12
Yuri berjalan dengan langkah cepat, tas sekolah dan rambut kuncir satu nya bergerak cepat mengikuti irama badannya. Cewek itu menghentikan langkahnya di depan ruang music. Pintu ruang music dibukanya. Matanya membulat penuh melihat sosok yang tidak disangka-sangka duduk di depan keyboard. Tempat yang biasa ia lihat di duduki Arven, tapi saat ini Yabe-lah yang duduk disana.
Yabe menyadari kehadiran Yuri, melambaikan tangannya tersenyum ramah. Yuri berjalan mendekati Yabe.
“Yabe, tumben kesini?”
“ Lagi males pulang cepet ke rumah. Jadi kesini aja deh, gue pengen ketemu Yuri.” Tatapan menggoda Yabe kearah Yuri.
Yuri tidak terkesan terbawa perasaan lagi dengan godaan Yabe. Ia tahu Yabe seperti apa.
“Dan ada Arven juga..nanti.” Yuri mengambil bangku kecil, meletakkannya bersebelahan dengan Yabe. Baru menjatuhkan bokongnya di kursi, tiba-tiba saja gerakan tubuh Yabe mendekati Yuri. Yuri terkejut bukan main, pertahanan dirinya lumpuh seketika.
Tangan kanan panjang Yabe merangkul sandaran kursi, dimana lebih tepatnya terasa seperti punggung Yuri yang dirangkulnya. Ditambah jarak muka Yabe dan Yuri begitu dekat berkisar 20 cm saja.
“ Gimana sambil nunggu Arven, Gue ingin nunjukkan sesuatu ke lo,Yur” kata Yabe lugas.
“Apa?” Yuri berusaha menahan rasa gugupnya bukan main. Ia tahu Yabe playboy tapi dia masih percaya Yabe bukan cowok “brengsek” banget yang akan menyerangnya hanya untuk kesenangannya.
“ Gue akan mainkan sebuah lagu lewat piano kecil ini.” Yabe menarik badannya menjauh dari Yuri.
Yuri bernafas lega dalam hatinya.
Yabe mendekatkan posisi duduknya meletakkan jari jemarinya di atas keyboard hitam di depannya. Jari-jarinya mulai mengetuk beberapa tuts, mengetesnya. Lalu setelah yakin, Ia mulai memainkan sebuah lagu dengan percaya dirinya.
Lagu yang di mainkan Yabe terasa familiar, sangat familiar di ingatan Yuri. Lagu ini yang pernah dimainkan Arven saat pertama kali ia bertemu dengannya di ruangan ini juga. Dan karena lagu ini juga pernah dimainkan Pangeran bertopeng. Yabe memainkannya begitu indah didengar, persis sama seperti saat Pangeran bertopeng memainkannya dulu.
Setelah Yabe selesai memainkan lagunya, Yuri memegang pundak Yabe. Yabe menengokkan kepalanya.
“Yabe, gue mau Tanya sesuatu sama lo. Apa dulu lo…”
“Waah waah apa-apaan nih.” Suara Arven mengagetkan mereka berdua.
Arven baru datang membuka pintu ruang music, berjalan mendekati Yabe dan Yuri.
“ Arven, lo baru datang?” Tanya Yuri memastikan Arven tidak melihat saat Yabe yang tiba-tiba mendekatinya.
“ Enggak. Gue udah datang semenjak…” kedua mata Arven bergerak memandang Yabe dan Yuri bersamaan. “ Yabe main keyboard. Enggak mau ganggu jadi gue diem nikmatin dulu.”
Yabe menyenderkan badannya, melibat kedua tangannya di dada. “ Baguslah. Kalau enggak nanti.. Ganggu banget.” Yabe meninggikan nada suaranya pada kalimat terakhirnya.
Braaakk..
Suara pintu di buka dengan kerasnya. Mereka bertiga terkejut, terutama Arven yang berdiri tidak jauh masih di dekat pintu. Dan pelaku adalah Kagura.
“OOYY Yabe!! Ngapain lo disini? Bukannya latihan?” Teriak Kagura kesal melihat Yabe yang terlihat santai-santai saja.
“Owwhhh iya gue lupa.” Jawab Yabe santai, sambil bangkit dari kursi, berjalan menghampiri Kagura. “Ayoo kita latihan.”
Kagura tidak membalas, raut wajah kesal nya mulai mereda. Cewek berambut panjang itu berjalan mengikuti Yabe dari belakang. Mereka berdua berjalan dalam diam. Lalu tiba-tiba Yabe memulai pembicaraan.
“ Kenapa Yuri dulu suka sama gue?”
“ Karena dia cewek polos yang suka sama cowok ganteng.tapi….” Kagura menghentikan langkahnya. Yabe pun juga ikut berhenti, menengok ke belakang. “..saking polosnya dia sampai salah milih cowok yang terlalu baik sama semua cewek.” Sindir Kagura pada Yabe.
“Bukan karena itu pasti.. dan gue akan cari tahu itu.” Tekad Yabe, bibir nya terangkat setengah, berlalu melanjutkan jalannya.
Kagura hanya terdiam bengong,melihat punggung Yabe yang terus berjalan semakin jauh, sampai ia masuk ke ruang kelas.
***
Kagura membuka pintu ruang kelasnya. Hanya tersisa dua siswa yang ada di dalam kelas, Yabe dan Rico.
“Kalian berdua lagi ngapain?!” dengan nada suara meninggi, menatap penuh kecurigaan pada kedua orang laki-laki yang duduk bersebelahan. Kagura berjalan mendekati mereka.
Tiba-tiba Yabe langsung menutup layar laptop Rico yang masih menyala, di pakai mereka, sebelum Kagura datang. Mata tajam Kagura menangkap gerakan aneh Yabe.
“Oooiii Yabe!” teriak Kagura, tapi Yabe tidak terkejut.
Ia berdiri dari bangkunya, dan badannya membusung kedepan, bersiap menghadapi Kagura.
“Kenapa?” jawab Yabe santai.
Kagura yang kini sudah berdiri berhadapan dengan Yabe, kedua matanya teralihkan melihat laptop Rico. Tatapan mata Kagura begitu mendalam, sampai-sampai satu orang cowok yang berjarak beberapa centi dari laptop merasa pandangan mendalam penuh arti itu untuknya, dia adalah Rico.
Perempuan yang bagaikan malaikat dan ksatria dimata Rico, membuatnya jantung Rico berdebar tidak karuan. Kenapa Kagura lihat gue kayak gitu? Dia nyari gue apa Yabe? Jadi dia pilih gue apa Yabe? Kagura!!”
“Co, sadar..” Yabe menjentikkan jarinya di depan muka Rico untuk menyadarkan cowok kini salah tingkah,malu-malu. “Kagura.. tertarik sama laptop lo. Yang tadi kita browsing bareng.” Jelas Yabe.
Rico terdiam dan berekspresi, kata “Oooh” mewakili perasaaanya, sekaligus menutupi rasa malunya yang begitu pede, dikira Kagura mulai menaruh perhatiaan. Informan seperti dirinya dan laptop pendukungnya hanya akan selalu dijadikan sebatas teman, anak buah, tidak mungkin lebih.
Mood ceria berbunga-bunga dikepalanya mulai layu, karena hujan es tatapan dingin Kagura menatap sini kedua orang di depannya.
“ Lo pasti minta bantuan sama Rico cari tahu tentang sesuatu kan?”
“ Iya benar. Dan apa lo ingin tahu apa yang gue dapat?” tawaran Yabe berhasil menggoyahkan Kagura yang menunjukkan ekspresi diam-diam penasaran juga.
“Gue… Hmm…” Kagura masih memikirkan lagi dan lagi, apa dia benar-benar menginginkannya? Tapi disisi lain dia berpikir seharusnya tidak boleh melakukan ini. “ Enggak usah.” Jawab Kagura yakin. “ Gue akan Tanya langsung sama Yuri, Apa yang ingin dia ceritakan dan tidak.”
Rico dan Yabe terkejut dengan penolakan Kagura.
Selama ini yang mereka tahu Kagura, cewek yang sangat ingin tahu banyak hal. Maka dari itulah kemampuan Rico sangat dimanfaatkan Kagura. Lalu apa yang terjadi dengan cewek ini? Kenapa dia jadi berubah?
“ Lo.. Yakin enggak mau tahu?” Tanya Yabe lagi menawarkan lagi.
“ Enggak usah. Gue Cuma mau kasih tahu sama lo,be. Apapun yang lo dapat tentang Yuri dari baik dan buruknya masa lalunya, Jangan sakiti dia lagi.” Kata Kagura membelakangin punggungnya dihadapan Yabe.
***
“ Yabe..” panggil Yuri pada Yabe yang sedang duduk di kursi sendirian, menunggu gadis tersebut.
Bibir Yabe terbuka lebar melihat kedatangan Yuri. “ Oooh akhirnya datang juga.”
“ Mau nonton film apa?” Tanya Yuri sambil melihat layar jadwal film di tv bioskop.
Yabe bangkit dari bangku nya berdiri disamping Yuri, tangannya merangkul bahu Yuri “ Tenang. Bukan film aneh-aneh kok. Superhero gitu.”
Rangkulan tangan Yabe yang sebentar membuat Yuri tidak nyaman, “ Ayo ke studio berapa?” Yuri melangkahkan kakinya cepat, sengaja untuk melepaskan rangkulan Yabe.
Yabe tahu pasti Yuri menghindari rangkulannya. Yabe tetap dengan muka santai dan tersenyum mengikuti Yuri, sambil memberitahu nomor studio.
Selesai menonton bersama, Yabe dan Yuri pergi makan, duduk di salah satu restoran yang berada di dalam Mall.
Sambil menunggu makanan mereka. Yuri memperhatikan Yabe yang sedang membalas chat masuk dari handphonenya.
“ Udah ijin sama teman cewek lo?” Tanya Yuri tiba-tiba.
Yabe mengerutkan kedua alisanya, diletakkan handphone-nya di atas meja.
“ Maksud lo? Teman cewek siapa?”
“ Lo ajak gue nonton karena ada masalah lagi sama teman cewek lo itu kan?” tebak Yuri, diiringi dengan pahamnya Yabe membuka mulutnya lebar membut huruf “O”
“Jadi yang lo pikiran tentang gue begitu?”
“ Emang begitu kan? Selama ini lo…”
“ Gue enggak mau begitu lagi.” Sela Yabe, memotong omongan Yuri. Yuri mengatupkan mulutnya, menunggu seperti ada yang ingin dijelaskan Yabe. “ Gue ingin berubah. Gue begini karena ingin balas dendam sama dia. Dia bisa mempermainkan gue begitu, kenapa gue enggak bisa? Itu yang selama ini gue lakuin sama cewek-cewek.” Yabe menghela nafas panjang.
“ Lalu apa yang membuat lo ingin berubah?”
Yabe tersenyum, mengangkat ujung bibirnya, “ Karena gue udah lihat sendiri karma yang dia alami, dan gue enggak mau bernasip sama kayak dia. Gue bodoh, tapi gue sangat sangat bodoh jika gue enggak mau ambil kesempatan untuk berubah.” Jawaban mantap Yabe dan tatapan matanya yang tidak seperti biasanya, tidak menggoda lagi.
Yuri tersenyum puasss melihat keseriusan Yabe. Yuri mengulurkan tangannya, mengajak Yabe berjabat tangan. “ Selamat atas perubahan Yabe yang baru. Good bye to mr.playboy”
Yabe menyambut jabatan tangan Yuri. “ Thank you” Namun tiba-tiba jabatan tangan hangat kedua nya berubah, ketika kedua tangan Yabe mengenggam erat tangan kanan Yuri.
Yuri kaget tidak mengerti apa yang Yabe lakukan ini, menggoda lagi kah dia?
Tatapan mata yang menggoda itu muncul lagi dari kedua mata indah Yabe, “ Jadi.. apa lo mau bantu gue berubah?”
Yuri langsung menarik paksa tangannya, mengumpatkan kedua tangannya di bawah meja. Jantung Yuri berdetak dengan kencang, matanya tidak berani menatap langsung Yabe. “ Gue.. aa..kan bantu..” ucapan Yuri tergagapn-gagap, “ dibantu.. Kagura,Arven dan Rico juga. Hehehe.” Kali ini dia sudah berani menatap Yabe sambil tersenyum canggung.
Yabe tersenyum lebar melihat tingkah canggung Yuri yang menggemaskan, “lucu banget.”
Yuri mengalihkan pandangannya lagi. Cowok ini benar-benar sudah tobat kan? Enggak-enggak boleh, Yuri.
Waktu yang sangat pas untung mengalihkan pembicaraan, Pelayan sudah datang membawa pesanan makanan mereka.
Mereka berdua menikmati makanan mereka, tanpa membahas atau melanjutkan omongan soal “membantu Yabe berubah.”.
***
Yuri merebahkan badannya di atas tempat tidurnya. Wajahnya ditimpa ke bantalnya, kemudian badannya meronta-ronta berteriak sendirian di dalam kamar.
TRING..
Handphone Yuri berbunyi, Yuri yang masih merebahkan badannya mengambil handphonenya yang ada di dekatnya.
Chat masuk dari Yabe, “ Udah sampai rumah?” Gue udah.”
Yuri mengehela nafas panjang, sebelum membalas chat Yabe, lalu dibalasnya singkat, “udah”
Selang beberapa detik setelah membalas chat Yabe, notifikasi chat masuk dari Arven.
Sudah latihan nyanyi untuk besok?
Mata Yuri membulat penuh, badannya terlonjak kaget, langsung bangun dari tempat tidurnya, duduk bersila rapi.
Iya lumayan sudah latihan dari kemarin.
Hari ini juga latihan kan?
Yuri mengernyitkan dahinya, belum membalas chat Arven. “ Gue hari ini kan jalan bareng sama Yabe, belum latihan sama sekali hari ini.” Yuri melipatkan kedua tangannya, handphonenya masih tergeletak di atas tempat tidurnya, dan chat Arven belum di balas. “Arven…” gumamnya dengan suara pelan.
Yuri ingin mengetahui sesungguhnya apa yang Arven rasakan tentang dirinya. Diambil handphonenya, menelan ludahnya, jari jemari bergerak, akhirnya chat Arven dibalasnya.
Gue jalan sama Yabe dari tadi siang, baru balik juga.
Yuri menggelatakkan handphonenya perlahan di atas tempat tidurnya, menunggu balasan Arven. 1 menit sudah lewat, 2 menit sudah lewat, tiap menit telah lewat, sampai pada menit ke 6, Arven membalasnya.
SBB, habis dari toilet. Capek habis jalan sama Yabe ya? Kalau capek istirahat aja, enggak usah paksain latihan hari ini. Gue yakin lo pasti bisa besok.
Iya, lumayan capek sih. Btw, makasih support nya.
OK. Malam.
Malam.
Chating mereka berdua selesai.
Yuri menggelatakkan handphonenya lagi. Badannya kembali ke posisi semula, merebahkan badannya, wajahnya di timpa di atas bantal lagi. Badannya meronta-meronta lagi di atas tempat tidur,sambil berteriak, “ Aaaahh!! CUMA GITU DOANK?!!”
Sementar itu diwaktu yang sama juga, Arven duduk di depan meja belajar kamarnya. Matanya masih menatap layar handphonenya yang masih bersinar berisi chatting nya bersama Yuri. Kemudian kepalanya menunduk dan kedua tangannya menarik rambut di atas kepalanya.
“Kenapa..Kenapa gue bohong?”
***
Yuri menaiki tangga sekolah, menuju kelasnya, masih memakai ranselnya. Saat langkah kakinya sudah sampai di lantai 2, Yabe sedang berjalan menuju tangga sekolah, berjarak beberapa meter, mata mereka berdua saling bertemu.
Namun tiba-tiba sosok yang tidak disangka-sangka datang dengan jarak yang lebih dekat menghampiri Yuri, “ Yuri!” panggil Arven, mengalihkan sosok Yabe yang kini terhalang oleh tubuh tinggi Arven.
“I..iya?” jawab Yuri sedikit kaget, baru menyadari Arven baru turun dari tangga di sampingnya.
“ Hari ini kita lakukan yang terbaik, apapun hasilnya, kita sudah berusaha.” Kata-kata penyemangat Arven di pagi hari.
“ Gue kemarin enggak latihan lagi. Maaf.” Yuri memelas, merasa bersalah.
Kedua tangan Arven tiba-tiba mengenggam bahu Yuri erat, “ Enggak apa-apa. Gue yakin lo bisa. Kalau lo ragu, lihat gue baik-baik. Ingat apa yang usaha kita selama ini!” Arven makin bersemangat menyemangat Yuri.
“ I..iya.” jawab Yuri tergagap, masih belum terbiasa dengan tingkah Arven yang tiba-tiba begitu bersemangat.
“ Ingat! Lihat gue! Lihat gue!” Arven makin erat mengenggam bahu Yuri, tatapan matanya begitu serius menatap Yuri.
Yuri terdiam sejenak, Ia tahu kata-kata Arven hanya penyemangat untuk penampilan mereka, tapi hati nya tidak bisa untuk tidak tahu, kalau ia merasakan perasaannya pada Arven benar adanya.
“ Iya pasti.” balasYuri. Kedua nya pun tersenyum saling bertatapan.
Yabe masih berdiri dekat mereka. Cukup lama untuk mendengar percakapan Arven dan Yuri di dekat anak tangga itu, sampai mereka berdua masih berdiri saling melempar pandang tersenyum bersamaan.
Yabe membalikkan badannya, baru tiga langkah kakinya berjalan, ia menengokkan kepalanya kebelakang,
“Mereka harus dipancing dulu ya, baru sadar.”
***
prince story never die hehe, penulisannya oke punya dan deskripsinya mantap... udah kulike dan komen storymu. mampir dan like storyku juga ya. thankyouu
Comment on chapter Prolog