Read More >>"> Nobody is perfect (16) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Nobody is perfect
MENU
About Us  

16

 

Arven sudah berdiri seperti biasa di depan pintu gerbang sekolah. Dilihatnya jam tangan, tinggal 5 menit lagi sebelum bel berbunyi dan gerbang akan segera ditutup. Kerumunan para siswa yang berlari kecil melewati gerbang sekolah. Diantara kerumunan tersebut, Arven menangkap lengan seorang cewek bertas hitam yang gendongnya, sampai mereka berdua menghentikan langkahnya.

“Yuri!!” Arven yakin dengan sosok gadis tersebut, yang hanya ia lihat hanya sekilas, sosok yang ia tunggu dari tadi.

Yuri menengok, menatap Arven terkejut. Yuri melepaskan genggaman tangan Arven, merasa tidak nyaman. “ A..A..Arven toh ternyata.” Mata Yuri tidak berani menatap Arven.

“ Gue kira lo telat, tapi..” Arven melihat jam tangan digitalnya, " Masih ada 2 menit lagi, sebelum bel bunyi. Lo pas banget lah.” Arven tersenyum mengusap kepala Yuri gemas.

“Hahaha.. Iya untung ya.” Yuri tersenyum berusaha ramah. “ Kalau gitu gue masuk dulu ya.” Pamit Yuri, namun kali ini langkah nya dihentikan Arven lagi, yang memegang lengannya.

“ Lo enggak apa-apa kan?” Tanya Arven menatap mata Yuri dalam, serius.

“Iya enggak apa-apa kok.” Jawab Yuri datar. Yuri berjalan meninggalkan Arven diantara kerumunan. Arven terus menatap punggung Yuri hingga Yuri naik anak tangga.

***

Yuri mencuci tangannya di wastafel toilet cewek. Hanya dirinya sendiri dan seorang cewek lain yang mengunci dirinya di dalam pintu toilet dengan urusannya. Setelah selesai mencuci tangannya,

BRAAAK

Pintu masuk toilet cewek dibuka dengan paksa. Yuri melonjak kaget berteriak kencang

“AAAAHHHH Jangan!!”

Pintu toilet yang dibuka paksa oleh Siska dan Mita yang masuk kedalam Toilet. Mereka heran melihat reaksi Yuri yang terlalu berlebihan, untuk seorang yang kaget karena suara hentakan Pintu toilet.

“ Kenapa lo?” Tanya Mita

Ketika Yuri melihat Mita dan Siska adalah pelaku yang mendobrak pintu toilet masuk, Yuri bernafas lega. Badan Yuri terasa lemas, menyenderkan badannya di samping wastafel . Semua ini karena dua orang cewek ini.

“Kalian ini lagi ngapain sih?! Dobrak pintu gtu.” Yuri masih berusaha menahan amarahnya.

“ Gimana kemarin? Enak ya diselamatkan oleh Pangeran-pangeran tampan.” Kata Siska tersenyum malas.

Yuri yang sudah lebih tenang, berjalan mendekati Siska dan Mita. Ditatapnya kedua cewek ini, dengan tatapan serius, seksama dalam diamnya. Mita dan Siska menjadi canggung ditatap Yuri, Mereka merasa tidak nyaman.

“ Marah ya?”

“ Lo ngomongnya keterlaluan kali.”

Mita dan Siska saling melirik, berbicara dalam suara pelan, yang tentu saja tetap terdengar oleh Yuri yang berdiri di depan mereka. Yuri tersenyum simpul melihat tingkah laku mereka.

“Gue mau ngucapin makasih. Kalian yang udah kasih tahu Kagura dan lainnya.” Kata Yuri tersenyum tulus.

Mita dan Siska saling melempar pandangan, dan mengangguk bersamaan. “ Ya sama-sama.” Kata Mita malu-malu dan Siska hanya mengangguk malu-malu, berpura-pura melihat kearah lain.

“ Emang semua orang itu enggak sempurna. Sisi jelek kalian suka ngomongin orang, tapi sisi baiknya kalian punya rasa kepeduliaan.” Kata Yuri sambil memegang kedua pundak Mita dan Siska.

Mita dan Siska tidak menjawab, senyuman simpul menanggapi Yuri. Yuri pun keluar dari toilet, meninggalkan Mita dan Siska. Lalu tidak lama setelah Yuri pergi,

BRAAK

Kali ini pintu toilet dalam yang mengeluarkan suara keras. Mita dan Siska terkejut dengan suara pintu toilet yang mengagetkan mereka, ditambah dengan sosok seseorang yang keluar.

“KAGURA?!” Kata Mita dan Siska bersamaan.

***

Yuri duduk di bangku dekat pohon rindang, menghadap lapangan basket. Beberapa anak laki-laki sedang asik bermain basket. Pandangan Yuri tidak fokus melihat kearah lapangan basket, yang kini juga disoraki penyematan dari beberapa anak cewek melihat aksi para pemain. Suara cewek-cewek tersebut terdengar, tapi Yuri juga tidak mempedulikan aktivitas orang lain di sekitarnya. Yang terpenting baginya adalah Bagaimana dirinya sendiri bisa mengatasi ketakutannya. Semenjak kemarin diculik Para preman pasar malam, Yuri jadi merasa lebih was-was dan khawatir terhadap lingkungan sekitar. 

“ Oii..” suara kecil itu terdengar dari jauh. Yuri tidak mempedulikan.

“Oii,..!” suara nya makin terdengar jelas, seperti suara seorang cowok, dan rasanya famliir,

“OIII YURI!” Suara itu mengagetkan Yuri dalam lamunannya.

Yuri menengok suara siapa itu berasal. Yabe berdiri di samping Yuri, mengenakan baju olahraganya, sambil mengelap keringat di lehernya. Lalu Yabe langsung duduk di sebelah Yuri.

“ Ngapain benggong aja? Dari tadi dipanggil enggak di respon.” Keluh Yabe.

“ Oooh iya maaf.” Kata Yuri sambil menggaruk kepalanya merasa bersalah.

Yabe menyenderkan badannya, duduk santai di bangku kayu panjang, meregangkan ototnya.

“ Lo habis olahraga ya?” Tanya Yuri

“ Gue main basket di lapangan. Lo enggak lihat dari tadi? Cewek-cewek udah teriak-teriak histeris, dan lo enggak nyadar gue main di lapangan dari tadi?!” Yabe berpura-pura jengkel menggoda Yuri.

“Oooh. Iya yah? Gue enggak perhatiin. Sorry.” Lagi Yuri menggaruk kepalanya, dia sendiri jadi binggung kenapa pikirannya tidak fokus.

“Hmm…” Yabe membetulkan posisi duduknya, memperhatikan Yuri dengan seksama, “ Jadi sekarang gue udah enggak menarik perhatiaan lo lagi ya? Siapa sekarang penggantinya?”

Yuri tertegun untuk beberapa detik, “ Iya kali ya. Gue rasa kenyamanan gue sama lo memang hanya sebatas teman.” Kata Yuri terus terang.

“ Kalau gitu gimana perasaan lo sama si Pangeran bertopeng lo itu?”

Yabe tahu dari mana tentang Pangeran bertopeng? Otak Yuri berputar teringat wajah Kagura. Iya benar aja, Kagura sumber nya.

Yuri mengela nafas panjang. “ Pangeran bertopeng tetap seseorang yang enggak akan pernah gue lupain. Tapi kalau soal perasaan gue enggak bisa memaksakan dia dan diri gue sendiri.”

Yabe tidak melepaskan kedua matanya dari Yuri, dan mengalihkan pandangannya ke arah lapangan, “ Kalau seandainya waktu itu, gue yang datang, mungkin…” 

Yuri makin binggung dengan perkataan Yabe, dirinya masih menunggu Yabe menyelesaikan kata-katanya yang masih menggantung. Namun suara dering handphone Yabe berbunyi, memecahkan suasana di antara mereka. Yabe pun jadi kesal sendiri, sambil merogoh kantong celananya. Dilihatnya layar handphne, panggilan masuk dari Arven.

Ya

Hah?! Ngapain sih? Ck.. ya udah

Yabe menutup telephonenya. “ Gue balik duluan ya.” Kata Yabe sembari berdiri dari bangkunya dan melambaikan tangannya berjalan pergi.

Tidak lama setelah Yabe pergi, handphone Yuri juga berdering, panggilan masuk dari Arven lagi.

Yuri : Halo?

Arven : lo dimana? Enggak ikut makan bareng?

Yuri memainkan kakinya sambil duduk di majukan ke depan dan belakang.

Yuri : Gue.. enggak terlalu laper.

Arven : Ya udah sekarang lo balik ke kelas.

Yuri : Iyaa… iya

Yuri menjauhkan handphonenya, ingin mematikan telephone Arven, tapi tiba-tiba Arven berteriak di telephone

Arven : JANGAN DITUTUP!

Yuri kaget, dan kembali menaruh handphoenya bersandar di telinganya.

Yuri : Kenapa?

Arven : Pokoknya lo, jangan ditutup sampai lo balik ke kelas.

Yuri makin binggung dengan tingkah Arven, namun tetap diturruti kemauannya. Yuri berjalan mencari jalan sedikit lebih jauh dan berputar-putar untuk sampai ke kelasnya. Yuri tidak bisa menutupi senyuman, yang senang karena di telephone Arven, dan agar bisa lebih lama berkomunikasi dengannya. Dia sengaja mengambil jalannya yang lebih jauh.

Tanpa Yuri sadar Arven ternyata berada di tempat yang sama dengan Yuri. Arven berdiri di belakang Yuri, bersembunyi di balik pepohonan. Ia mengawasi Yuri dari belakang, sambil menuntutnya sampai menuju kelas. Arven menyadari arah jalan Yuri yang menyimpang, dengan mengambul rute lebih jauh.

Arven : Lo benaran lagi jalan ke kelas kan?

Yuri : Iya. Perlu gue video call nih?

Arven : Hmm.. enggak perlu. Kayak gini aja cukup.

Arven melihat dari kejauhan, ada sekolompok kakak kelas laki-laki yang sedang berkumpul. Gerombolan kakak-kakak kelas itu sering sekali menggangu dan menggoda adik kelas perempuan. Sebagai anggota komite, tentu dia hafal tipe-tipe jenis kelompok orang seperti itu. Yuri pasti akan melewati mereka. Arven merasa tidak tenang.

Arven : Yuri!! Lo bisa mampir ke ruang seni rupa enggak?”

Yuri mengernyitkan dagunya, binggung.

Yuri : Ngapain kesana?

Arven : Tolong liatin sesuatu disana.

Yuri  : Hm.. iya

Yuri memutar arah, berjalan menuju ruang Seni Rupa, masih dengan handphone menempel di telinganya. Arven pun masih membuntuti Yuri, diam-diam.

Yuri sampai di depan Ruang Seni Rupa. Ruangan nya kosong, lampu dimatikan.

Yuri : Ruangan kosong gini. Apa yang mau di cek?

Arven : Ada box di luar ruangan enggak?

Yuri menudukkan kepalanya, baru menyadari ada 2 tumpukan box di dekatnya.

Yuri : Ini box nya ada.. isinya…

Yuri membuka isi box tersebut. Satu tumpukan kertas di dalam folder file, adalah naskah cerita.

Yuri : Naskah cerita.

Arven : Ooh. Baguslah. Mereka udah rapikan barang-barang mereka.

Yuri tidak merespon, dia membuka isi naskah dan membacanya.

Arven yang masih menunggu Yuri, bersembunyi di belakang, dari balik tembok, memperhatikan Yuri sedang fokus membaca.

Yuri : Ini naskah punya klub drama ya?

Arven : Iya. Tapi klub itu akan bubar. Barang-barang mereka sudah dirapikan dan..

Yuri : Gue boleh pinjam ini naskah?

Yuri menyela sambil memegang erat naskah di tangannya.

Arven : Buat apa?

Yuri : Gue sebenarnya tertarik dengan dunia acting. Gue suka music, tapi gue enggak bisa bohong, gue juga menyukai hal berbau acting.

Arven : Penyanyi atau Seni peran?

Pertanyaan pilihan Arven membuat Yuri terkejut. Tapi tidak butuh waktu lama, Yuri menjawabnya dengan pasti.

Yuri : Seni peran.

Arven tersenyum, menganggukan kepalanya, dilihatnya raut muka serius Yuri.

Arven : Okay, Gue akan dukung lo dan lo bisa pinjem itu naskah.

Yuri teriak kecil, kegirangan.

Yuri : Thank you,Ven.

Yuri menutup telephone nya. Dilihatnya naskah tebal di depannya, Mata nya berbinar-binar melihat naskah tersebut. Jantungnya berdebar-debar, tidak sabar untuk bisa segera membacanya.

Di sudut belakang Yuri, Arven memandang handphonenya, dengan tatapan datar.

“ Kok ditutup?”

***

Yuri duduk sendirian di ruang keluarga rumah Kagura. Tidak ada Oma Lil yang menemaninya menunggu Kagura lagi. Setelah diperhatikan ruangan keluarga ini benar-benar menakjubkan. Rak buku yang tersusun rapi, dengan mengurutkan genre tiap buku, dan sebuah piano hitam berdiri di depan rak buku. Lalu ada sebuah TV mengahadap kearah tempat duduk-sofa-sofa besar dan nyaman, yang Yuri duduki saat ini, dan ada mini bar kecil beserta kulkasnya. Keluarga Kagura yang kaya raya, tapi Kagura sama sekali tidak pernah mempamerkan apa yang ia miliki, biar orang lain tahu sendiri. Karena Kagura adala tipe orang cuek tapi, juga sensitive. Ia tahu siapa yang datang mendekatinya karena benar-benar ingin berteman atau yang datang memanfaatkan dirinya.

Pintu ruang Keluarga terbuka. Laki-laki berambut pendek dan celana pendek selutut, datang mengahampiri Yuri.

“ Ngapain dandan kayak gitu lagi, KAGURA?” Suara Yuri meninggi memanggil nama Kagura. 

“ Lo yang ngapain Pegang Pajangan mahal koleksi keluarga gue?!” kata Kagura nyolot. 

Baru gue pikir dia orang yang enggak sombong. Kok jadi berubah gini?

“Ehmm.. itu gue Cuma liat aja.” Kata Yuri sambil mengusap tangannya, jadi grogi. Terbawa suasa, Merendah diri karena tangan rakyat biasa memegang benda semahal ini.

Kagura menyeringai melihat Yuri jadi Grogi. “ Kenapa tangannya berasa merinding megang barang puluhan juta ya?”

Okay. Kagura benar-benar menyebalkan.

“Kagura… cukup bercandanya yaa. Gue enggak suka.” Yuri masih berusaha menahan amarahnya.

“Emang nya apa yang salah?” suara lain muncul tiba-tiba. Seorang cewek berambut pirang panjang sudah berdiri di depan pintu.

Kali ini Rico yang berdandan jadi cewek lagi?!

Rico menyilangkan kedua tangannya, bertolak pinggang menatap Yuri sinis “ Mau apa sih ini cewek? Ikut campur urusan. Lo itu salah!” Pertama kali nya seorang Rico bisa berbicara ketus dan nyolot seperti ini.

Yuri yang tadi nya emosi, justru jadi binggung sendiri. Pasti ada yang aneh dengan kedua orang ini. Masih berusaha mencerna apa maksud dan tujuan mereka bertingkah seperti ini. Tiba-tiba satu personel datang lagi dan dengan pakaian aneh nya. Jaket kulit hitam dan kacamat hitam dipakai di dalam ruangan.

“ Bebeb pirang, ada masalah apa? Ada yang ganggu kamu?” Tanya Yabe sambil merangkul bahu Rico.

Okay ini makin menggelikan.

“ Itu cewek nyari masalah sama aku. Urusin dia beb.” Pinta Rico manja.

Yuri makin merinding mendengar Rico dengan suara sudah dibuat-buat jadi suara cewek ditambah suara manja juga.

Yabe mendekati dengan langkah angkuh. Dilepasnya kacamata hitam Yabe. Melihat Yuri dari atas sampai bawah.

“ Lo benar-benar bodoh. Bisa-bisa nya lo salah orang. Gue Yabe.. Yabe!!” Nada suara Yabe meninggi, menekan namanya sendiri. 

Dan kali ini Kagura yang datang mendekati Yuri, “ Benar-benar enggak bisa dibiarin. Dia sedang ketakutan, rapuh dan trauma.”

Lalu kali ini Rico datang mendekati Yuri juga. “ Cewek kayak gini emang harus dibantu dan dilatih sama Kagura.”

Mereka bertiga mengeliling Yuri, dengan tatapan tajam. Yuri yang diam ditempat, terus memperhatikan permainan mereka, baru menyadari nya. Mereka tahu. Yuri menundukkan kepalanya.

“Kalian tahu ya? Menyedihkan ya?”

Kagura menepuk bahu Yuri, “ Angkat kepala lo!” kata Kagura dengan suara meninggi.

Yuri menonggokkan kepalanya. Tatapan sinis dan acting menyebalkannya sudah hilang, sekarang yang terlihat tatapan lembut dan rasa khawatir di raut muka Kagura.

“ Wajar kalau lo takut jika di culik kayak gitu. Jadi was-was, gelisah. Tapi… Lo enggak bisa hidup dalam ketakutan selamanya. Kita juga bakal bantuin lo.” Kata Kagura menenangkan Yuri.

Yuri tersenyum lebar, memeluk Kagura. “ Waah… Gue bersyukur bisa punya teman-teman baru kayak kalian.”

Teng..teng…

Suara hentakan ketukan piano berbunyi menarik perhatiaan Yuri dan lainnya. Seseorang memakai topeng duduk di depan piano, menutupi setengah wajahnya, hanya mulutnya yang terlihat.

“ Untuk menghibur teman kita, dengarkan lagu favorite gue. Rivers flow in You. ” kata Laki-laki bertopeng,  dengan suara yang sudah dikenali semuanya, Arven, laki-laki bertopeng. 

Arven menggerakkan jari jemari memainkan pianao, dengan alunan ketukan yang indah. Lagu Rivers flow in You sudah seperti makanan Arven, begitu handal nya di memainkan, bahkan sambil bermain, dia melemparkan senyuman manis kearah teman-temannya.

Ketukan terakhir selesai, lagu selesai dimainkan. Yuri berjalan mendekat Arven, berdiri disebelah Arven.

“ Kenapa ini lagu favorite lo?” Tanya Yuri menatap Arven serius.

“ Karena ini lagu kemenangan gue waktu gue kecil.” Jawab Arven

“ Kemenangan yang lo maksud, bisa lo jelasin se detail-detailnya? Gue benar-benar penasaran.”

“ Lagu ini membawa gue jadi juara ketika gue umur 10 tahun. Dan lagu ini sepertinya sangat berkesan bagi gadis kecil bergaun putih, pemalu, cengeng dan punya suara indah.”

“Cengeng?!” Yuri menggit bibirnya, berusaha menahan perasaan nya yang bercampur rasa kesal, terkejut, tapi juga bahagia, akhirnya bisa bertemu dengan Pangeran bertopengnya yang asli, Arven. “ Kenapa lo enggak kasih..” Yuri menutup muka malu, menunduk, kaki nya terasa lemas, menjatuhkan kakinya, jongkok sambil menutup mukanya, “ Aaah.. gue kenapa bisa sebodoh ni sih?!”

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • dede_pratiwi

    prince story never die hehe, penulisannya oke punya dan deskripsinya mantap... udah kulike dan komen storymu. mampir dan like storyku juga ya. thankyouu

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Midnight Sky
1404      670     2     
Mystery
Semuanya berubah semenjak kelompok itu muncul. Midnight Sky, sebenarnya siapa dirimu?
Menuntut Rasa
429      320     3     
Short Story
Ini ceritaku bersama teman hidupku, Nadia. Kukira aku paham semuanya. Kukira aku tahu segalanya. Tapi ternyata aku jauh dari itu.
Reason
387      268     3     
Romance
Febriani Alana Putri, Perempuan ceria yang penuh semangat. Banyak orang yang ingin dekat dengannya karena sikapnya itu, apalagi dengan wajah cantik yang dimilikinya menjadikannya salah satu Perempuan paling diincar seantero SMA Angkasa. Dia bukanlah perempuan polos yang belum pernah pacaran, tetapi sampai saat ini ia masih belum pernah menemukan seseorang yang berhasil membuatnya tertantang. Hing...
A & O
1439      667     2     
Romance
Kehilangan seseorang secara tiba-tiba, tak terduga, atau perlahan terkikis hingga tidak ada bagian yang tersisa itu sangat menyakitkan. Namun, hari esok tetap menjadi hari yang baru. Dunia belum berakhir. Bumi masih akan terus berputar pada porosnya dan matahari akan terus bersinar. Tidak apa-apa untuk merasakan sakit hati sebanyak apa pun, karena rasa sakit itu membuat manusia menjadi lebih ma...
Telat Peka
1210      544     3     
Humor
"Mungkin butuh gue pergi dulu, baru lo bisa PEKA!" . . . * * * . Bukan salahnya mencintai seseorang yang terlambat menerima kode dan berakhir dengan pukulan bertubi pada tulang kering orang tersebut. . Ada cara menyayangi yang sederhana . Namun, ada juga cara menyakiti yang amat lebih sederhana . Bagi Kara, Azkar adalah Buminya. Seseorang yang ingin dia jaga dan berikan keha...
KILLOVE
3346      1106     0     
Action
Karena hutang yang menumpuk dari mendiang ayahnya dan demi kehidupan ibu dan adik perempuannya, ia rela menjadi mainan dari seorang mafia gila. 2 tahun yang telah ia lewati bagai neraka baginya, satu-satunya harapan ia untuk terus hidup adalah keluarganya. Berpikir bahwa ibu dan adiknya selamat dan menjalani hidup dengan baik dan bahagia, hanya menemukan bahwa selama ini semua penderitaannya l...
JATUH CINTA
1167      528     3     
Romance
Cerita cinta anak SMA yang sudah biasa terjadi namun jelas ada yang berbeda karena pemerannya saja berbeda. Dia,FAIZAR HARIS AL KAFH. Siswa kelas 10 SMAN 1 di salah satu kota. Faizar,seorang anak yang bisa dibilang jail dengan muka sok seriusnya itu dan bisa menyeramkan disaat tertentu. Kenalkan juga, ALYSA ANASTASIA FAJRI. seorang gadis dengan keinginan ingin mencari pengalaman di masa S...
Mengapa Harus Mencinta ??
2989      975     2     
Romance
Jika kamu memintaku untuk mencintaimu seperti mereka. Maaf, aku tidak bisa. Aku hanyalah seorang yang mampu mencintai dan membahagiakan orang yang aku sayangi dengan caraku sendiri. Gladys menaruh hati kepada sahabat dari kekasihnya yang sudah meninggal tanpa dia sadari kapan rasa itu hadir didalam hatinya. Dia yang masih mencintai kekasihnya, selalu menolak Rafto dengan alasan apapun, namu...
Sekotor itukah Aku
19579      3139     5     
Romance
Dia adalah Zahra Affianisha. Mereka biasa memanggilnya Zahra. Seorang gadis dengan wajah cantik dan fisik yang sempurna ini baru saja menginjakkan kakinya di dunia SMA. Dengan fisik sempurna dan terlahir dari keluarga berada tak jarang membuat orang orang disekeliling nya merasa kagum dan iri di saat yang bersamaan. Apalagi ia terlahir dalam keluarga penganut islam yang kaffah membuat orang semak...
A Ghost Diary
4821      1503     4     
Fantasy
Damar tidak mengerti, apakah ini kutukan atau kesialan yang sedang menimpa hidupnya. Bagaimana tidak, hari-harinya yang memang berantakan menjadi semakin berantakan hanya karena sebuah buku diary. Semua bermula pada suatu hari, Damar mendapat hukuman dari Pak Rizal untuk membersihkan gudang sekolah. Tanpa sengaja, Damar menemukan sebuah buku diary di tumpukkan buku-buku bekas dalam gudang. Haru...