Setelah pembagian raport kemarin, hari ini OSIS kumpul untuk berfoto bersama angkatan OSIS tahun ini. Kami berniat berangkat bersama ke salah satu studio foto ternama yang terletak di Jl.Banda. Tapi aku masih di jalan karena jalanannya yang mecet, ponselku bergetar terus pertanda mereka sudah menerorku dengan pesan atau telepon. Mereka tidak sabaran memang, padahal aku sudah bilang jalanan hari ini macet.
"Udah kumpul semua?" tanya Rei
"Satu orang lagi, kemala" jawab Ica
"Tanyain udah dimana" ujar Rei
"Dijalan katanya macet, bentar lagi nyampe"
"Oke"
Tepat pukul 8.30 aku sampai di depan gerbang. Telat setengah jam tak apalah maafkan aku ya. Setelah aku turun dari angkutan umum, kami langsung sibuk mengurus tebengan.
"Aku sama siapa?" tanyaku saat tiba depan gerbang
"Sama Afka aja la" Ica menunjuk Afka yang masih kosong. Tak mungkin aku menolak, pasti akan timbul pertanyaan dari yang lainnya. Yasudah, pasrah aja la pasrah.
"Udah semua, sok hayu caw. Ka kamu paling depan" ujar Rei
"Saya? Sandi aja rei" Afka mengelak
"Ehhh yaudah, cepet san"
"Oke" Sandi mulai melaju duluan dan memimpin iring-iringan kami
Kami berjalan bersama, sekitar 13 motor beriringan melaju dengan kecepatan sedang. Keheningan tercipta diantara aku dan Afka. Aku malas memulai pembicaraan dan Afka juga sepertinya sama.
Namun keheningan kami terhenti, saat Afka mulai memanggil namaku dengan ragu.
"L-la?"
"Iya ka?"
"Pegangan"
"Iya udah"
"Pegangan ke saya maksudnya"
"Gini juga aman ko, gabiasa ka"
"Oh i-iya"
Satu menit
Lima menit
"L-la hari ini panas banget yaa"
"Heem, gerah aku"
"Emm btw l-la kenap-pa bis-sa put-tus samma Irrham?"
"Gatau ka. Irham tuh yaaa ah, apa cowo emang gitu ka? dulu aja baik banget sikapnya, sampe sampe berhasil bikin aku luluh. Tapi sekarang, pas aku bener bener udah ngerasa nyaman, eh malah mutusin. Padahal kita gaada masalah apaapa sebelumnya"
"Gasemua cowo gitu ko, mungkin dia punya alasan lain la"
"Ya mungkin aja"
"Iyaa, saya akan bantu kamu move on la. Tapi kamu nolak saya"
"Skip ah ka"
"Maaf"
Sungguh tidak nyaman, suasananya jadi beda. Ah padahal kayanya Afka asik. Harusnya dia gajujur waktu itu. Ya penyesalan datang terakhir.
---
"Giliran kita giliran kita. Hayu" sahut Rio
Kami semua sekarang sudah siap dengan dress code yang ditentukan. Kami masuk studio foto, sang photographer mengarahkan posisi agar hasilnya bagus. Karena tubuhku yang kecil dan belum tinggi, aku disimpan ditengah.
"Say aaaa"
"Aaaaa"
"Ya sip"
"Ganti dress code ya? Dua dress code kan?" tanya sang photographer
"Iya kang" ujar Rio
"Sok ganti dulu, nanti kesini lagi"
"Siap kang"
Kami mengganti dress code kedua kami. Menunggu giliran kedua beberapa menit.
"Yo osis smpn 01 lagi" akhirnya giliran kami tiba. Posisi kami masih sama dengan yang tadi. Hanya kostum dan beberapa gaya yang beda.
"Iya udah beres, fotonya bisa dipilih di sebelah sini" sang photographer menunjuk tempat yang ada di ujung tepat sebelah sang photographer berada.
"Yang ini nih yang ini"
"Jangan ah akunya gakobe"
"Ini nih lucu"
"Iyaiya itu"
"Yang ini satu mba"
Sungguh berisik sekali, tempat yang kecil tapi yang mengerubungi untuk memilih banyak. Biarlah terserah mereka, yang penting foto sudah dipilih dan aku mendapatkan hasilnya.
"Oke, habis ini kita mau kemana? Masa langsung pulang? Kan ga asik" ujar Caca saat di tempat parkir
"Bip yu, kita nonton trus makan deh pulangnya" ajak Ica
"Nonton apa?" tanya Sandi
"Entah, gimana nanti aja disana" jawab Ica
"Oke, caw" seru Rei
---
Kami menonton film film yang berbeda. Ada yang menonton genre horror, romance, dan juga komedi. Aku memilih komedi.
Setelah sekitar dua jam, film selesai. Kami semua berkumpul kembali di tempat makan. Aku memesan satu porsi nasi dan ayam lengkap dengan minum dan satu cup es krim. Yang lainnya juga ada yang sama denganku, ada juga yang beda, ada juga yang gamakan karena puasa.
"Habis ini, buat yang megang motor anterin tebengan kalian masing-masing ya" ujar Rei mengingatkan
"Siapp" sahut mereka yang membawa motor. Afka langsung menatapku, aku menatap balik, Afka memalingkan pandangannya. Dasar aneh.
Tepat pukul 17.00 kami pulang dari BIP. Afka mengantarku sesuai perintah Rei. Diantara kami tidak ada yang bicara, hanya suara kendaraan bermotor dan klakson kendaraan yang tidak sabaran yang terdengar saat ini. Keheningan terus berlanjut sampai aku tiba di rumah.
"Makasih ka, hati hati"
"Iya, saya duluan" aku mengangguk dan masuk ke dalam.
"Jam berapa ini teh?" tanya Bapa
"Setengah 6 lebih pa"
"Dari mana aja?"
"Dari tadi foto studio sama anak osis trus main dulu ke bip"
"Yaudah sok sana makan dulu"
"Udah pa tadi disana, masih kenyang"
"Yaudah mandi aja atuh"
"Iya" aku melangkah ke atas, segera mandi dan sholat maghrib.
---
"Dila?" nama itu tertera di status LINE Irham. Jadi? Jadi? Jadi mereka beneran jadian? Jadi dia mutusin aku karena Dila? Ohiya cukup tau. Pantas saja siang tadi cuaca panas. Bandung yang biasanya dingin menjadi panas sekarang. Mungkin itu pertanda.
Aku menyimpan ponselku didekat posisi tidurku saat ini, alunan lagu berputar secara acak. Entah kenapa lagu yang terputar lagu galau semua.
Tubuh saling bersandar
Kearah mata angin berbeda
Kau menunggu datangnya malam
Saat kumenanti fajar
Aku memejamkan mata.
Sudah coba berbagai cara
Agar kita tetap bersama
Yang tersisa dari kisah ini
Hanya kau takut ku hilang
Air mataku menetes, melewati telinga, dan jatuh kepermukaan bantal.
Mendebatkan apapun tuk menuju kata pisah
Jangan paksakan genggamanmu
Aku memeluk boneka Irham.
Izinkan aku pergi dulu
Yang berubah hanya
Tak lagi ku milikmu
Air mataku semakin deras.
Kau masih bisa melihatku
Kau harus percaya ku tetap teman baikmu
Irham jahat!
Mataku tertutup, dan aku tertidur lelap.