kinara mulai mengerjakan soal-soal tersebut dengan tenang. Berbeda dengan Lilian yang sampai detik ini masih bingung harus mengisi soal nomor berapa lebih dulu. Karena bagi Lilian, tidak ada satu pun dari dua belas soal essay itu yang mudah. Sungguh.
Di belakang meja mereka, Arul juga sama seperti Lilian. Arul bingung menatap soal mana yang harus dia isi lebih dulu. Sementara di sampingnya, Kevan juga merasa sedikit kesulitan untuk mengisi soal-soal tersebut. Tetapi dia tetap terlihat tenang.
"Lilian? Arul? Kenapa cuma dilihatin aja kertasnya? Ayo cepat isi?!"
Mendengar teguran itu pun baik Lilian atau pun Arul, keduanya langsung mulai menulis sesuatu di lembar jawabannya. Setidaknya mereka berdua sama-sama menulis, Ditanya, Diketahui, Jawab:
Dari pada ngga ngisi sama sekali? Pikir mereka berdua.
Waktu berlalu begitu cepat. Rasanya baru semenit yang lalu bu Indah membagikan kertas ulangan, tetapi sekarang waktunya hanya tersisa lima menit untuk menjawab semua soal. Kinara sudah selesai menjawab semua soal, sementara Lilian masih sibuk berkutat dengan soal. Ia sibuk memikirkan harus menjawab apa. Sementara jawabannya pun Lilian tidak tahu sama sekali. Sementara Arul, Ia mencoba untuk melirik ke arah lembar jawaban Kevan. Tetapi..
"Arul?!" Tegur bu Indah.
"Siap ga nyontek bu!!" Teriaknya refleks saat mendengar namanya dipanggil. Arul langsung buru-buru mengisi jawaban asal di lembar jawabannya.
"Silakan kumpulkan!" Perintah bu Indah.
Semua murid mulai berjalan ke arah depan untuk mengumpulkan jawaban mereka. Tetapi masih ada juga anak yang sibuk menyelesaikan jawaban mereka.
"Dalam hitungan ketiga semua sudah dikumpulkan, kalau tidak ibu tinggal. Satu.."
Mereka yang masih sibuk menulis pun cepat-cepat berlari ke depan hanya untuk mengumpulkan jawaban mereka. Namun tidak untuk Lilian. Dia masih berusaha untuk mengisi soal sebisanya.
"Dua.."
Kinara melihat ke arah Lilian yang masih sibuk menulis, meski kini dia sudah berdiri.
"Lian, cepat." Katanya.
"Bentar lagi"
"Ti-"
"Sebentar buuuuu!!!!" Dan pada akhirnya Lilian mengumpulkan lembar jawabannya kepada bu Indah.
"Kamu ini" kata bu Indah sambil merapikan setumpukan lembar jawaban para siswa.
"Hasil ulangannya akan ibu bagikan minggu depan. Permisi."
Selepas bu Indah keluar dari kelas, semuanya pun menghela napas lega. Bahkan sebagian ada yang marah-marah.
"Sumpah ya! Ibu itu cantik-cantik sadis!"
"Gila emang! Pagi-pagi udah disuguhin dua belas soal matematika?! Mending kalau soalnya sama kaya soal waktu latihan, lah ini?!"
Kinara tidak mempedulikan komentar teman-teman sekelasnya. Sebab Kinara tahu kalau bu Indah termasuk salah satu guru yang tidak begitu disukai oleh banyak murid. Beliau cantik, tetapi cara mengajarnya itu lah yang tidak disukai.
"Aku tidak yakin jawabanku benar semua." Ucap Kinara. Dia mencemaskan hasil ulangannya. Takut jika nilainya jelek nanti, sebab ada beberapa soal yang Kinara tidak yakin benar.
"Lo sih masih mending, Ki. Setidaknya lo yakin kalau jawabannya ada yang benar. Sedangkan gue? Satu pun gue ga yakin ada yang bener." Kata Lilian sambil memegangi kepalanya. Atau lebih tepatnya sedang menjambak rambutnya sendiri.
"Gue cuma berharap, setidaknya gue ga dapet nilai nol banget nanti."
"Amiin"
**
Sekarang sudah waktunya pulang bagi seluruh murid SMA Merdeka. Banyak orang berlalu lalang melewati gerbang sekolah. Kevan sedang memperhatikan setiap orang yang lewat. Menunggu gadis itu seperti biasanya. Kinara, memangnya siapa lagi?
Namun ketenangan Kevan harus terganggu karena kedatangan Arul. Sungguh, Kevan tidak mengerti apa maunya Arul? Kenapa dia suka sekali mengganggu Kevan? Lihat saja, mungkin sebentar lagi Arul akan kembali meledek Kevan soal perasaannya pada Kinara.
"Ciee lagi nungguin gebetan ya?"
Dan benar saja, Arul meledek Kevan soal itu lagi. Namun Kevan tetap mencoba untuk tidak peduli seperti yang biasa Ia lakukan. Kevan terus mengabaikan Arul, sementara Arul yang merasa diabaikan, dia tidak tinggal diam.
"Heh, ngomong kek kali-kali?! Gue sumpahin bisu beneran, tau rasa loh?!"
"Berisik!!"
Mendengar Kevan berbicara, Arul merasa sangat senang. Pasalnya, ini baru pertama kalinya Kevan berbicara padanya.
"Akhirnya lo ngomong juga.." katanya sambil mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Lagi lagi Arul membuat Kevan merasa kesal. Dan Kevan mencoba untuk mengabaikan Arul lagi.
"Ya udah, good job ya bro." Arul menepuk pundak Kevan dua kali sebelum pergi meninggalkan Kevan sendiri.
Dasar aneh! Batin Kevan.
Bersamaan dengan itu, pandangan Kevan tertuju pada gadis yang kini sudah berdiri di pos satpam seperti biasa, Kinara. Kevan pun melajukan motornya ke arah sana. Dan seperti biasa pula Kevan berdiri di samping Kinara, menemaninya hingga ayah gadis itu datang menjemputnya.
"Hai" lagi lagi Kevan hanya berani untuk sekedar menyapanya.
"Hai" sapa Kinara balik. Setidaknya kali ini Kinara menjawab sapaan Kevan.
Baik Kinara atau pun Kevan, keduanya sama-sama merasakan hal yang sama. Jantung mereka berdegup di batas normal. Bedanya, Kevan sudah menyadari atas apa yang dia rasakan, sementara Kinara masih belum menyadarinya.
Ketika Kevan hendak menanyakan sesuatu pada Kinara, seseorang datang dan menggagalkan segalanya.
"Eh cowok rese, ngapain lo di sini?!" Dia Lilian. Dia baru tiba karena sebelumnya dia harus ke toilet lebih dulu. Ada panggilan alam katanya. Sementara Kevan sendiri merasa terkejut saat melihat kedatangan Lilian di sana. Ia pun segera memakai helm nya lalu pergi begitu saja, meninggalkan Kinara dan juga Lilian.
"Dasar aneh!"
Sementara pandangan Kinara terus tertuju pada Kevan yang sudah berlalu. Senyumnya mengembang seketika. Lilian yang melihat itu pun sempat heran, namun kemudian dia curiga.
"Lo pacaran ya sama si cowok rese bin aneh itu?!"
Kinara sangat terkejut saat mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut temannya itu. Bagaimana mungkin Lilian bisa menganggapnya seperti itu? Kinara pun menggeleng dengan cepat, sebagai tanda kalau jawabannya adalah tidak. Sementara Lilian tertawa saat melihat ekspresi wajah Kinara yang menurutnya sangat lucu itu.
"Iya juga gapapa kali, Ki. Hahaha. Toh dia ganteng. Cieee Kinara."
Kinara tidak tahu harus bagaimana, tetapi betapa beruntungnya dia, mobil ayahnya datang di waktu yang tepat.
"Ayah datang, ayo Lian." Kinara cepat-cepat memasuki mobil, namun Lilian yang di belakangnya terus saja menggodanya.
"Cieeeeee Kinara"
Premium
Akai Ito (Complete)
6754
1345
2
Romance
Apakah kalian percaya takdir? tanya Raka.
Dua gadis kecil di sampingnya hanya terbengong mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Raka. Seorang gadis kecil dengan rambut sebahu dan pita kecil yang menghiasi sisi kanan rambutnya itupun menjawab.
Aku percaya Raka. Aku percaya bahwa takdir itu ada sama dengan bagaimana aku percaya bahwa Allah itu ada. Suatu saat nanti jika kita bertiga nant...
déessertarian
6205
1904
4
Romance
(SEDANG DIREVISI)
Tidak semua kue itu rasanya manis. Ada beberapa yang memiliki rasa masam. Sama seperti kehidupan remaja. Tidak selamanya menjadi masa paling indah seperti yang disenandungkan banyak orang. Di mana masalah terbesar hanya berkisar antara ujian matematika atau jerawat besar yang muncul di dahi.
Sama seperti kebanyakan orang dewasa, remaja juga mengalami dilema. Ada galau di ant...
Flowers
412
288
1
Inspirational
Zahra, remaja yang sering menggunakan waktu liburnya dengan bermalas-malasan di rumah, menggunakan satu minggu dari libur semesternya untuk mengunjungi tempat yang ingin dikunjungi mendiang Kakaknya.
Bukan hanya demi melaksanakan keinginan terakhir Kakaknya, perjalanan ini juga menjadi jawaban atas semua pertanyaannya.
Happiness Is Real
311
263
0
Short Story
Kumpulan cerita, yang akan memberitahu kalian bahwa kebahagiaan itu nyata.
BANADIS 2
10611
1894
6
Fantasy
Banadis, sebuah kerajaan imajiner yang berdiri pada abad pertengahan di Nusantara. Kerajaan Banadis begitu melegenda, merupakan pusat perdagangan yang maju, Dengan kemampuan militer yang tiada tandingannya. Orang - orang Banadis hidup sejahtera, aman dan penuh rasa cinta.
Sungguh kerajaan Banadis menjadi sebuah kerajaan yang sangat ideal pada masa itu, Hingga ketidakberuntungan dialami kerajaan ...
Tenggelam dalam Aroma Senja
331
237
0
Romance
Menerima, adalah satu kata yang membuat hati berat melangkah jika harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Menunggu, adalah satu kata yang membuat hati dihujani ribuan panah kerinduan. Apakah takdir membuat hati ikhlas dan bersabar? Apakah takdir langit menjatuhkan hukuman kebahagian? Entah, hanyak hati yang punya jawabannya.
Meta(for)Mosis
11219
2332
4
Romance
"Kenalilah makna sejati dalam dirimu sendiri dan engkau tidak akan binasa. Akal budi adalah cakrawala dan mercusuar adalah kebenaranmu...." penggalan kata yang dilontarkan oleh Kahlil Gibran, menjadi moto hidup Meta, gadis yang mencari jati dirinya.
Meta terkenal sebagai gadis yang baik, berprestasi, dan berasal dari kalangan menengah keatas. Namun beberapa hal mengubahnya menjadi buru...
Ellipsis
2325
976
4
Romance
Katanya masa-masa indah sekolah ada ketika kita SMA. Tidak berlaku bagi Ara, gadis itu hanya ingin menjalani kehidupan SMAnya dengan biasa-biasa saja. Belajar hingga masuk PTN. Tetapi kemudian dia mulai terusik dengan perlakuan ketus yang terkesan jahat dari Daniel teman satu kelasnya. Mereka tidak pernah terlibat dalam satu masalah, namun pria itu seolah-olah ingin melenyapkan Ara dari pandangan...
DELION
2942
1147
2
Mystery
Apa jadinya jika seorang perempuan yang ceria ramah menjadi pribadi yang murung? Menjadi pribadi yang dingin tak tersentuh, namun dibalik itu semua dia rapuh sepert bunga i Dandelion tapi dia tidak bisa menyesuaikan dirinya yang mulai hidup di dunia baru dia belum bisa menerima takdir yang diberikan oleh tuhan. Kehilangan alasan dia tersenyum itu membuat dirinya menjadi kehilangan semangat. Lal...