"ARUL KAMVRET!!! JANGAN LARI LO!!!"
"HAHAHAHA DASAR LILIPUT! SINI KEJAR KALAU BISA!!"
Setidaknya pemandangan dua orang siswa yang berteriak dan terlibat dalam aksi kejar-kejaran itu yang Kinara lihat pertama kali, ketika kakinya baru saja menginjak pelataran sekolah. Gadis berseragam sma dengan kuncir ekor kuda itu hanya mampu menelan ludahnya sendiri.
"Ayah? Ayah tidak salah memasukkanku ke sekolah ini, kan?"
Seorang pria paruh baya yang di sampingnya, beliau adalah ayah Kinara, Danu. "Tidak, sayang. Ini sekolah terbaik di kota ini." Katanya.
"Tapi-" Danu tersenyum. Ia mengerti keraguan yang tercetak jelas di wajah Kinara.
"Mari, ayah antar kamu ke ruang kepala sekolah."
Kinara menghembuskan napas pasrah. Ia kini hanya berjalan mengikuti ke mana ayahnya melangkah.
**
"Baik terima kasih, Bu. Kalau begitu, saya titip anak saya." Ucap Danu ketika pembicaraannya dengan kepala sekolah, Bu Rahma, selesai.
"Baik, Pak. Kinara akan aman sekolah di sini." Ucap Bu Rahma.
"Ya sudah, kalau begitu saya pamit pulang." Bu Rahma mengangguk. "Sayang, ayah pulang dulu ya. Pulang sekolah nanti ayah jemput. Have a nice day." Danu mencium kening Kinara sebelum akhirnya pergi meninggalkan ruang kepala sekolah.
Kini tinggalah Kinara dan Bu Rahma. Sampai detik ini Kinara masih merasa ragu. Kinara takut jika teman-teman sekelasnya nanti tidak akan menerimanya dengan baik. Kinara juga takut untuk berbaur dengan lingkungan yang baru.
Seseorang menepuk bahunya, Bu Rahma. "Ayo Kinara, ibu akan antarkan kamu ke kelas baru kamu."
Bu Rahma adalah tipikal orang yang sangat ramah, Kinara tahu itu. Kinara hanya berharap kalau semua teman-teman barunya nanti akan seperti bu Rahma. Mempunyai sikap ramah seperti bu Rahma maksudnya.
Kinara mengangguk, dan baru saja Ia dan bu Rahma akan melangkahkan kaki menuju kelas baru Kinara. Tetapi pintu ruangan sudah lebih dulu diketuk.
"Masuk" ucap bu Rahma. "Sebentar ya, Kinara." Lagi lagi Kinara hanya mengangguk.
"Maaf mengganggu waktunya, bu Rahma."
Ternyata yang datang adalah Pak Basit, guru BK di SMA Merdeka. Ia datang tidak sendiri, melainkan berdua, dengan seorang murid yang penampilannya sangat berantakan. Seragam acak-acakan, begitu juga dengan rambutnya. Sementara wajahnya dipenuhi banyak luka.
"Kamu lagi?! Kenapa kamu selalu saja membuat masalah?!"
Kinara terkejut saat mendengar bu Rahma berteriak marah kepada seseorang. Kinara penasaran, namun Kinara terlalu takut hanya untuk sekedar melihat ke arah seseorang yang sedang berdiri di sampingnya. Kinara yakin kalau dia adalah salah satu murid di sekolah ini.
Apanya yang terbaik, jika siswanya saja masih ada yang sering membuat masalah? Batin Kinara saat mengingat perkataan ayahnya tadi.
"Saya juga sudah capek. Setiap hari selalu berurusan dengan kamu. Sekarang terserah kepada bu Rahma, saya serahkan Kevan pada anda."
Pak Basit hendak berlalu pergi tetapi bu Rahma menahannya.
"Tunggu Pak Basit, bisa minta tolong?"
"Tentu"
"Tolong antarkan dia ke kelas XI IPA 1. Dia anak baru di sini." Pak Basit mengangguk lalu mengajak Kinara untuk pergi.
Tanpa berani menatap ke arah depan atau pun sampingnya, Kinara berjalan mengikuti ke mana pak Basit pergi.
Di sepanjang koridor, Pak Basit mengajak Kinara berbicara, namun Kinara hanya meresponnya dengan kata Ya atau Tidak. Hal itu membuat pak Basit pasrah. Dan setibanya di kelas XI ipa 1.
"Permisi bu Indah."
"Eh Pak Basit, ada apa? Silakan masuk."
Pak Basit memasuki kelas dan meninggalkan Kinara sendiri di depan pintu. Kinara mendengar suara yang tadinya berisik, kini menjadi hening. Dan suara itu berasal dari dalam, ruangan yang nantinya akan menjadi kelas baru bagi Kinara.
"Semoga harimu baik." Ucap pak Basit sebelum pergi. Kinara hanya mengangguk dan tak lupa berterima kasih karena sudah diantarkan ke kelasnya.
"Anak-anak, hari ini kelas kita kedatangan murid baru. Silakan masuk."
Mendengar suara lembut milik bu Indah, Kinara menghembuskan napasnya. Kinara merasa sedikit takut untuk melangkah masuk. Takut kalau kelas barunya itu berisikan orang-orang yang..
Hah sudahlah, kamu tidak akan tahu kalau kamu belum mencobanya. Batinnya.
Kinara masih menunduk, dia belum berani menatap ke arah teman-temannya. Lagi, sebuah tangan menepuk bahunya. Refleks Kinara melihat ke arahnya dan menemukan senyum hangat dari wanita yang sangat cantik, Bu Indah.
"Kenalkan diri kamu" katanya.
Kinara menarik napas lebih dulu, mencari keberanian untuk memperkenalkan dirinya.
"Woy!! Ngapain nunduk terus??? Ada koin jatoh ya?? Hahaha" teriak salah seorang siswa.
"Hey diam!"
Setidaknya perintah bu Indah mampu membuat suasana mendadak hening. Dalam hati Kinara merasa bingung. Kenapa semua guru yang memiliki wajah malaikat, namun ketika mereka marah, semuanya berubah menjadi sangat menyeramkan.
Kinara berani menatap ke arah depan, dan pandangannya langsung tertuju pada seorang siswi berpenampilan tomboy.
Dia cewek yang tadi pagi?!
"Perkenalkan, namaku Kinara. Terima kasih."
"Segitu doang?!?!" Teriak salah satu siswa yang lagi-lagi, melihatnya membuat Kinara sangat terkejut.
Dia juga cowok yang tadi???
"Berisik Arul!!"
"Eh Liliput! Gue heran lah?! Kita nunggu lama cuma buat dengerin dia ngomong, tapi waktu dia udah ngomong. Eh dia cuma kenalin nama terus bilang terima kasih?? As ta ga ..."
"Dasar netizen, komen mulu kerjaannya!!"
"Eh sudah sudah, kalian berdua ini, selalu saja berantem?! Sudah!"
Ayah.. kalau tau begini jadinya, lebih baik aku tidak perlu bersekolah di sini. Kata Kinara dalam hati.
"Kinara, sekarang kamu silakan duduk di kursi kosong di belakang sana." Kinara mengangguk sebelum akhirnya melangkahkan kakinya menuju kursi kosong di belakang, tepat di belakang cewek yang disebut Liliput oleh cowok bernama Arul tadi.
Semua orang menyapanya, "Hai Kinara" tetapi Kinara terus berjalan sambil menunduk, hingga tiba di tempat tujuannya.
"Ya sudah, sekarang kita lanjutkan pelajarannya."
Kinara sudah duduk di tempatnya dan kini dia mulai mengeluarkan buku dan juga alat tulis lainnya. Namun betapa terkejutnya Kinara saat melihat wajah teman di depannya sedang menatapnya.
"Hai Kinara" sapanya dengan senyum yang sangat lebar, sementara Kinara hanya meresponnya dengan senyum kikuknya. "Gue Lilian, lo bisa panggil gue Lili ataupun Lian."
Oh jadi cewek ini namanya Lilian? Batinnya.
"Gue harap kita bisa jadi teman baik ya???"
"Bohong, jangan mau temenan sama si Liliput. Ntar lo jadi ketularan gila!" Ucap Arul.
"Nyamber mulu lo!"
"Suka suka gue lah! Mulut mulut gue, kenapa lo sewot?!"
"Iya lah! Suara lo itu berisik, tau ga sih?!"
"Ya udah ga usah dengerin!"
"Ish dasar lo tuh ya! Nyebelin!!"
"Biarin, yang penting ganteng."
Kinara tak habis pikir, kenapa mereka berdua bisa seperti itu? Maksud Kinara adalah selalu bertengkar dan membuat keributan di mana pun mereka berada?
"Kalian berdua kalau mau berisik lebih baik di luar!" Ucap bu Indah.
"Tuh kan, gara-gara lo sih bu Indah jadi marah?!" Ucap Lilian kesal.
"Lah kok lo malah nyalahin gue?! Yang ada juga gara-gara lo?!"
Sementara Kinara yang memperhatikan mereka berdua hanya menatapnya heran. Mulai lagi..