Aku takut, Afka mengajakku keruangan kelas diujung yang sepi. Ya Allah tolong Kemala yang baru tersakiti ini.
"Apa sih ka, jangan disini napa sepi ih aku takut" aku menepis tangannya yang semula memegang tasku. Kami sekarang hanya berdua di ruangan kelas ini.
"Kamu putus sama Irham?" tanyanya dengan tatapan mengintimidasi
"Iya, udah kan? Aku mau ke RO lagi" aku menghindari tatapannya dan meninggalkannya
"Bentar la, saya mau jujur" Afka menahanku
"Jujur apa?" jantungku berdegup kencang
"Sebenernya saya suka sama kamu la, sejak kamu masuk OSIS, tapi saya keduluan sama Irham" Afka menunduk. Aku tertegun mendengar pengakuan Afka.
"Lupain Irham, saya bakal bantu kamu move on. Mau ga jadi pacar saya?"
Aku menatap Afka bingung. Aku tak mungkin menerimanya, kami satu organisasi. Aku tak mau berpacaran dengan teman satu organisasi, kami keluarga di OSIS. Disisi lain aku masih menyukai Irham, walaupun Irham telah menyakitiku tapi aku masih ingin menjaga perasaannya. Ya padahal jelas jelas Irham pasti tak apa-apa, tapi tetap saja nanti aku dikira cewe apaan habis putus udah jadian lagi.
"Kenapa kamu gini ka? Kamu kan baru aja jadian lagi sama Aila?"
"Saya sama aila tuh ga balikan. Kita cuma tetep deket, emang kalau udah jadi mantan harus musuhan? Bocah amat"
"Maaf ka aku gabisa" aku menunduk menahan tangis.
"Ternyata bener, maaf saya terlalu cepat ya bilang ini. Kamu pasti kaget, maaf la." Afka menghampiriku dan ingin memelukku namun tangannya kutepis. Aku melangkah keluar kelas dan segera berlari menuju ruang OSIS.
"Darimana aja neng?" tanya Ica kesal
"Dari.. Dari air ca" jawabku gugup. Aku menghampiri Ica dan duduk disebelahnya. Tak lama dari itu Afka datang.
"Iya ailaa udah sana dahh" Afka melambaikan tangannya pada Aila yang semula bersama dirinya
"Ini lagi, jangan pacaran wae makannya" Ica mulai sinis
"Apasih ca pms ya?" tanya Afka pada Ica namun matanya menatapku. Ica yang menyadari itu langsung menatap ke arahku "Nanya aku tapi liatnya ke kemala" Afka langsung mengalihkan pandangannya ke Ica setelah mendengar ucapan itu
"Udah udah, udah kumpul semua. Jadi gini ya kan besok tuh dibagi raport, besok nya lagi kita foto studio ya buat kenang-kenangan" ujar Rei
"Jonas mana?" tanya Tina
"Banda aja" jawab Rei
"Dress code dress code?" tanya Sandi
"Item putih aja" usul Mita
"Boleh, boleh. Bawa jas osis juga. Kita 2 dress code berarti. Satu item putih, satu lagi seragam putbir tapi pake jas. Nah buat berangkatnya kita naik motor aja. Buat tebengan pas ko, kita ada 13 motor udah aku itung tadi. Nah berarti ada 1 orang yang sendiri" jelas Rei
"Kumpulnya disekolah aja, jam 10 no ngaret. Awas aja kalau ngaret" lanjut Indah
"Siap siap" jawab kami serentak
"Yaudah itu aja, sekarang boleh pulang. Semoga besok hasilnya memuaskan yaaaa"
"Aamiin"
Kami semua meninggalkan ruang OSIS. Aku terakhir yang keluar karena aku duduk diujung sekaligus kunci dipegang olehku. Ica sudah duluan kebawah, saat aku mengunci pintu Afka baru saja turun dari atas bersama Sigit.
"Duluan la" ujar Sigit. Ya hanya Sigit. Afka hanya lewat dan tidak senyum ataupun sekedar menyapa. Afka jadi berubah.
----
Tubuhku kurebahkan di atas kasur, aku memikirkan perkataan Afka tadi lengkap dengan perubahan sikapnya. Padahal kemarin-kemarin tiba-tiba Afka berubah katanya balikan lagi sama Aila. Nah sekarang, tiba-tiba juga bilang suka. Jalan pikiran cowo tuh emang aneh. Mereka bisa berubah-ubah layaknya seekor bunglon.
Aku menatap sekitar kamarku yang sungguh berantakan. Pemandangan yang tidak nyaman memang. Aku bangun dan segera membereskan ruangan kamar tercinta ini, sedikit wewangian dari pengharum ruangan aroma bunga kuberikan disudut dan tengah ruangan.
Walaupun hatiku sedih dan galau berat, tapi kamarku harus rapih dan harum. Agar edisi galau menggalau nanti malam bisa dilakukan dengan nyaman tanpa membuat tubuhku terluka karena banyaknya barang-barang bertebaran di lantai ataupun di atas kasur. *gadeng aku ga selebay itu*
----
"Teh ngambil raport sama mamah, teteh ikut ga?" tanya Mamah di meja makan
"Engga mah, teteh mau disini aja"
"Yaudah, beres beres rumah yaa"
"Iyaa"
Selesai sarapan bersama, aku ditinggal sendiri. Aku langsung membereskan meja makan dan menyimpan peralatan makan yang kotor di tempat pencucian piring. Hari ini sesuai perintah ibunda tercinta aku membereskan rumah, mulai dari mencuci piring, menyapu, dan mengepel.
Drrtt...Drrttt
Lisa: la kenapa gasekolah? Cie rengking 3
Aku mengscroll chatku lagi kebawah, dibawah beberapa chat OA disitu tertera nama Irham. Aku membuka room chatku bersamanya.
Kemala: ham dimana? Tadi kaisar ngeline aku nanyain kamu
Pesan itu yang terakhir aku kirim. Pesan itu juga belum dibaca. Aku mengscroll up chatku bersama Irham, semakin ke atas semakin manis dan asik untuk dibaca. Hal itu juga yang membuatku tersenyum saat ini. Namun semakin kebawah, semakin tak asik untuk dibaca, semakin asing juga. Hal itu yang membuatku meneteskan air mata saat ini.
Aku mengembalikan kekolom semula dan segera membalas chat dari Ica dan Afka.
Lisa: la kenapa gasekolah? Cie rengking 3
Kemala: males ca. Alhamdulillah. Kamu keberapa? Yg ke 1 siapa? 2?
Lisa: yey-_- aku ke 8:( tp gaapaapa yang penting 10 besar. Alhamdulillah. 1 itu Vira, 2 mah Rafli
Kemala: Alhamdulillah *read*
"Assalamualaikum, teh nih mamah bawain brownies"
"Waalaikumsallam, ahh makasihh mamahhh"
"Beldua teteh, es klimnya juga beldua nih"
"Wah iyaiya, makasih dede"
"Iyaa samasama teteh"
Aku dan Kaila hari ini terlihat seperti adik dan kaka yang baik dengan hubungan yang harmonis. Kami memakan es krim dan brownies bersama di depan televisi yang menayangkan kartun kesukaan Kaila.
"Nah gitu atuh akur" seru mamah dari dapur. Aku memberikan senyum terbaikku pada Mamah dan mengusap kepala Kaila.
"Seengganya dengan ini aku bisa lupain Irham" batinku